Halloween Costume ideas 2015
May 2016

May 31, 2016
و أتيت قوما قط أشد اجتهادا منهم مسهمة وجوههم من السهر كأن أيديهم و ركبهم تثني عليهم فمضى من حضر

“Aku belum pernah melihat suatu kaum yang sangat giat beribadah dibandingkan mereka, wajah-wajah mereka pucat karena begadang malam (untuk shalat), dan tangan serta lutut mereka menjadi hitam (kapalan).“

Demikianlah Ibnu Abbas bercerita ketika mendapati kaum Khawarij. Sungguh mengejutkan. Mereka begitu giat beribadah. Sampai-sampai ibadah para sahabat Nabi pun kalah oleh mereka.
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sudah mengabarkan kepada para sahabatnya:
يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ
“Salah seorang dari kalian akan menganggap kecil shalat dan puasanya dibanding shalat dan puasa mereka. “

Namun dengan begitu giatnya mereka beribadah, apa yang mereka dapatkan?
Kata Nabi selanjutnya dari sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tadi:
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Mereka membaca Al-Qur’an, tapi tidak mencapai tenggorokan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari sasaran (buruan)nya…”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan apa lagi yang mereka dapatkan?
Abu Ghalib berkata,
لَمَّا أُتِيَ بِرُءُوسِ الْأزَارِقَةِ فَنُصِبَتْ عَلَى دَرَجِ دِمَشْقَ جَاءَ أَبُو أُمَامَةَ فَلَمَّا رَآهُمْ دَمَعَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ كِلَابُ النَّارِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ هَؤُلَاءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ وَخَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ الَّذِينَ قَتَلَهُمْ هَؤُلَاءِ
 
Ketika didatangkan kepala orang-orang Azariqah (salah satu sekte khawarij) dan dipancangkan di atas tangga-tangga Kota Damaskus, datanglah Abu Umamah Al Bahili رضي الله عنه . Ketika melihat mereka, mengalirlah air matanya lalu berkata, “Mereka (khawarij) adalah anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka. Mereka ini adalah sejelek-jelek orang yang dibunuh di bawah kolong langit ini, dan sebaik-baik orang yang terbunuh dibawah kolong langit adalah orang-orang yang dibunuh oleh mereka (Khawarij). “
Abu Ghalib kemudian bertanya: قَالَ فَقُلْتُ فَمَا شَأْنُكَ دَمَعَتْ عَيْنَاكَ؟

”Kalau begitu, kenapa engkau menangis?”
Abu Umamah رضي الله عنه menjawab:
رَحْمَةً لَهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ
”Aku kasihan kepada mereka, dahulunya mereka itu ahlul islam”

Abu Ghalib bertanya lagi:

قَالَ قُلْنَا أَبِرَأْيِكَ قُلْتَ هَؤُلَاءِ كِلَابُ النَّارِ أَوْ شَيْءٌ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
”Apakah pernyataanmu, “Mereka adalah anjing-anjing neraka” adalah pendapatmu sendiri atau perkataan yang engkau dengar (langsung) dari Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ?”
Abu Umamah menjawab:

قَالَ إِنِّي لَجَرِيءٌ بَلْ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا ثِنْتَيْنِ وَلَا ثَلَاثٍ قَالَ فَعَدَّ مِرَارًا
”Kalau aku mengatakan dengan pendapatku sendiri, maka sungguh aku adalah orang yang lancang. Tapi perkataan ini aku dengar dari Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak hanya sekali, bahkan tidak hanya dua kali atau tiga kali.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain)
Apa yang menyebabkan mereka (Khawarij) terhina di dunia dan binasa di akhirat? Mari simak ayat dan hadits ini:

Allah berfirman: 

{Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.} [QS. At Taubah:100]
Dia juga berfirman:

{Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (para sahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.}(QS. An-Nisa: 115)
Nabi bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku (para sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya ( tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya ( tabi’ut tabi’in). ” (HR. Bukhari Muslim)

Nabi bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
 
“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk, pegang eratlah sunnah itu dan gigitlah dengan geraham-geraham kalian.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Siapa yang ingin diridai Allah dan mendapatkan petunjuk hendaknya mengikuti Muhajirin dan Anshar dengan baik.

Siapa yang ingin tidak terjerumus ke dalam kesesatan, maka ikutilah jalan para sahabat.
Siapa yang ingin tergabung dalam umat yang terbaik, maka tirulah para sahabat.

Siapa yang ingin terhindar dari fitnah perpecahan umat, maka ikuti dan peganglah erat-erat sunnah Rasul dan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali)

Inilah yang telah dilalaikan oleh orang-orang Khawarji. Inilah yang diacuhkan oleh pemuka-pemuka khawarij. 

Mereka tidak mau meniti jalan generasi terbaik umat ini. Mereka enggan untuk menempuh langkah para sahabat Nabi. Mereka jahil dalam memahami islam!

Makanya, wajarlah jika mereka sesat..

Jauh dari jalan sahabat Rasulullah dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah, adalah pertanda kesesatan dan alamat kebinasaan. 

Lantas apa buktinya mereka tidak mau menempuh jalan para sahabat Nabi dalam memahami agama ini? 

Simaklah penuturan Ibnu Abbas berikut ini:

لما خرجت الحرورية اجتمعوا في دار و هم ستة آلاف أتيت عليا فقلت : يا أمير المؤمنين أبرد بالظهر لعلي آتي هؤلاء القوم فأكلمهم .قال : إني أخاف عليك .قلت : كلا .قال ابن عباس : فخرجت إليهم و لبست أحسن ما يكون من حلل اليمن. قال أبو زميل : كان ابن عباس جميلا جهيرا .
 
Ketika kaum Haruriyah (Khawarij) keluar dan berkumpul di suatu tempat, dan jumlah mereka sekitar 6 ribu orang, aku mendatangi Ali seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin, akhirkanlah shalat zuhur, mudah-mudahan aku bisa bicara dengan mereka.” Ali berkata, “Aku mengkhawatirkan keselamatanmu.” Aku berkata, “Tidak perlu khawatir.” Aku pun pergi menemui mereka dan aku memakai pakaian Yaman yang paling bagus kemudian aku mengucapkan salam kepada mereka. Abu Zamil berkata, “Ibnu Abbas adalah orang yang tampan lagi nyaring suaranya. ” 

قال ابن عباس : فأتيتهم و هم مجتمعون في دارهم قائلون فسلمت عليهم فقالوا : مرحبا بك يا ابن عباس فما هذه الحله ؟ قال قلت : ما تعيبون علي لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم أحسن ما يكون من الحلل و نزلت : ?قل من حرم زينة الله التي أخرج لعباده و الطيبات من الرزق? ؟!
قالوا : فما جاء بك ؟ قلت : أتيتكم من عند صحابة النبي صلى الله عليه و سلم من المهاجرين و الأنصار لأبلغكم ما يقولون المخبرون بما يقولون فعليهم نزل القرآن و هم أعلم بالوحي منكم و فيهم أنزل ?و ليس فيكم منهم أحد?.فقال بعضهم : لا تخاصموا قريشا فإن الله يقول : ?بل هم قوم خصمون? .
 
Ibnu Abbas berkata, “Aku pun mendatangi mereka sedangkan mereka sedangkan beristirahat di rumah-rumah mereka. Aku ucapkan salam kepada mereka. “

Mereka menjawab, “Selamat datang wahai Ibnu Abbas, pakaian apa yang engkau pakai?!! Aku menjawab, “Apa yang kalian cerca dariku, padahal aku pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه و سلم memakai pakaian yang paling bagus, dan telah turun ayat:

{Katakan (Muhammad), siapakah yang berani mengharamkan perhiasan dari Allah dan rezeki yang baik yang Allah keluarkan untuk hamba-hambaNya ?} (QS. Al-A’raaf: 32).
Mereka bertanya, “Lalu ada apa engkau datang kemari?”

Aku menjawab, “Aku mendatangi kamu dari sisi para shahabat Nabi صلى الله عليه و سلم dari kalangan Muhajirin dan Anshar untuk menyampaikan apa yang mereka katakan dan apa yang mereka kabarkan, kepada merekalah Al-Quran diturunkan, dan merekalah yang paling memahaminya, dan tidak ada di antara kalian yang menjadi shahabat Nabi صلى الله عليه و سلم.
 
Sebagian mereka (Khawarij) berkata, “Jangan berdialog dengan kaum Quraisy, karena Allah berfirman,
{Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.} (QS. Az-Zukhruf: 58)

قال ابن عباس : و أتيت قوما قط أشد اجتهادا منهم مسهمة وجوههم من السهر كأن أيديهم و ركبهم تثني عليهم فمضى من حضر فقال بعضهم : لنكلمنه و لننظرن ما يقول . قلت : أخبروني ماذا نقمتم على ابن عن رسول الله صلى الله عليه و سلم و صهره و المهاجرين و الأنصار ؟ قالوا : ثلاثا !قلت : ما هن ؟ قالوا : أما إحداهن فإنه حكم الرجال في أمر الله و قال الله تعالى: ?إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ? (الأنعام آية:57)، و ما للرجال و ما للحكم . فقلت : هذه واحدة
 
Ibnu Abbas berkata, “Aku belum pernah melihat suatu kaum yang sangat bersungguh-sungguh beribadah dari mereka, wajah-wajahnya mereka pucat karena begadang malam (untuk shalat), dan tangan serta lutut mereka menjadi hitam (kapalan).”
Sebagian mereka berkata, “Demi Allah, kami akan berbicara dengannya dan mendengarkan apa yang ia katakan.”
Ibnu Abbas berkata, “Kabarkan kepadaku, apa alasan kalian memerangi anak paman Rasulullah صلى الله عليه و سلم (Ali bin Abi Thalib), serta kaum Muhajirin dan Anshar?”
Mereka berkata, “Tiga perkara.”
Ibnu Abbas berkata, “Apa itu?”

Mereka berkata, “Ia telah berhukum kepada manusia dalam urusan Allah(1), padahal Allah berfirman,

{Sesungguhnya hukum itu hanyalah milik Allah.} (QS. Al An’am: 57).
Ibnu Abbas berkata, “Ini yang pertama.”
قالوا : و أما الأخرى فإنه قاتل و لم يسب و لم يغنم فلئن كان الذي قاتل كفارا لقد حل سبيهم و غنيمتهم و لئن كانوا مؤمنين ما حل قتالهم؟! قلت : هذه اثنتان فما الثالثة ؟ قال : إنه محا نفسه من أمير المؤمنين فهو أمير الكافرين .قلت : أعندكم سوى هذا ؟
قالوا : حسبنا هذا
 
Mereka berkata, “Adapun yang lainnya, ia telah berperang (2) namun tidak menawan dan tidak juga mengambil harta rampasan perang, jika yang ia perangi itu orang-orang kafir, maka mereka boleh ditawan dan dirampas hartanya. Dan jika yang ia perangi adalah kaum mukminin, maka tidak boleh memerangi mereka.”

Ibnu Abbas berkata, “Ini yang kedua, lalu apa yang ketiga?”
Mereka berkata, “Ia telah menghapus nama amirul mukminin dari dirinya, jika dia bukan amirul mukminin berarti ia adalah amirul kafirin!”
Ibnu Abbas berkata, “Apa ada alasan lain?”
Mereka berkata, “Cukup itu saja”

فقلت لهم : أرأيتم أن قرأت عليكم من كتاب الله و من سنة نبيه صلى الله عليه و سلم ما يرد به قولكم أترضون ؟
 
قالوا : نعم
Ibnu Abbas berkata, “Bagaimana pendapat kalian, jika aku membacakan dari Kitabullah dan sunah nabi-Nya apa yang membantah pemahaman kalian, apakah kalian ridha?”
Mereka berkata, “Ya”

فقلت : أما قولكم حكَّم الرجال في أمر الله، فأنا عليكم ما قد رد حكمه إلى الرجال في ثمن ربع درهم في أرنب و نحوها من الصيد فقال : ?يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ? (المائدة آية: 95)، إِلَى قَوْلِهِ: ?يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ? (المائدة آية 95)، فنشدتكم الله أحكم الرجال في أرنب و نحوها من الصيد أفضل أم حكمهم في دمائهم و صلاح ذات بينهم؟ و أن تعلموا أن الله لو شاء لحكم و لم يصير ذلك إلى الرجال.
و في المرأة و زوجها قال الله عز و جل: ?وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنَهُمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا? (النساء آية 35)، فجعل الله حكم الرجال سنة مأمونة، أخرجت عن هذه؟
قالوا : نعم .
 
Ibnu Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian bahwa Ali berhukum kepada manusia dalam urusan Allah, bukankah Allah menyuruh mengembalikan kepada hukum manusia mengenai harga seperempat dirham dalam masalah kelinci dan hewan buruan lainnya?” Allah berfirman:

{Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh hewan buruan dalam keadaan berihram. Barang siapa yang membunuhnya diantara kamu secara sengaja, maka dendanya adalah mengantinya dengan hewan yang seimbang dengannya,menurut putusan hukum dua orang yang adil diantara kamu..} (QS. Al-Maidah: 95).

Maka saya bertanya kepada kalian dengan nama Allah, apakah hukum manusia untuk kelinci dan binatang buruan lainnya lebih utama, ataukah hukum manusia untuk menjaga darah dan perdamaian di antara mereka?”

Dalam ayat lain, Allah menyuruh mengembalikan hukum kepada manusia mengenai pertikaian suami istri, Allah berfirman:

{Dan bila kamu mengkhawatirkan perceraian antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (orang yang akan menghukumi) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga wanita. Jika kedua orang hakam ini bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu.} (QS. An Nisaa: 35)
Allah menjadikan manusia sebagai hukum yang dipercaya. Apakah aku telah selesai menjawab alasan pertama ini?

Mereka berkata, “Ya”
قال : و أما قولكم : قاتل و لم يسب و لم يغنم؛ أتسبون أمكم عائشة ثم يستحلون منها ما يستحل من غيرها، فلئن فعلتم لقد كفرتم و هي أمكم و لئن قلتم ليست أمنا لقد كفرتم فإن كفرتم فإن الله يقول : ?النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ? (الأحزاب آية 6) فأنتم تدورون بين ضلالتين أيهما صرتم إليها صرتم إلى ضلالة.
فنظر بعضهم إلى بعض قلت : أخرجت من هذه ؟
قالوا : نعم .
Ibnu Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian bahwa Ali memerangi namun tidak mau menawan dan tidak mengambil harta rampasan perang, kalau begitu apakah kalian mau menawan ibu kalian yaitu Aisyah lalu mau menyetubuhinya sebagaimana tawanan lainnya?? Jika kalian melakukan itu, maka kalian telah kafir. Dan jika kalian berkata bahwa Aisyah bukan ibu kita (kaum muslimin), maka kalian pun telah kafir. Sebab, Allah telah berfirman: { Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka..} kalau begitu, kalian berada diantara dua kesesatan, mana saja yang kalian pilih, maka kalian tetap sesat.”
Maka sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya. Lalu aku berkata, “Apakah aku telah selesai menjawab alasan ini?

Mereka menjawab, “Ya”
و أما قولكم : محا اسمه من أمير المؤمنين فأنا أتيكم بمن ترضون و رأيكم قد سمعتم أن النبي صلى الله عليه و سلم يوم الحديبية كاتب سهيل بن عمرو و أبا سفيان بن حرب فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم لأمير المؤمنين : أكتب يا علي هذا ما اصطلح عليه محمد رسول الله .
 
فقال المشركون : لا و الله ما نعلم أنك رسول الله لو نعلم أنك رسول الله ما قاتلناك!
فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : اللهم إنك تعلم أني رسول الله أكتب يا علي هذا ما اصطلح عليه محمد بن عبد الله فو الله لرسول الله خير من علي و ما أخرجه من النبوة حين محا نفسه.
قال عبد الله بن عباس : فرجع من القوم ألفان و قتل سائرهم على ضلالة“([1])..
 
Ibnu Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian bahwa Ali menghapus nama amirul muminin darinya, maka aku akan bawakan siapa yang kalian ridhai. Bukankah kalian telah mendengar bahwa Nabi صلى الله عليه و سلم pada hari perdamaian Hudaibiyah, menulis perjanjian dengan Suhail bin Amru dan Abu Sufyan bin Harb, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah hai Ali, ini adalah isi perdamaian yang dinyatakan oleh Muhammad Rasulullah.”

Namun kaum Musyrikin berkata, “Tidak! Demi Allah kami tidak meyakinimu sebagai rasulullah, jika kami meyakinimu sebagai rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu.” Maka Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku adalah rasul-Mu. Tulislah hai Ali, Ini adalah isi perdamaian yang dinyatakan oleh Muhammad bin Abdillah.”

Demi Allah, Rasulullah lebih baik dari Ali namun beliau ketika menghapus nama rasul darinya tidaklah menghilangkan kedudukan beliau sebagai seorang Nabi” 

Ibnu Abbas berkata, “Maka bertaubatlah sekitar 2000 orang di antara mereka, dan sisanya terbunuh di atas kesesatan.”

(Kisah di atas diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannafnya, Ath-Thabrani, Al-Hakim, An-Nasai dan lain-lain lihat: http://uqu.edu.sa/page/ar/105681)

(1) Di waktu perjanjian damai antara pasukan Ali dan pasukan Mu’awiyah, dimana Ali mengutus Abu Musa, sedangkan Mu’awiyah mengutus Amr bin Al ‘Ash sebagai juru damai di antara kedua pasukan. Kaum Khawarij (karena kebodohan mereka)memahami perbuatan itu sama dengan menyerahkan hukum itu kepada manusia, bukan berhukum dengan hukum Allah.

(2) Maksud mereka yaitu perang melawan pasukan Mua’wiyah di perang shiffin dan melawan pasukan Aisyah di perang Jamal.
Abdullah Al-jakarti

Soekarno berpidato di sidang KNIP di Malang tahun 1947 | sumber: fotoleren.nl
| Oleh Ridwan Hd. |

Suasana sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung 29 hingga 31 Mei 1945 begitu ribut. Masing-masing orang membentuk kelompoknya sesuai pendapat yang ingin diajukan. Setiap jam istirahat, kelompok Islam melakukan pertemuan sendiri. Begitu juga kelompok kebangsaan, pendukung negara federal, dan kelompok-kelompok yang berbeda pandangan soal konsep wilayah negara.

�Aku duduk di tengah keributan itu dan membiarkan setiap orang mengeluarkan pendapatnya.� kata Soekarno dalam otobiografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang disusun Cindy Adams.

Menurut Soekaro, mereka semua terlalu banyak bicara �seandainya� dan menduga-duga. Kalau terus begini akan sulit menggapai kemerdekaan. �Kalau Jepang memberi kemerdekaan pada kami di hari itu juga, tentulah kami akan berkata, �Nanti dulu... tunggu sebentar. Kami belum siap�.� kata Soekarno.

Memasuki hari 1 Juni 1945, tiba giliran Soekarno berdiri di depan podium untuk mengungkapkan gagasannya tentang dasar negara. Setelah sidang dibuka, ia melangkah ke podium marmer yang berada di tempat yang lebih tinggi. Podium itu pernah berdiri Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk membuka resmi Volksraad, yaitu dewan perwakilan dari pemerintahan Hindia Belanda. Tempat berlangsungnya sidang BPUPKI memang berada di gedung bekas Volksraad.

Di podium itu, Soekarno memperkenalkan lima mutiara berharganya; Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berpidato tanpa teks, ia uraikan penjelasan ke lima usulan dasar negara di depan peserta BPUPKI. �Bangsa Indonesia, karena itu, meliputi semua orang yang bertempat tinggal di seluruh kepulauan Indonesia, dari Sabang di ujung utara Sumatera, sampai Merauke di Papua.� ucapnya ketika menjelaskan bagian kebangsaan.

Pada bagian internasionalisme, ia berkara, �Itu bukanlah Indonesia Uber Alles,� katanya tegas. �Indonesia hanya satu bagian kecil saja dari dunia. Ingatlah kata-kata Ghandi, saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan.� Dalam penjelasannya ini, ia menolak nasionalise seperti nasionalismenya orang Jerman terhadap bangsa Arya. �Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya Internasionalisme.�

�Kita tidak akan menjadi negara untuk satu orang atau satu golongan, tetapi, semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu.� ucapnya menjelaskan bagian demokrasi. �Biarlah orang Islam bekerja sehebat-hebatnya agar supaya sebagian terbesar dari kursi Dewan Perwakilan Rakyat diduduki oleh utusan-utusan Islam. Kalau misal orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap peraturan dari negara Indonesia dijiwai Injil, bekerjalah mati-matian agar sebagian besar dari utusan-utusan adalah orang Kristen. Itu adil!�

Masuk bagian Keadilan Sosial, ia keluarkan pertanyaan retoriknya, �Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang kaum kapitalismenya merajalela, ataukah yang semua rakayatnya sejahtera, karena merasa diayomi oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?�

�Kita tidak menghendaki persamaan politik semata. Kita ingin demokrasi sosial. Demokrasi ekonomi. Satu dunia baru di dalam mana terdapat kesejahteraan bersama.� lanjutnya.

Terakhir, masuk pada bagian Ketuhanan Yang Maha Esa. �Marilah kita menyusun Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biarkan masing-masing orang Indonesia bertuhan Tuhannya sendiri. Hendaknya tiap-tiap orang menjalankan ibadahnya sesuai cara yang dipilihnya.�

Soekarno mengakui senang pada hal yang simbolik. �Rukun Islam ada lima. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai pancaindera. Jumlah pahlawan Mahabrata, Pandawa, juga lima. Sekarang asas-asas di atas dasar makna kita akan mendirikan negara, lima pula bilangannya.�

Dari ucapannya itulah keluar nama Pancasila. �Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong. Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua.

�Prinsip gotong-royong di antara yang kaya dan tidak kaya, antara yang Islam dan Kristen, antara yang Indonesia dan yang non-Indonesia. Inilah saudara-saudara, yang kuusulkan kepada saudara-saudara.�

Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh. Mohammad Hatta dalam otobiografinya Untuk Negeriku, berkata, �Pidato itu disambut hampir semua anggota dengan tepuk tangan yang riuh. Tepuk tangan yang riuh itu dianggap sebagai suatu persetujuan.�

Pidato Soekarno ini juga menjadi akhir dari sidang BPUPKI tahap pertama. Rumusan yang diusulkan Soekarno akan diolah kembali untuk susunan Undang-undang Dasar di sidang BPUPKI ke dua dengan membentuk panitia sembilan. Tepat pada 22 Juni 1945, rumusan Pancasila disepakati bersama dengan kesepakatan bernama Piagam Jakarta (baca juga: Lima Sila Hasil Kompromi).

AMP - Betapa ambisi kekuasaan bisa menyulap permukaan bumi menjadi neraka.
Jika digabungkan, jumlah warga yang mati di tangan delapan tokoh ini bisa memusnahkan populasi sebuah negara kecil.

Laman Deutsche Welle membuat daftar delapan tokoh diktator yang disebut paling kejam, dalam sejarah dunia. 

Mereka adalah:

1. Mao Zedong
Tangan Mao Zedong bersimbah darah rakyat China.
Salah satu program politiknya, "Lompatan Jauh ke Depan" yang dilancarkannya tahun 1958 untuk menyontek model ekonomi Uni Sovyet menewaskan hingga 45 juta orang.

Hampir 10 tahun kemudian ia mendeklarasikan Revolusi Kebudayaan demi memberangus budaya borjuis. Hasilnya sekitar 30 juta orang tewas.

2. Adolf Hitler
Tidak terhitung kejahatan yang dilakukan Adolf Hitler.
Penguasa NAZI Jerman ini memerintahkan pembantaian 11 juta orang, yang enam juta di antaranya kaum Yahudi.

Dia juga menyeret dunia ke dalam perang yang merenggut hingga 70 juta korban jiwa.
Ironisnya setelah takluk, Hitler bunuh diri karena takut ditangkap pasukan Uni Sovyet.

3. Josef Stalin
Oleh Vladimir Lenin, salah seorang pendiri Uni Sovyet, Josef Stalin dicap sering berperilaku "kasar."

Pria yang kemudian memimpin Sovyet melawan NAZI di Perang Dunia II itu terkenal kejam terhadap musuh politiknya.

Tercatat hingga 20 juta orang mati di kamp konsentrasi alias Gulag selama 31 tahun kekuasaan Stalin.

4. Pol Pot
Pemimpin gerakan Khmer Merah ini cuma butuh waktu empat tahun untuk melumat satu juta nyawa penduduk Kamboja.

Korban sebagian besar meninggal karena bencana kelaparan, siksaan di penjara, kamp kerja paksa atau pembunuhan.

Setelah dilengserkan dari jabatan Perdana Menteri oleh Vietnam, Pol Pot melancarkan perang gerilya dari hutan Kamboja hingga kematiannya tahun 1998.

5. Saddam Hussein
Kebencian diktator Irak Saddam Hussein terhadap etnis Kurdi nyaris tak mengenal batas.
Selama kekuasaannya sejak tahun 1979 hingga 2003, tercatat hingga 300.000 warga Kurdi tewas di tangan pengikut dia.
Secara keseluruhan, Saddam bertanggungjawab atas kematian hampir satu juta penduduk Irak.
Ia dihukum gantung tahun 2006 setelah digulingkankan Amerika Serikat.

6. Idi Amin
Selama tujuh tahun kekuasaannya, presiden ketiga Uganda ini membunuh lebih dari 250.000 penduduk lewat penyiksaan, asasinasi, dan pembersihan etnis.
Ia kemudian mendapat julukan "Jagal Uganda."

Setelah lengser, Amin melarikan diri ke Arab Saudi. Hingga kematiannya, Idi Amin selama bertahun tahun tinggal di kamar terbaik di sebuah hotel mewah di Jeddah.

7. Mengistu Haile Mariam
Setelah menjatuhkan Kerajaan Ethiopia bersama Partai Komunis, Mengistu Haile Mariam, melancarkan kampanye berdarah bernama "teror merah" terhadap musuh politiknya.

Selama dua tahun antara 1977 dan 1978, ia membunuh hampir setengah juta penduduk.

Mengistu lalu dihukum mati tahun 2006 oleh pemerintah Ethiopia dengan dakwaan melakukan genosida.

Ia sempat kabur ke jiran Zimbabwe untuk meminta perlindungan.

8. Kim Jong Il
Cuma Kim Jong Il yang tahu bagaimana cara membunuh jutaan orang dan tetap dipuja bak dewa.

Lantaran militerisasi ekonomi dan korupsi yang merajalela, tak kurang dari 2,5 juta penduduk Korea Utara mati.

Mereka mati akibat kemiskinan dan bencana kelaparan di pertengahan dekade 1990an.
Di tangan "sang pemimpin besar", satu generasi Korea Utara mengalami gangguan pertumbuhan karena malnutrisi.


Sumber: Deutsche Welle

Tiga terdakwa kasus pembunuhan disertai perampokan tokoh Aceh Sepakat masing-masing Yoga Fujiharto alias Yoga (22), Rahman alias Rori (23) dan Nanang Panji Santoso alias Lanang (19) dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di ruang Cakra VII P
MEDAN - Tiga terdakwa kasus pembunuhan disertai perampokan tokoh Aceh Sepakat Mukhtar Yakub, masing-masing Yoga Fujiharto alias Yoga (22), Rahman alias Rori (23) dan Nanang Panji Santoso alias Lanang (19) dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di ruang Cakra VII Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (31/5/2016) sore.

Dalam amar tuntutan yang dibacakan JPU Joice V Sinaga menyatakan perbuatan ketiga terdakwa secara sengaja telah menghilangkanya nyawa korban dalam kasus ini yakni Mukhtar Yakub, Nurhayati dan Muhammad Sadik Kaysan alias Dika yang masih berumur tujuh tahun.

''Meminta kepada majelis hakim yang memeriksa dan mengadili agar menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Yoga Fujiharto alias Yoga, Rahman alias Rori dan Nanang Puji Santoso alias Lanang dengan pidana mati,'' kata Joice V Sinaga di hadapan majelis hakim Mahyuti.

Jaksa menganggap terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHPidana dan terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai orang yang melakukan, disuruh melakukan hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

Mendengar dihukum mati, salah seorang terdakwa Yoga Fujiharto alias Yoga tampak meneteskan air matanya. Yoga yang duduk di kursi paling kanan tampak menyeka kedua matanya dengan tangan kiri. ***[tribunnews]

May 31, 2016 ,
AMP - Tim ahli dan sub-koordinasi penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa sejumlah bukti dalam kasus pengadaan mobil pemadam kebakaran seharga Rp 17 miliar. Tim terdiri dari tiga orang ahli dan empat pegawai sub bidang penindakan.

“Mereka di sini (Banda Aceh) dua hari untuk memeriksa detail fisik mobil damkar,” kata Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Banda Aceh Himawan, Selasa (31/5).

Kendaraan itu diberikan kepada Pemerintah Kota Banda Aceh oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Dana pengadaan kendaraan itu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh 2014.

Pemeriksaan ini juga disaksikan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan beberapa penyidik dari Kejari Banda Aceh. Selanjutnya, kejaksaan akan menunggu hasil pemeriksaan tim KPK untuk memastikan perbuatan hukum dalam pengadaan mobil damkar tersebut.

Kami melihat perkembangan dari tim ahli. Hasilnya akan segera kami sampaikan kepada publik,” kata Himawan.
(AJNN)

Perang Aceh
PAUL van 't Veer (1922-1979) adalah seorang wartawan yang berminat besar pada sejarah dan sastra. Dia termasuk segelintir wartawan Belanda yang dianggap paling mengenal dan ahli tentang Indonesia. Hal itu terlihat dari sejumlah buku dan karangan lain hasil karyanya. Buku "Perang Aceh, Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje" merupakan salah satu bukti tentang kecintaannya terhadap sejarah, ketekunannya dalam meneliti, dan kecemerlangan intelektualnya.

Semuanya itu terintegrasi secara mulus dalam gaya bahasa jurnalistiknya yang lancar sehingga menjadikan buku tersebut sebuah karya tulis yang bukan saja enak dibaca, tetapi juga perseptif dan analitis. Tanpa mengurangi makna sumbangan yang berharga dari buku ini setelah membacanya dengan teliti dan kritis sebagian pembaca barangkali akan memperoleh kesan bahwa buku ini rupanya terutama diperuntukkan bagi orang Belanda.

Hal itu antara lain jelas terlihat dari pendekatannya yang menempatkan Perang Aceh dalam perspektif perpolitikan dan kemiliteran Belanda, baik di dalam negeri maupun di Hindia Belanda serta dalam perkaitan internasionalnya dengan beberapa negara Eropa. Sejalan dengan itu dapatlah dimengerti kalau lukisan dan analisa tentang peranan pihak Belanda jauh lebih teliti, kritis, detail, luas, dan mendalam daripada gambaran perlawanan pihak Aceh.

Buku ini melukiskan dengan cermat dan hidup percaturan politik dan militer Belanda menjelang dan selama Perang Aceh, tetapi uraiannya tentang perpolitikan dan kemiliteran Aceh di zaman itu kurang memadai sehingga menimbulkan kesenjangan. Dari situ sekaligus tercermin kekuatan dan kelemahan karya ini. Kesenjangan yang kita kemukakan berpautan erat dengan dua pertanyaan pokok yang ingin dijawab oleh pengarang buku.

Pertanyaan pertama (dalam buku ini tercantum sebagai pertanyaan kedua) bersifat moral atau etis dan politik, yaitu: "Apakah perang ini dapat dibenarkan?" Oleh karena yang menjadi agresor atau pencetus perang ini adalah pihak Belanda, maka pertanyaan tersebut tertuju kepada mereka. Pertanyaan kedua (pertama dalam buku ini) bersifat militer, yaitu: "Apakah perang ini dilakukan dengan cara yang tepat?" Oleh karena yang melakukan perang atau yang memerangi adalah Belanda, maka pertanyaan itu juga tertuju kepada pihaknya.

Dengan perkataan lain, dua pertanyaan pokok ini mempersoalkan pihak Belanda dalam mencetuskan, melakukan, dan menyelesaikan Perang Aceh dari segi moral, politik, dan militer. Ditinjau dari pihak Belanda, menurut penulis buku ini, Perang Aceh adalah perang yang terbesar dan terberat yang pernah dilakukan bangsa itu. Dilihat dari segi waktu perang ini, yang menurut dia berlangsung dari tahun 1873 sampai 1942 lamanya dapat dibandingkan dengan Perang 80 Tahun yang pernah dialami Belanda di Eropa dahulu.

Dari segi jumlah korban yang tewas (lebih dari 100.000 jiwa, sebagian besar rakyat Aceh) perang ini merupakan peristiwa militer yang belum ada bandingnya bagi Belanda. Oleh karena itu, dapatlah dipahami mengapa perang ini berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan militer Belanda selama berpuluh tahun. Uraian yang kritis serta analisa yang tajam tentang itu merupakan sumbangan yang berharga dari buku ini.

Dalam Traktat London tahun 1824 yang ditandatangani Inggris dan Belanda, di samping menyetujui pertukaran Bengkulu (dari Inggris kepada Belanda) dengan Malaka (dari Belanda kepada Inggris), terdapat ketentuan bahwa Belanda berjanji tidak akan mengusik kemerdekaan Aceh dalam usaha perluasan kekuasaannya di Sumatera. Aceh yang merdeka kemudian dirasakan sebagai gangguan oleh Belanda baik dari segi kelancaran perdagangannya maupun dari segi keamanan kekuasaan kolonialnya di Nusantara.


Hal itu mendorongnya untuk menaklukkan Aceh sebagai daerah kekuasaannya. Dengan cerdik Belanda berhasil mengajak Inggris menyetujui Traktat Sumatera pada tahun 1871 yang antara lain menghapus ketentuan yang menjamin kemerdekaan Aceh dalam Traktat London tahun 1824. Sebagai imbalan Inggris memperoleh koloni-koloni Belanda di pantai Guinea dengan membayar nilai-nilai barang yang ada di sana. Traktat Sumatera membuka pintu bagi Belanda untuk mencaplok Aceh.

Multatuli, seorang tokoh moralis Belanda yang terkenal dengan buku karangannya Max Havelaar, melihat bahwa motif utama Belanda dengan Traktat Sumatera itu adalah untuk meluaskan kekuasaannya ke Aceh. Hal itu antara lain diamatinya dari kelakuan Gubernur Jenderal James Loudon yang berkedudukan di Buitenzorg.

Dalam bulan Oktober 1872 Multatuli menerbitkan surat terbukanya yang berjudul Surat kepada Raja, yang mengandung ramalan, sebagaimana dikutip oleh penulis buku ini, yang berbunyi: "Gubernur Jenderal Anda, Tuanku, dengan bermacam dalih yang dicari-cari, paling-paling berdasarkan alasan provokasi yang dibuat-buat, bersikap memaklumkan perang kepada Sultan Aceh dengan tujuan merampas kedaulatan kesultanan itu. Tuanku, perbuatan ini tidak berbudi, tidak luhur, tidak jujur, tidak bijaksana" (halaman 24).

Pada tanggal 26 Maret 1873 melalui seorang komisaris yang dikirim ke Aceh surat pernyataan perang yang ditandatangani Gubernur Jenderal James Loudon diserahkan kepada Sultan Aceh. Maka, meletuslah perang Belanda di Aceh. Ramalan Multatuli bukan saja ternyata benar, tetapi juga kritik tajamnya yang mempertanyakan kebenaran moral atau etis dan politik dari perang itu rupanya terus hidup mewarnai perpolitikkan Belanda selama peristiwa berdarah itu berlangsung berpuluh tahun. Sebagian besar buku ini bercerita tentang perang itu sendiri.



Ada dua macam perang yang dilukiskan dan dianalisanya. Di Aceh, pembaca diajaknya mengikuti perang yang "benar-benar" melalui jalannya satu pertempuran ke pertempuran lain. Di luar medan laga itu, terutama di Negeri Belanda, kita disuguhinya gambaran yang mengasyikkan tentang "perang kertas" atau polemik yang tajam mengenai kebijaksanaan militer yang perlu diambil dalam melakukan dan menyelesaikan perang yang sesungguhnya. "Hampir tidak ada orang Belanda yang memainkan peranan utama dalam Perang Aceh yang tidak merasa terpaksa mempertahankan kebijaksanaannya di depan umum" (halaman 97).

Hal itu telah berperan besar dalam memperbanyak karya tulis tentang perang ini. Menurut Van 't Veer sampai 1945 tidak ada peristiwa dari sejarah kolonial Belanda yang menggugah begitu banyak tulisan seperti Perang Aceh. Ada sekitar 150 buku atau brosur yang seluruhnya membahas perang tersebut, dan itu belum termasuk karya-karya tulis seperti buku-buku pedoman dan artikel-artikel majalah yang tak terhitung banyaknya.


Apa yang disebut "perang kertas" itu adalah polemik tajam antara penganut garis lemah dan pentolan Garis keras dalam kebijaksanaan militer dalam perang. Di kubu garis lemah terdapat Jenderal Van Swieten sebagai salah seorang tokoh utamanya, sedangkan di kubu garis keras terdapat Jenderal Verspijck, Snouck Hurgronje, dan Jenderal Van Heusz. Penganut garis lemah tidak dapat membenarkan cara-cara kekejaman yang luar biasa dan bumi hangus dalam perang, sedangkan pihak garis keras berkeyakinan bahwa Aceh tidak bisa ditaklukkan dengan bujukan.

Garis keras mendapat angin ketika Teuku Umar, yang pernah bekerja sama dengan Belanda kembali melakukan perlawanan. Jenderal Van Heutsz dan Snouck Hurgronje memanfaatkan pembelotan Teuku Umar itu untuk melaksanakan garis keras mereka. Maka, perang Belanda di Aceh menjadi semakin berdarah. Kekejaman Belanda dengan pasukan marsose-nya semakin menjadi-jadi. Bukan saja lawan bersenjata yang dibunuh, melainkan terkadang juga kaum wanita dan anak-anak yang tak berdaya.

Antara tahun 1899 dan 1909, yang terkenal sebagai "sepuluh tahun berdarah", tercatat 21.865 orang Aceh yang tewas atau sekitar empat persen dari penduduk, sedangkan di pihak Belanda hanya 508 orang. Satu per satu kubu perlawanan orang Aceh dihancurkan. Rumah-rumah dibumihanguskan. Daerah-daerah tertentu menjadi sunyi sepi ditinggalkan bertahun-tahun oleh mereka yang berhasil lolos. Bahkan ribuan yang menyingkir jauh sampai ke Pulau Penang. Di samping ada yang menyerah, banyak pula yang melawan sampai titik darah terakhir.

Salah satu kisah keberanian perlawanan Aceh yang luar biasa diperlihatkan oleh keluarga Teungku Cik Di Tiro, Syekh Saman. Ulama besar ini tewas pada tahun 1891, tetapi perjuangan diteruskan oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Dalam tahun 1896 tewas pula anak tertua dari lima putranya. Empat lainnya dan dua cucunya gugur dalam perlawanan antara tahun 1904 dan 1909. Dalam menghadapi kubu perlawanan keluarga ulama besar ini Belanda betul-betul menemukan salah satu contoh terbaik dari keberanian orang Aceh yang luar biasa. "Tidak satu pun dari pemimpin-pemimpin pemberontakan itu yang menyerah hidup-hidup" (halaman 220).

Sebenarnya dengan patahnya kubu perlawanan besar terakhir yang dipimpin oleh ulama-ulama di Tiro tersebut pada permulaan dekade kedua abad ini Belanda telah berhasil memenangkan perangnya di Aceh. Tetapi apakah rakyat Aceh merasa telah ditaklukkan? Rupanya, tidak. Paling kurang masih banyak yang tidak merasa begltu. Mereka memang kalah perang, tetapi tidak merasa takluk. Hal itu antara lain terbukti dari masih bermunculannya perlawanan berdarah, meskipun dalam skala kecil-kecil, sesudah kubu perlawanan besar terakhir dilumpuhkan Belanda.

Bahkan dalam bulan Februari dan Maret 1942, menjelang mendaratnya Jepang, terjadi lagi gerakan pemberontakan dengan metode gerilya lama. Belanda segera mengirimkan pasukan marsose yang selama perang mereka di Aceh telah membuktikan keampuhannya sebagai pasukan "kontragerilya" yang efektif. Itulah sebabnya mengapa penulis buku yang diresensi ini sampai menyimpulkan bahwa "Perang Acek"' berlangsung selama 69 tahun dan baru berakhir pada tahun 1942. Tentang kapan berakhirnya perang tersebut memang ada beberapa pendapat yang berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Van 't Veer.


Salah satu pendapat yang cukup kuat ialah yang mengemukakan bahwa perang itu sebenarnya sudah berakhir setelah Belanda berhasil melumpuhkan kubu perlawanan besar orang Aceh terakhir yang dipimpin oleh ulama-ulama di Tiro pada permulaan dekade kedua abad ini, tahun 1910-1913. Dengan itu Belanda praktis telah memenangkan perangnya dan menjadikan Aceh salah satu bagian dari daerah jajahannya di Nusantara ini. Bahwa masih terjadi perlawanan kecil-kecilan sesudah itu, sebagian ahli sejarah Aceh barangkali menganggapnya sebagai masalah keamanan di dalam salah satu wilayah kekuasaan kolonial, bukan bersiht kelanjutan perang.

Pendapat seperti ini tentu didasarkan pada definisi "perang" yang rupanya berbeda dengan definisi yang dianut oleh penulis buku ini. Meskipun buku ini mengandung beberapa kelemahan yang sebagian telah dikemukakan, pada dasarnya ia merupakan karya yang berharga dalam menambah pengetahuan kita. Uraiannya kritis, analisanya tajam, gaya bahasanya enak sehingga asyik membacanya. Betapapun juga buku ini melihat permasalahan yang dikajinya dari perspektif perpolitikan dan kemiliteran Belanda.[]

Sumber: asalasah.com/

AMP - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti terkenal sangat tegas dengan kapal asing pencuri ikan yang masuk ke perairan Indonesia. Semenjak diangkat Jokowi jadi menteri, Susi menjadi sorotan karena sangat berani menangkap bahkan menenggelamkan kapal asing yang kedapatan mencuri ikan Indonesia.

Pada awal 2016 saja, Menteri Susi tercatat telah menenggelamkan 23 kapal asing yang tertangkap mencuri ikan di Indonesia. Kapal asing ini berasal dari banyak negara seperti Vietnam, Filipina dan Malaysia.

Penenggelaman kapal dilakukan di empat lokasi yakni Pontianak-Kalimantan Barat sebanyak delapan kapal (Vietnam), Bitung-Sulawesi Utara sebanyak tujuh kapal (1 Filipina, 5 indonesia), Batam sebanyak tujuh kapal Malaysia dan Tahuna-Sulawesi Utara sebanyak satu kapal (Filipina).

"Tanggal 22 Februari jumlahnya yang terbaru jadi 23 kapal (akan ditenggelamkan). Ini merupakan penenggelaman kapal illegal fishing yang pertama kali dilakukan pada tahun 2016," ujar Susi di kantornya, Jakarta, Jumat (12/2).

Penenggelaman kapal pelaku illegal fishing dilakukan dengan mengacu pada Pasal 76A UU No. 45/2009 tentang Perubahan Atas UU No 31/2004 tentang Perikanan yaitu benda dan/atau alat yang digunakan dalam dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana perikanan dapat dirampas untuk negara atau dimusnahkan setelah mendapat persetujuan ketua pengadilan negeri dan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht) sebagaimana diatur dalam KUHAP.

Susi mengakui, laut Indonesia menjadi sasaran empuk para pencuri ikan.

Sejumlah warga Matang Jeulikat, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara melihat kantor Geuchik yang sudah dicoret-coret, Selasa (31/5/2015). [Jamalauddin Idris] -
AMP - Pasca-pengunduran diri enam anggota Tuha Peut (perangkat desa), kisruh di Gampong Matang Jeulikat, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara masih berlanjut. Aksi coret-coret kantor Geuchik yang dilakukan warga sejak Selasa (25/5/2016) lalu hingga Selasa ini, masih berlangsung.

Amatan GoAceh, selain mencoret pagar depan dan kantor Geuchik, warga juga menaikkan spanduk bertuliskan "Jangan Biarkan Desa Kami Hancur Atau Kami Akan Menolak Pemilukada 2017" di kantor Geuchik. Aksi yang muncul gara-gara dana Anggaran Dana Desa (ADD), ini belum mendapat titik temu.

Geuchik Gampong Matang Jeulikat, Muhammad Jaban, kepada GoAceh mengatakan, stiker tersebut dipasang oleh sekelompok masyarakat yang tidak setuju dengan hasil penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Anggaran Dana Desa (ADD).

"Awalnya enam Tuha Peut mundur terkait RPJM. Mereka tidak setuju dengan hasil RPJM itu. Padahal sebelumnya sudah saya buat rapat di desa mengenai item-item apa saja yang layak dimasukkan. Setelah dana cair, mereka malah tidak setuju lagi. Akhirnya memilih mundur," kata Muhammad Jaban di Keude Seunuddon, Selasa (31/5/2016).

Lebih lanjut Geuchik menjelaskan, upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut sudah dilakukan pihaknya di kantor Camat Seunuddon yang dimediaasi oleh Camat, Koramil dan Kapolsek. Namun, hanya segelintir warga yang tidak setuju dengan hasil penyusunan RPJMG itu.

Camat Seunuddon, Fatwa Maulana, membenarkan bahwa proses penyelesaian masalah tersebut sudah dilakukan di kantor Camat. Namun, kata Fatwa, hingga saat ini pihaknya belum menerima uraian atau item-item yang harus diselesaikan oleh Geuchik terkait laporan tersebut.

Disampaikan Fatwa, pihaknya sudah tiga kali menyelesaikan masalah itu. Namun, belum ada titik temu. "Tuha Peut yang sudah mundur dari jabatan mereka juga sudah kita sampaikan poin-poin penyusunan RPJM, namun laporan mengenai apa yang harus diselesaikan oleh Geuchik di Gampong belum saya terima dari Tuha Peut," kata Fatwa Maulana.[]

Sumber: .goaceh.co

Banda Aceh - Sehelai bendera bintang bulan yang dikibarkan di tiang listrik Gampong Blang Tingkeum Kemukiman Lamteuba, Seulimeum, Aceh Besar diturun tim gabungan TNI/Polri, Senin (30/5) sekitar pukul 11. 00 WIB. Belum diketahui motif dan pelaku pemasangan bendera yang masih menuai pro kontra itu.
Informasi dihimpun AJNN, bendera yang seukuran tangan orang dewasa itu, pertama sekali diketahui warga yang tengah melintas ditiang listrik Gapura bertulis ucapan "selamat datang", di gampong tersebut. Warga yang mengetahui keberadaan bendera akhirnya melapor ke Polsek Seulimum.
"Beberapa warga sudah kami mintai keterangan tapi tidak ada yang tahu siapa yang memasang. Kami juga berkordinasi dengan Komite Peralihan Aceh (KPA) Lamteuba," kata Kapolres Aceh Besar AKP Heru Suprihasto melalui kapolsek Seulimum Iptu Yulizar Lubis dihubungi AJNN.
Pemasangan diduga dilakukan Senin dini hari saat warga masih terlelap tidur sehingga tidak ada warga yang melihat. Sejumlah warga mengaku tidak melihat bendera terpasang di tiang tersebut pada Senin malam. "Tadi kami bersama anggota TNI dari Kompi C 113 Raider Lamteuba serta anggota Koramil Seulimeum langsung menurunkan bendera dari tiang," ungkap Yulizar.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut bendera bintang bulan langsung diamankan ke Mapolsek Seulimum. Meski berlangsung aman, penurunan sempat menarik perhatian warga di sekitar lokasi pengibaran.
"Kedepan saya harap tidak ada lagi aksi serupa karena mengganggu ketentraman warga. Apalagi ini mau pemilu jadi mari kita ciptakan kondisi yang aman," imbau Yulizar. (AJNN)

AMP - Pemerintah Jepang memutuskan untuk menyiagakan militernya. Keputusan itu diambil setelah adanya peringatan Korut akan kembali meluncurkan uji coba rudal balistik mereka.

Diberitakan oleh Reuters, perintah tersebut dikeluarkan oleh pihak militer Jepang pada Senin, 30 Mei 2016. Perintah tersebut disampaikan pertama kali oleh kantor berita pemerintah Jepang, NHK.

Menurut NHK, militer telah memberi perintah pada kapal Patriot, sebuah kapal penghancur yang memiliki senjata anti-rudal milik Jepang untuk bersiap menembak proyektil apa saja yang mengarah pada negara tersebut.

Tapi, juru bicara Kementerian Pertahanan di Tokyo menolak berkomentar soal benar atau tidaknya perintah tersebut.

Dikutip dari Trust.org, Jepang telah dua kali memerintahkan perangkat anti-rudal milik militer mereka untuk bersiap setelah mendapatkan sinyal adanya kemungkinan peluncuran rudal oleh Korea Utara. Korut sudah empat kali melakukan uji coba nuklir, yang terakhir dilakukan pada Januari lalu. Selain itu, Korut terus melakukan uji coba sejumlah rudal.

Angkatan Laut Jepang telah meningkatkan kewaspadaan mereka di Laut Jepang dengan keberadaan kapal Aegis. Kapal ini mampu melacak beberapa target, dan dipersenjatai dengan rudal SM-3 yang dirancang untuk menghancurkan hulu ledak di ruang angkasa sebelum mereka kembali memasuki atmosfer dan jatuh ke target sasaran.

Kapal Patriot PAC-3 berkekuatan rudal yang dirancang untuk menghancurkan hulu ledak dekat tanah, dikerahkan di sekitar Tokyo dan wilayah lain yang menjadi garis kedua serta baris terakhir pertahanan.
(Viva)

May 30, 2016 , ,
AMP - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Senin (30/5/2016) meresmikan 13 Mahad Aly (Perguruan Tinggi Keagamaan berbasis pesantren).

Mahad Aly MUDI Mesjid Raya, Ponpes Ma'hadul 'Ulum Ad Diniyyah Al Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya, Bireuen, juga termasuk salah satu Mahad yang dikukuhkan oleh Menteri Agama dengan program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu).

Peresmian yang dilakukan bersamaan dengan Wisuda ke-3 Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asyari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang ini ditandai dengan pemberian izin pendirian sekaligus nomor statistiknya.

"Hari ini, kita secara resmi menerbitkan SK untuk 13 Mahad Aly yang secara resmi diakui oleh negara," tegas Menag saat memberikan orasi ilmiah Wisuda Mahasantri ke 3 Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng.

"Ini tentu sejarah tersendiri, setelah sekian lama keinginan ini berlangsung. Sebenarnya saya hanya di ujungnya saja. Yang jauh lebih berjasa tentu Menteri Agama terdahulu yang telah memperjuangkan ini sejak lama," tambah Menag dalam siaran pers Kemenag.

Ibarat main bola, Menag mengilustrasikan dirinya hanya mengegolkan bola di depan gawang lawan setelah banyak yang menggiringnya sejak dari belakang.

Pemberian pengakuan terhadap Mahad Aly ini diawali dengan ditandatanganinya Peraturan Menteri Agama Nomor 71/2015 tentang Mahad Aly oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Menurut Menag, Mahad Aly adalah perguruan tinggi keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.

Kitab kuning yang dimaksud adalah kitab keislaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren. Adapun tujuan Mahad Aly adalah menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin), dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning.

“Mahad Aly adalah wujud pelembagaan sistemik tradisi intelektual pesantren tingkat tinggi yang keberadaannya melekat pada pendidikan pesantren. Secara kelembagaan, posisi Mahad Aly adalah jenjang Pendidikan Tinggi Keagamaan pada jalur Pendidikan Diniyah Formal,” tegas Menag.

Untuk membangun keunggulan dengan integritas akademik yang tinggi, Menag memastikan setiap Mahad Aly hanya diberikan izin penyelenggaraan untuk satu Program Studi. Lebih dari itu, program studi dimaksud juga akan dikembangkan menjadi pusat kajian keilmuan ke-Islaman dan ke-pesantrenan secara sekaligus.

“Kementerian Agama memiliki komitmen kuat membangun pusat-pusat unggulan ini. Dengan posisi ini, maka Mahad Aly akan tetap ditempatkan sebagai lembaga khusus (khushushul-khushush) yang ada pada pesantren, sebagai lembaga kaderisasi ulama yang mumpuni dan berintegritas,” tegasnya.

Berikut ke-13 Mahad Aly yang telah mengantongi izin pendirian:

1) Mahad Aly Saidusshiddiqiyyah, Ponpes As-Shiddiqiyah Kebon Jeruk, DKI Jakarta. Program takhasus (spesialisasi) “Sejarah dan Peradaban Islam” (Tarikh Islami wa Tsaqafatuhu).




2) Mahad Aly Syekh Ibrahim Al Jambi, Pondok Pesantren Al As'ad Kota Jambi. Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

3) Mahad Aly Sumatera Thawalib Parabek, Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, Agam (Sumatera Barat). Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

4) Mahad Aly MUDI Mesjid Raya, Ponpes  Ma'hadul 'Ulum Ad Diniyyah Al Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya, Bireun (Aceh). Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

5) Mahad Aly As'adiyah, Ponpes As’adiyah Sengkang (Sulsel). Program takhasus “Tafsir dan Ilmu Tafsir” (Tafsir wa Ulumuhu);

6) Mahad Aly Rasyidiyah Khalidiyah, Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai (Kalsel). Program takhasus “Aqidah dan Filsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu);

7) Mahad Aly salafiyah Syafi’iyah, Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Situbondo (Jatim). Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

8) Mahad Aly Hasyim Al-Asy'ary, Ponpes Tebuireng Jombang (Jatim. Program takhasus “Hadits dan Ilmu Hadits” (Hadits wa Ulumuhu);

takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

10) Mahad Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh, Ponpes Maslakul Huda Kajen Pati (Jateng). Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu);

11) Mahad Aly PP Iqna ath-Thalibin, Ponpes Al Anwar Sarang Rembang (Jateng). Program takhasus “Tasawwuf dan Tarekat” (Tashawwuf wa Thariqatuhu);

12) Mahad Aly Al Hikamussalafiyah, Ponpes Madrasah Hikamussalafiyah (MHS) Cirebon (Jabar). Program takhasus “Fiqh dan Ushul Fiqh” (Fiqh wa Ushuluhu); dan

13) Mahad Aly Miftahul Huda, Pondok Pesantren Manonjaya Ciamis. Program takhasus “Aqidah dan Filsafat Islam” (Aqidah wa Falsafatuhu).

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget