AMP - Noor Jan Shah yang pernah ditangkap di Malaysia dengan tuduhan sultan palsu menjadi tamu kehormatan pada seminar Kerajaan Jeumpa. Konyol dan bikin heboh publik Bireuen.
Seminar tentang Kerajaan Jeumpa yang digelar Pemkab Bireuen di Gampong Blang Seupeng, Kecamatan Jeumpa, menuai banyak kecaman warga, baik di medsos maupun di warung-warung kopi. Pasalnya, Majelis Adat Aceh (MAA) Bireuen selaku panitia penyelenggara menghadirkan Sultan Malaka palsu sebagai tamu istimewa.
Noor Jan Shah, sultan palsu itu hadir ke acara seminar bersama 22 rekannya. Rombongan tersebut disambut sebagai tamu kehormatan oleh Bupati Bireuen Ruslan M Daud dan Ketua DPRK Bireuen Ridwan Muhammad. Bahkan, sang sultan sempat tukar tanda mata dengan ulama kharismatik Aceh, Tumin Blangbladeh.
Tanpa disangka, Noor Jan Shah ternyata memiliki catatan buruk di Malaysia. Ia ditangkap pada 16 Januari 2014 dan diadili karena membuat pengakuan palsu yang menyebut dirinya Sultan Malaka, meskipun akhirnya dibebaskan.
Kehebohan sultan palsu itu tidak saja di lokasi seminar, namun berlanjut di warung-warung kopi dan media sosial. Beberapa akun facebook yang memposting foto penyambutan Noor Jan Shah di seminar Kerajaan Jeumpa dan menggadengnya dengan foto penangkapan pria itu di Malaysia, langsung mendapat respon dengan berbagai komentar miring dari para netizen.
Pantauan Pikiran Merdeka, postingan tersebut dibagikan lebih dari 60 kali dan rata-rata disukai ratusan pengguna facebook. Dalam sekejap, seratusan komentar muncul. Umumnya, para netizen menuding pihak MAA Kabupaten Bireuen selaku panitia seminar Kerajaan Jeumpa tidak profesional dan kecolongan dengan mendatangkan raja palsu pada kegiatan bergengsi tersebut.
Pemilik akun Adi Djuli, misalnya, menuliskan, “Hanapu hireun, seminar palsu, sultan jeumpa palsu, sejarawan juga palsu, sultan malaka pun palsu. Yang tidak palsu uang pendanaan kegiatan itu. Hehehe…”
Pemilik akun lainnya menuliskan, “hampir semua yang di Bireuen memang palsu.” Bahkan, ada yang menyebutkan, “ijazah palsu vs raja palsu.” Pemilik akun lain menambahkan, “Serba palsu mandum..krn dr awai ka palsu… jd hana jiturie lei yg asli… khak…” Dan, beragam komentar lainnya yang menjatuhkan marwah Pemkab Bireuen dilontarkan para netizen.
Sekretaris MAA Kabupaten Bireuen Syarwan Ibrahim ketika dihubungi Pikiran Merdeka terkesan menutupi kesalahan yang dilakukan pihaknya. Awalnya ia mengaku tidak ada daftar tamu dari luar negeri yang diundang panitia seminar, apalagi sekaliber raja atau sultan.
Menurut dia, sultan palsu dan rombongannya itu hadir ke Bireuen sebagai tamu pada acara seminar menelusuri jejak Raja Jeumpa tanpa diundang secara resmi oleh panitia. “Kami tidak pernah mengundang Sultan Malaka (Noor Jan Shah) ke acara seminar,” jawab Syarwan yang terkesan menutup-nutupi.
Dijelaskannya, sultan itu hadir di Bireuen karena mengetahui ada seminar tentang Kerajaan Jeumpa dari salah seorang warga Kabupaten Bireuen yang menetap di Malaysia. “Sultan itu mengaku tahu ada seminar Raja Jeumpa dari Teuku Is. Begitu pengakuannya saat memberikan sambutan hari itu,” imbuh Syarwan.
Ditanya siapa Teuku Is yang dia maksud, lagi-lagi Syarwan berusaha mengelaknya. “Saya tidak kenal dengan Teuku Is, sebaiknya ditanyakan langsung sama Ketua MAA.”
Sementara Ketua MAA Kabupaten Bireuen Drs Jailani MM yang dihubungi ke ponselnya memberikan jawaban bertolak belakang dengan keterangan Syarwan. Jika Syarwan mengaku tidak pernah mengundang sultan palsu, Jailani langsung membeberkan pihak yang mengantar undangan kepada sultan tersebut.
“Saya berikan nomor kontak orang yang mengantarkan undangan itu ya, supaya lebih jelas,” kata Jailani. Dia meminta maaf tidak dapat melayani pembicaraan lebih lama karena masih dalam suasana berkabung.
Berbekal informasi dari Ketua MAA, terungkap sosok Teuku Is yang berusaha ditutupi oleh Sekretaris MAA. Teuku Is adalah pria bernama lengkap Teuku Iskandar Muda Bin T Ismail. Dia mengaku dirinya sebagai pewaris dari Kerajaan Jeumpa.
Ditemui di depan Sekretariat MAA di kawasan Cot Gapu Bireuen, pria yang mengaku telah 27 tahun menetap di Malaysia itu sama sekali tidak menampik, jika dirinya orang yang paling bertanggungjawab atas kehadiran sultan palsu pada seminar tersebut.
“Itu memang ide saya mengundang Sultan Malaka Noor Jan Shah ke seminar Raja Jeumpa dan sudah dikoordinasikan dengan MAA,” sebut Teuku Iskandar.
Ia punya alasan kuat mengundang Noor Jan Shah pada seminar tersebut. Menurutnya, antara Raja Jeumpa dengan Sultan Malaka memiliki keterikatan. “Saya sudah mempelajari sejarah dan silsilah dari Noor Jan Shah, makanya saya yakin beliau adalah Sultan Malaka yang sah,” tukasnya.
Ditanya apakah ia tahu kalau Noor Jan Shah itu pernah ditangkap dan diadili karena memberi keterangan palsu dan masih terjadi polemik sampai sekarang. “Ya. Saya tahu, tapi itu kan kejadiannya tahun 2014 dan mahkamah di Malaysia tidak dapat membuktikan bahwa Noor Jan Shah bukan Sultan Malaka yang sah. Jadi, yang saya tahu, Sultan ke 22 Negeri Perak adalah kakeknya,” urai pria yang akrab disapa Ampon Is.
Menyangkut dengan fasilitas yang diberikan kepada Noor Jan Shah beserta rombongan selama mengikuti seminar itu, menurut Ampon Is, hanya penginapan yang ditanggung panitia.
“Semua biaya Sultan dan rombongan ditanggung sendiri, kecuali penginapan disediakan oleh panitia,” tandas pria yang mengaku bergelar YM Datuk Paduka Teuku Iskandar Muda Bin T Ismail.
Jauh sebelumnya, Bupati Bireuen Ruslan M Daud juga mendapatkan gelar kehormatan dari lembaga adat Kerajaan Malaka, melalui Majelis Istiadat Kerjaan Sempena, Malaysia. Kala itu, Ruslan menerima gelar Dato’ Sri dari lembaga Naning. Adakah keterkaitan gelar Ruslan dengan kehadiran Sultan Malaka itu ke Bireuen?[pikiranmerdeka.com]
Seminar tentang Kerajaan Jeumpa yang digelar Pemkab Bireuen di Gampong Blang Seupeng, Kecamatan Jeumpa, menuai banyak kecaman warga, baik di medsos maupun di warung-warung kopi. Pasalnya, Majelis Adat Aceh (MAA) Bireuen selaku panitia penyelenggara menghadirkan Sultan Malaka palsu sebagai tamu istimewa.
Noor Jan Shah, sultan palsu itu hadir ke acara seminar bersama 22 rekannya. Rombongan tersebut disambut sebagai tamu kehormatan oleh Bupati Bireuen Ruslan M Daud dan Ketua DPRK Bireuen Ridwan Muhammad. Bahkan, sang sultan sempat tukar tanda mata dengan ulama kharismatik Aceh, Tumin Blangbladeh.
Tanpa disangka, Noor Jan Shah ternyata memiliki catatan buruk di Malaysia. Ia ditangkap pada 16 Januari 2014 dan diadili karena membuat pengakuan palsu yang menyebut dirinya Sultan Malaka, meskipun akhirnya dibebaskan.
Kehebohan sultan palsu itu tidak saja di lokasi seminar, namun berlanjut di warung-warung kopi dan media sosial. Beberapa akun facebook yang memposting foto penyambutan Noor Jan Shah di seminar Kerajaan Jeumpa dan menggadengnya dengan foto penangkapan pria itu di Malaysia, langsung mendapat respon dengan berbagai komentar miring dari para netizen.
Pantauan Pikiran Merdeka, postingan tersebut dibagikan lebih dari 60 kali dan rata-rata disukai ratusan pengguna facebook. Dalam sekejap, seratusan komentar muncul. Umumnya, para netizen menuding pihak MAA Kabupaten Bireuen selaku panitia seminar Kerajaan Jeumpa tidak profesional dan kecolongan dengan mendatangkan raja palsu pada kegiatan bergengsi tersebut.
Pemilik akun Adi Djuli, misalnya, menuliskan, “Hanapu hireun, seminar palsu, sultan jeumpa palsu, sejarawan juga palsu, sultan malaka pun palsu. Yang tidak palsu uang pendanaan kegiatan itu. Hehehe…”
Pemilik akun lainnya menuliskan, “hampir semua yang di Bireuen memang palsu.” Bahkan, ada yang menyebutkan, “ijazah palsu vs raja palsu.” Pemilik akun lain menambahkan, “Serba palsu mandum..krn dr awai ka palsu… jd hana jiturie lei yg asli… khak…” Dan, beragam komentar lainnya yang menjatuhkan marwah Pemkab Bireuen dilontarkan para netizen.
Sekretaris MAA Kabupaten Bireuen Syarwan Ibrahim ketika dihubungi Pikiran Merdeka terkesan menutupi kesalahan yang dilakukan pihaknya. Awalnya ia mengaku tidak ada daftar tamu dari luar negeri yang diundang panitia seminar, apalagi sekaliber raja atau sultan.
Menurut dia, sultan palsu dan rombongannya itu hadir ke Bireuen sebagai tamu pada acara seminar menelusuri jejak Raja Jeumpa tanpa diundang secara resmi oleh panitia. “Kami tidak pernah mengundang Sultan Malaka (Noor Jan Shah) ke acara seminar,” jawab Syarwan yang terkesan menutup-nutupi.
Dijelaskannya, sultan itu hadir di Bireuen karena mengetahui ada seminar tentang Kerajaan Jeumpa dari salah seorang warga Kabupaten Bireuen yang menetap di Malaysia. “Sultan itu mengaku tahu ada seminar Raja Jeumpa dari Teuku Is. Begitu pengakuannya saat memberikan sambutan hari itu,” imbuh Syarwan.
Ditanya siapa Teuku Is yang dia maksud, lagi-lagi Syarwan berusaha mengelaknya. “Saya tidak kenal dengan Teuku Is, sebaiknya ditanyakan langsung sama Ketua MAA.”
Sementara Ketua MAA Kabupaten Bireuen Drs Jailani MM yang dihubungi ke ponselnya memberikan jawaban bertolak belakang dengan keterangan Syarwan. Jika Syarwan mengaku tidak pernah mengundang sultan palsu, Jailani langsung membeberkan pihak yang mengantar undangan kepada sultan tersebut.
“Saya berikan nomor kontak orang yang mengantarkan undangan itu ya, supaya lebih jelas,” kata Jailani. Dia meminta maaf tidak dapat melayani pembicaraan lebih lama karena masih dalam suasana berkabung.
Berbekal informasi dari Ketua MAA, terungkap sosok Teuku Is yang berusaha ditutupi oleh Sekretaris MAA. Teuku Is adalah pria bernama lengkap Teuku Iskandar Muda Bin T Ismail. Dia mengaku dirinya sebagai pewaris dari Kerajaan Jeumpa.
Ditemui di depan Sekretariat MAA di kawasan Cot Gapu Bireuen, pria yang mengaku telah 27 tahun menetap di Malaysia itu sama sekali tidak menampik, jika dirinya orang yang paling bertanggungjawab atas kehadiran sultan palsu pada seminar tersebut.
“Itu memang ide saya mengundang Sultan Malaka Noor Jan Shah ke seminar Raja Jeumpa dan sudah dikoordinasikan dengan MAA,” sebut Teuku Iskandar.
Ia punya alasan kuat mengundang Noor Jan Shah pada seminar tersebut. Menurutnya, antara Raja Jeumpa dengan Sultan Malaka memiliki keterikatan. “Saya sudah mempelajari sejarah dan silsilah dari Noor Jan Shah, makanya saya yakin beliau adalah Sultan Malaka yang sah,” tukasnya.
Ditanya apakah ia tahu kalau Noor Jan Shah itu pernah ditangkap dan diadili karena memberi keterangan palsu dan masih terjadi polemik sampai sekarang. “Ya. Saya tahu, tapi itu kan kejadiannya tahun 2014 dan mahkamah di Malaysia tidak dapat membuktikan bahwa Noor Jan Shah bukan Sultan Malaka yang sah. Jadi, yang saya tahu, Sultan ke 22 Negeri Perak adalah kakeknya,” urai pria yang akrab disapa Ampon Is.
Menyangkut dengan fasilitas yang diberikan kepada Noor Jan Shah beserta rombongan selama mengikuti seminar itu, menurut Ampon Is, hanya penginapan yang ditanggung panitia.
“Semua biaya Sultan dan rombongan ditanggung sendiri, kecuali penginapan disediakan oleh panitia,” tandas pria yang mengaku bergelar YM Datuk Paduka Teuku Iskandar Muda Bin T Ismail.
Jauh sebelumnya, Bupati Bireuen Ruslan M Daud juga mendapatkan gelar kehormatan dari lembaga adat Kerajaan Malaka, melalui Majelis Istiadat Kerjaan Sempena, Malaysia. Kala itu, Ruslan menerima gelar Dato’ Sri dari lembaga Naning. Adakah keterkaitan gelar Ruslan dengan kehadiran Sultan Malaka itu ke Bireuen?[pikiranmerdeka.com]
loading...
Post a Comment