Mursalin terbaring karena menderita lumpuh selama lima tahun. |
AMP - Sebuah informasi yang menyayat hati beredar di media sosial Facebook. Informasi tersebut menceritakan tentang kepedihan hidup seorang pemuda yang hidup seorang diri di pedalaman Aceh Utara.
Namanya Mursalin (25), warga Desa Rumoh Rayeuk, Kecamatan Langkahan. Ia hidup sebatang kara di rumah yang telah rusak parah setelah ditinggal kedua orang tuanya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir lima tahun terakhir, ia terbaring lemas karena mengalami pembusukan di bagian punggungnya.
"Sudah lima tahun hidup didalam gubuk peninggalan kedua orang tua nya. Kalau hujan tempat tidur basah karena kondisi atap rumbia sudah tidak layak lagi. Didalam rumah cuma di temani dua batang kayu kecil dengan ukuran panjang yang berbeda untuk menggait makanan yang jauh darinya hasil belaskasihan tetangga," kata Hanafiah dalam status facebook nya.
Hanafiah juga menceritakan, dari foto yang beredar, jika Mursalin dulunya adalah mantan pemain sepakbola. Tapi kemudian lama tak ada kabar. Sekarang dia hanya bisa tidur terlungkup, kalau mau buang hajat pakek kantong plastik tidak ada uang untuk beli pempers.
"Kadang berhari hari kotoran didalam rumah tidak ada yang buang kalau ada orang lewat disamping rumah baru dia minta tolong," sambung cerita Hanafiah.
Dari curhatan via facebook, Hanafiah mengharapkan dukungan dan simpati para dermawan agar ringan tangan membantu meringankan beban hidup Mursalin.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas Kesehatan Aceh Utara dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Dinsos Mobduk) Aceh Utara, baru mengetahui kasus tersebut, setelah beredar di media sosial.
"Kami baru tahu dan akan segera tindaklanjuti informasi tersebut. Kami juga akan rujuk Mursalin untuk segera mendapatkan penanganan medis," kata Kadinkes dr. Mahrozal singkat saat dikonfirmasi AJNN, Selasa, (17/5).
Namanya Mursalin (25), warga Desa Rumoh Rayeuk, Kecamatan Langkahan. Ia hidup sebatang kara di rumah yang telah rusak parah setelah ditinggal kedua orang tuanya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir lima tahun terakhir, ia terbaring lemas karena mengalami pembusukan di bagian punggungnya.
"Sudah lima tahun hidup didalam gubuk peninggalan kedua orang tua nya. Kalau hujan tempat tidur basah karena kondisi atap rumbia sudah tidak layak lagi. Didalam rumah cuma di temani dua batang kayu kecil dengan ukuran panjang yang berbeda untuk menggait makanan yang jauh darinya hasil belaskasihan tetangga," kata Hanafiah dalam status facebook nya.
Hanafiah juga menceritakan, dari foto yang beredar, jika Mursalin dulunya adalah mantan pemain sepakbola. Tapi kemudian lama tak ada kabar. Sekarang dia hanya bisa tidur terlungkup, kalau mau buang hajat pakek kantong plastik tidak ada uang untuk beli pempers.
"Kadang berhari hari kotoran didalam rumah tidak ada yang buang kalau ada orang lewat disamping rumah baru dia minta tolong," sambung cerita Hanafiah.
Dari curhatan via facebook, Hanafiah mengharapkan dukungan dan simpati para dermawan agar ringan tangan membantu meringankan beban hidup Mursalin.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas Kesehatan Aceh Utara dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Dinsos Mobduk) Aceh Utara, baru mengetahui kasus tersebut, setelah beredar di media sosial.
"Kami baru tahu dan akan segera tindaklanjuti informasi tersebut. Kami juga akan rujuk Mursalin untuk segera mendapatkan penanganan medis," kata Kadinkes dr. Mahrozal singkat saat dikonfirmasi AJNN, Selasa, (17/5).
Mursalin (25), warga Desa Rumoh Rayeuk, Kecamatan Langkahan, akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Mutia (RSUCM), Selasa (17/6), sekitar pukul 13.30 WIB.
Selama ini, Mursalin hidup sebatang kara di rumah yang telah rusak parah setelah ditinggal kedua orang tuanya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir lima tahun terakhir, ia terbaring lemas karena mengalami pembusukan di bagian punggungnya.
Dibantu tim Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM), pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Dinsosnaker Mobduk) Aceh Utara, yang berkunjung ke kediaman Mursalin, langsung merujuknya ke RSUCM, setelah sebelumnya sempat berbincang ringan.
Ketua IPSM Tanah Jambo Aye, Akmal Daud kepada AJNN mengatakan, setelah mengetahui informasi dari media sosial, pihaknya dibantu IPSM Langkahan langsung mengunjungi kediaman Mursalin.
"Brat ka saket long bang. Hana soe bantu untuk long jak meu ubat long hana biaya, (Berat sakit saya bang. Tidak ada yang bantu saya untuk bawa berobat, saya tidak ada biaya)," ujar Akmal Daud meniru ucapan Mursalin dengan nada sedih dan berlinang air mata dalam bahasa Aceh.
Akmal menambahkan, setelah tim dari dinas sosial datang, pihaknya langsung merujuk Mursalin ke RSUCM. "Penyakitnya sudah parah. Pantat sebelah kiri sudah terkelupas. Lukanya menganga. Tidak ada jalan lain selain harus langsung kami larikan ke rumah sakit," tambah Akmal.
Meskipun, sambung Akmal, dirinya belum mengetahui secara pasti siapa yang akan menanggung biaya pengobatan dan perawatan Mursalin. "Jika mau tolong bantu saya, juga untuk biaya makan bagi siapa yang mau menjaga dan merawat saya. Jangan di foto-foto aja," sambung Akmal mengulang ucapan Mursalin.
Harapannya, kata Akmal, pemkab melalui dinas sosial atau dinas kesehatan dapat menanggung biaya pengobatan Mursalin hingga sembuh. "Saya juga mendoakan ada dermawan yang mau membantu Mursalin," pungkas Akmal penuh harap.(AJNN)
Selama ini, Mursalin hidup sebatang kara di rumah yang telah rusak parah setelah ditinggal kedua orang tuanya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir lima tahun terakhir, ia terbaring lemas karena mengalami pembusukan di bagian punggungnya.
Dibantu tim Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM), pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (Dinsosnaker Mobduk) Aceh Utara, yang berkunjung ke kediaman Mursalin, langsung merujuknya ke RSUCM, setelah sebelumnya sempat berbincang ringan.
Ketua IPSM Tanah Jambo Aye, Akmal Daud kepada AJNN mengatakan, setelah mengetahui informasi dari media sosial, pihaknya dibantu IPSM Langkahan langsung mengunjungi kediaman Mursalin.
"Brat ka saket long bang. Hana soe bantu untuk long jak meu ubat long hana biaya, (Berat sakit saya bang. Tidak ada yang bantu saya untuk bawa berobat, saya tidak ada biaya)," ujar Akmal Daud meniru ucapan Mursalin dengan nada sedih dan berlinang air mata dalam bahasa Aceh.
Akmal menambahkan, setelah tim dari dinas sosial datang, pihaknya langsung merujuk Mursalin ke RSUCM. "Penyakitnya sudah parah. Pantat sebelah kiri sudah terkelupas. Lukanya menganga. Tidak ada jalan lain selain harus langsung kami larikan ke rumah sakit," tambah Akmal.
Meskipun, sambung Akmal, dirinya belum mengetahui secara pasti siapa yang akan menanggung biaya pengobatan dan perawatan Mursalin. "Jika mau tolong bantu saya, juga untuk biaya makan bagi siapa yang mau menjaga dan merawat saya. Jangan di foto-foto aja," sambung Akmal mengulang ucapan Mursalin.
Harapannya, kata Akmal, pemkab melalui dinas sosial atau dinas kesehatan dapat menanggung biaya pengobatan Mursalin hingga sembuh. "Saya juga mendoakan ada dermawan yang mau membantu Mursalin," pungkas Akmal penuh harap.(AJNN)
loading...
Post a Comment