AMP - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal (Purnawirawan) Kivlan Zen kembali menyebut Budiman Sudjatmiko sebagai antek PKI. Tuduhan Kivlan itu disampaikan dalam apel siaga FPI Jawa Barat di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa, 31 Mei 2016.
Selain Budiman, Kivlan juga melontarkan tuduhan yang sama kepada Ribka Tjiptaning, anggota DPRI dari daerah pemilihan Sukabumi. "Budiman itu sekolah di Rusia, pernah di Ceko dan kembali ke Indonesia membawa ideologi komunis," ujar Kivlan saat berorasi depan massa FPI.
Bukan hanya dua politkus PDI Perjuangan itu saja, menurut Kivlan, antek-antek PKI telah menyusup hampir ke seluruh tubuh pemerintahan Indonesia. "Dari kementrian, anggota dewan, kepala daerah, hingga tingkat desa, telah disusupi oleh orang-orang keturunan PKI," ujarnya.
Kivlan juga menuding Indonesianis asal negeri Abang Sam, Benedict Anderson, sebagai orang yang menanamkan benih komunisme di kalangan anak muda Indonesia setelah reformasi. "Dia yang meracuni anak bangsa kita dengan komunisme. Salah satunya dengan menerbitkan Cornel Paper," ujar Kivlan.
Untuk itu Kivlan menyerukan agar FPI membantu TNI dan Polisi untuk memberantas benih-benih komunisme di tanah air. "Sebelum mereka bangkit pukul duluan. Perang... Perang.. Perang," kata Kivlan.
Sebelumnya Budiman mengatakan sudah mendengar ihwal tuduhan Kivlan kepadanya. Namun dia tak ingin bereaksi lebih jauh. "Ya, pikiran-pikiran kuno-lah itu, enggak layak saya tanggapi. Saya santai saja," ucapnya.
Menurut Budiman, pendapat Kivlan tersebut tak berdasar dan tak layak dikonsumsi masyarakat. "Enggak perlu ditanggapi, malah mengurangi kecerdasan bangsa Indonesia. Ya kasihan saja saya."
Budiman menegaskan, yang dilakukan Kivlan hanya membuang waktu dan tak ada pihak lain yang mempermasalahkan persoalan tersebut. "Cuma satu orang yang teriak-teriak, sementara yang lain enggak ada tuh," ucapnya. "Bangsa ini sudah membangun, terus tiba-tiba ada orang yang sudah lewat zamannya ngomong hal yang enggak penting."
Reaksi serupa ditunjukan oleh Ribka. Menurut dia, isu tentang komunisme kembali diangkat oleh kalangan militer dan kelompok-kelompok pendukung Orde Baru. "Ini sudah meresahkan dan menghambat proses demokrasi yang sedang bergulir," ucapnya.[tempo]
Selain Budiman, Kivlan juga melontarkan tuduhan yang sama kepada Ribka Tjiptaning, anggota DPRI dari daerah pemilihan Sukabumi. "Budiman itu sekolah di Rusia, pernah di Ceko dan kembali ke Indonesia membawa ideologi komunis," ujar Kivlan saat berorasi depan massa FPI.
Bukan hanya dua politkus PDI Perjuangan itu saja, menurut Kivlan, antek-antek PKI telah menyusup hampir ke seluruh tubuh pemerintahan Indonesia. "Dari kementrian, anggota dewan, kepala daerah, hingga tingkat desa, telah disusupi oleh orang-orang keturunan PKI," ujarnya.
Kivlan juga menuding Indonesianis asal negeri Abang Sam, Benedict Anderson, sebagai orang yang menanamkan benih komunisme di kalangan anak muda Indonesia setelah reformasi. "Dia yang meracuni anak bangsa kita dengan komunisme. Salah satunya dengan menerbitkan Cornel Paper," ujar Kivlan.
Untuk itu Kivlan menyerukan agar FPI membantu TNI dan Polisi untuk memberantas benih-benih komunisme di tanah air. "Sebelum mereka bangkit pukul duluan. Perang... Perang.. Perang," kata Kivlan.
Sebelumnya Budiman mengatakan sudah mendengar ihwal tuduhan Kivlan kepadanya. Namun dia tak ingin bereaksi lebih jauh. "Ya, pikiran-pikiran kuno-lah itu, enggak layak saya tanggapi. Saya santai saja," ucapnya.
Menurut Budiman, pendapat Kivlan tersebut tak berdasar dan tak layak dikonsumsi masyarakat. "Enggak perlu ditanggapi, malah mengurangi kecerdasan bangsa Indonesia. Ya kasihan saja saya."
Budiman menegaskan, yang dilakukan Kivlan hanya membuang waktu dan tak ada pihak lain yang mempermasalahkan persoalan tersebut. "Cuma satu orang yang teriak-teriak, sementara yang lain enggak ada tuh," ucapnya. "Bangsa ini sudah membangun, terus tiba-tiba ada orang yang sudah lewat zamannya ngomong hal yang enggak penting."
Reaksi serupa ditunjukan oleh Ribka. Menurut dia, isu tentang komunisme kembali diangkat oleh kalangan militer dan kelompok-kelompok pendukung Orde Baru. "Ini sudah meresahkan dan menghambat proses demokrasi yang sedang bergulir," ucapnya.[tempo]
loading...
Post a Comment