AMP - Dukungan Golkar mendatangkan dilema bagi Tarmizi Karim. Dia dihadapkan pada pilihan yang sulit soal posisi wakil, antara Zaini Djalil atau TM Nurlif.
Tarmizi Abdul Karim resmi mendapatkan dukungan pertai beringin. Dia dikenalkan dalam konferensi pers di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu pekan lalu. Acara itu dihadiri para utusan partai pendukung Tarmizi, seperti Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Hanura.
Selain Golkar, Hanura juga memastikan diri mendukung Tarmizi dengan membatalkan dukungan kepada Mualem. Partai Amanat Nasional juga ikut diundang, namun tak hadir dalam acara itu. Meski begitu, Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengklaim PAN akan mengusung Tarmizi Karim sebagai Cagub Aceh dalam Pilakda 2017.
Bergabungnya Golkar dan Hanura dalam gerbong ini sejatinya makin menguatkan posisi mantan Bupati Aceh Utara ini. Namun, tambahan amunisi dukungan itu ikut bertambah pula beban yang dipikul Tarmizi.
Sebagai partai pemilik kursi kedua terbesar setelah Partai Aceh di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Golkar tentu punya keinginan mandapatkan jatah wakil yang mendampingi Tarmizi. Setidaknya, keinginan tersebut terkesan dalam konferensi pers yang mengusung tema “Bersama Tarmizi Kita Membangun Aceh” itu.
Zaini Djalil yang sudah didapuk sebagai pendamping Tarmizi, sama sekali tidak disinggung dalam konferensi tersebut. Meski hadir dalam acara tersebut, Zaini tak dipanggil untuk duduk bersama Tarmizi Karim saat dikenalkan oleh Golkar.
Banyak pihak menduga, hal itu bagian dari skenario Golkar mengisi posisi Cawagub yang akan mendampingi Tarmizi. Dari kader Golkar sendiri, TM Nurlif sejak April lalu telah ditujuk sebagai bakal Cagub atau Cawagub Aceh periode mendatang. Ia diketahui telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari menghadapi Pilakda 2017.
Ketua Bapilu Golkar Aceh, Qamaruzzaman Haqny menyatakan posisi wakil Tarmizi memang belum final. Partai pengusung masih akan membicarakan figur yang akan mendampinggi mantan Irjend Kemendagri tersebut.
Senada juga disampaikan Nurlif. Menurut dia, sebagai partai pemilik kursi terbesar kedua di Parmelen Aceh, Golkar sangat wajar mendapatkan posisi wakil. Sementara menurut Ketua DPP Partai Hanura Amir Faisal, dengan bertambahnya pendukung sewajarnya posisi tawar Golkar juga sangat besar untuk mandapatkan jatah wakil sebagai kompensasi mendukung Tarmizi.
Menilik kekuatan Golkar yang lebih besar di DPRA dibanding partai pendukung lain, maka sangat wajar pula Tarmizi mempertimbangkan keinginan Golkar. Apalagi kekuatan Golkar merata di sejumlah kabupaten/kota di Aceh yang menjadi mesin politik untuk pemenangan kandidat yang diusungnya.
Pengamat Politik Kemal Fasya mengatakan sebelum pendaftaran calon ke KIP, semua kemungkinan masih bisa terjadi. Namun, kata dia, dalam politik, bila ada pelanggaran yang dilakukan terhadap suatu kesepakatan, maka bisa merusak soliditas.
Paket Tarmizi Karim-Zaini Djalil yang telah disepakati sejak awal, menurut dia, layak dipertahankan. Sementara Golkar yang masuk belakangan disarankannya agar tidak memaksakan diri meminta posisi wakil. Sebab, konsolidasi dukungan dipastikan akan terpecah jika paket yang disiapkan jauh-jauh hari dirombak lagi.
Lalu, siapakah yang akan diantar koalisi partai-partai ini saat pendaftaran calon ke Komisi Pemilihan Independen, 19-21 Septermber 2016? Apakah seperti skenario awal, Tarmizi–Zaini atau menjadi Tarmizi–Nurlif?[Sumber: pikiranmerdeka.co]
Tarmizi Abdul Karim resmi mendapatkan dukungan pertai beringin. Dia dikenalkan dalam konferensi pers di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu pekan lalu. Acara itu dihadiri para utusan partai pendukung Tarmizi, seperti Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Hanura.
Selain Golkar, Hanura juga memastikan diri mendukung Tarmizi dengan membatalkan dukungan kepada Mualem. Partai Amanat Nasional juga ikut diundang, namun tak hadir dalam acara itu. Meski begitu, Ketua Umum Golkar Setya Novanto mengklaim PAN akan mengusung Tarmizi Karim sebagai Cagub Aceh dalam Pilakda 2017.
Bergabungnya Golkar dan Hanura dalam gerbong ini sejatinya makin menguatkan posisi mantan Bupati Aceh Utara ini. Namun, tambahan amunisi dukungan itu ikut bertambah pula beban yang dipikul Tarmizi.
Sebagai partai pemilik kursi kedua terbesar setelah Partai Aceh di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Golkar tentu punya keinginan mandapatkan jatah wakil yang mendampingi Tarmizi. Setidaknya, keinginan tersebut terkesan dalam konferensi pers yang mengusung tema “Bersama Tarmizi Kita Membangun Aceh” itu.
Zaini Djalil yang sudah didapuk sebagai pendamping Tarmizi, sama sekali tidak disinggung dalam konferensi tersebut. Meski hadir dalam acara tersebut, Zaini tak dipanggil untuk duduk bersama Tarmizi Karim saat dikenalkan oleh Golkar.
Banyak pihak menduga, hal itu bagian dari skenario Golkar mengisi posisi Cawagub yang akan mendampingi Tarmizi. Dari kader Golkar sendiri, TM Nurlif sejak April lalu telah ditujuk sebagai bakal Cagub atau Cawagub Aceh periode mendatang. Ia diketahui telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari menghadapi Pilakda 2017.
Ketua Bapilu Golkar Aceh, Qamaruzzaman Haqny menyatakan posisi wakil Tarmizi memang belum final. Partai pengusung masih akan membicarakan figur yang akan mendampinggi mantan Irjend Kemendagri tersebut.
Senada juga disampaikan Nurlif. Menurut dia, sebagai partai pemilik kursi terbesar kedua di Parmelen Aceh, Golkar sangat wajar mendapatkan posisi wakil. Sementara menurut Ketua DPP Partai Hanura Amir Faisal, dengan bertambahnya pendukung sewajarnya posisi tawar Golkar juga sangat besar untuk mandapatkan jatah wakil sebagai kompensasi mendukung Tarmizi.
Menilik kekuatan Golkar yang lebih besar di DPRA dibanding partai pendukung lain, maka sangat wajar pula Tarmizi mempertimbangkan keinginan Golkar. Apalagi kekuatan Golkar merata di sejumlah kabupaten/kota di Aceh yang menjadi mesin politik untuk pemenangan kandidat yang diusungnya.
Pengamat Politik Kemal Fasya mengatakan sebelum pendaftaran calon ke KIP, semua kemungkinan masih bisa terjadi. Namun, kata dia, dalam politik, bila ada pelanggaran yang dilakukan terhadap suatu kesepakatan, maka bisa merusak soliditas.
Paket Tarmizi Karim-Zaini Djalil yang telah disepakati sejak awal, menurut dia, layak dipertahankan. Sementara Golkar yang masuk belakangan disarankannya agar tidak memaksakan diri meminta posisi wakil. Sebab, konsolidasi dukungan dipastikan akan terpecah jika paket yang disiapkan jauh-jauh hari dirombak lagi.
Lalu, siapakah yang akan diantar koalisi partai-partai ini saat pendaftaran calon ke Komisi Pemilihan Independen, 19-21 Septermber 2016? Apakah seperti skenario awal, Tarmizi–Zaini atau menjadi Tarmizi–Nurlif?[Sumber: pikiranmerdeka.co]
loading...
Post a Comment