AMP -Information - MoU Memorandum of Understanding between The Government of Indonesia and Free Aceh Movement (Nota Kesepahaman antara Indonesia dan GAM) menjadi sebuah naskah bersejarah yang ditandatangani oleh kedua delegasi di Smolna, gedung The Government Banquet Hall, beralamat Etalaesplanadi 6, di pusat kota Helsinki.
Pasca perdamaian Aceh dengan Pemerintah RI, 15 Agustus 2005 membawa dampak perubahan bagi Aceh. Kini bebas tanpa ada lagi konflik perang, hingga Aceh memiliki Partai Lokal sendiri. Namun ketika kekuasaan mulai dipikul oleh para mantan kombatan, para perunding mulai cerai berai, ada apa dalam internal Partai Aceh? hingga harus membuat mereka menyingkir dari Partai Aceh yang sangat dibanggakan oleh rakyat itu?
Mungkinkah ada keterlibatan orang luar untuk memporak poranda para tim delegasi perdamaian Aceh, atau karena Partai Lokal yang dibentuk pasca damai yaitu Partai Aceh yang tidak menjalankan amanah kekuasaan yaitu mensejahterakan seluruh kombantan GAM, anak yatim dan janda, semua korban konflik secara khusus, dan mensejahterakan seluruh rakyat Aceh secara umum.
Publik sering mendapat pembodohan terkait perdamaian Aceh dengan dinyatakan bahwa Partai Aceh tersebut sebagai roda lanjutan perjuangan GAM. Namum jika ditelusuri perjuangan tersebut hanyalah untuk para individu elit-elit tertentu yang memborong segala lini realisasi anggaran publik untuk pribadi dan kelompok bukan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Perpecahan di kubu Partai Aceh mulai terjadi ketika Irwandi Yusuf mencalonkan kembali dirinya pada tahun 2012 silam, hingga satu persatu tokoh dan cendekiawan Partai Aceh tersebut lebih memilih mundur ketimbang mempertahankan Partai yang dinilai tidak berpihak lagi kepada kepentingan rakyat.
Pilkada 2017 ke depan ini kembali menggoyahkan Partai Aceh dengan keluarnya sejumlah kader terbaiknya di kabupaten/kota dan juga pengurus Partai Aceh tingkat DPP dan DPW.
Bukan hanya tokoh-tokoh utama Partai Aceh saja, tapi sejumlah tim perunding juga tidak lagi mendukung Partai Aceh tersebut dan lebih memilih untuk mendukung Irwandi Yusuf menjadi Gubernur Aceh kembali pada tahun 2017-2022 mendatang.
Alasannya sederhana saja, bahwa di masa pemerintahan Irwandi terlihat jelas roda pemerintahan berjalan sukses dan berbagai program pro rakyat dilahirkan sesuai dengan amanah perjuangan GAM.
Irwandi Yusuf juga sosok yang tidak ingin ada perpecahan di dalam tubuh masyarakat dan ingin mempersatukan mantan kombatan GAM agar terus bersama membangun Aceh bersama-sama dirinya.
Tim perunding utama GAM di Helsinki ada lima orang.
Pertama adalah Malik Mahmud, saat ini masih aktif sebagai penasehat partai Aceh, dan sekarang diangkat menjadi wali nanggroe Aceh.
Kedua Zaini Abdullah, mantan menteri luar negeri yang pernah menjadi tuha peut partai Aceh kini keluar dan tidak bergabung lagi dengan partai Aceh.
Ketiga, Bakhtiar Abdullah, jurubicara GAM setingkat menteri informasi, kini masih bermukim di Swedia, rekam jejaknya jelas, banyak mendukung Irwandi dalam benerapa pemilihan di Aceh.
Keempat Nurdin Abdurrahman, mantan bupati Bireuen ini juga mendukung Irwandi Yusuf dan kerja-kerjanya membangun Aceh.
Kelima, Muhammad Nur Djuli. Perunding yang pernah bermukim di Malaysia dan pernah menjadi ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) ini saat ini menjadi tim utama Irwandi Yusuf.
Terlihatlah, dari komposisi perunding GAM di Helsinki, hanya satu orang yang masih berdiam di Partai Aceh, sedangkan yang lainnya jauh-jauh hari sudah hengkang karena melihat bahwa partai tersebut sudah melenceng dari MoU Helsinki.
Demikin pula dengan tim support para perunding di Helsinki, semuanya memang jauh-jauh hari sudah menjadi sahabat utama Irwandi Yusuf. Sebab selain Irwandi Yusuf sebagai tim support, juga ana nama-nama seperti Munawar Liza Zainal, Teuku Hadi, dan Shadia Marhaban.
Keempat tim support utama perunding GAM Helsinki, semua mereka saat ini menjadi tim support utama Irwandi Yusuf.
Tidak ketinggalan pula para penasehat politik. Semua penasehat politik yang pernah membantu GAM sehingga mencapai perdamaian, semua mereka mendukung Irwandi Yusuf untuk maju menjadi gubernur Aceh ke depan, karena melihat dari pengalaman Irwandi dan komitmennya kepada perdamaian di Aceh. Mereka itu adalah Prof. Damien Kingsbury dari Australia, William Nessen atau yang dikenal dengan Abu Billy, dan Prof. Ramasamy, saat ini menjabat sebagai deputy chief minister (wakil gubernur) di Penang, Malaysia.
Pasca perdamaian Aceh dengan Pemerintah RI, 15 Agustus 2005 membawa dampak perubahan bagi Aceh. Kini bebas tanpa ada lagi konflik perang, hingga Aceh memiliki Partai Lokal sendiri. Namun ketika kekuasaan mulai dipikul oleh para mantan kombatan, para perunding mulai cerai berai, ada apa dalam internal Partai Aceh? hingga harus membuat mereka menyingkir dari Partai Aceh yang sangat dibanggakan oleh rakyat itu?
Mungkinkah ada keterlibatan orang luar untuk memporak poranda para tim delegasi perdamaian Aceh, atau karena Partai Lokal yang dibentuk pasca damai yaitu Partai Aceh yang tidak menjalankan amanah kekuasaan yaitu mensejahterakan seluruh kombantan GAM, anak yatim dan janda, semua korban konflik secara khusus, dan mensejahterakan seluruh rakyat Aceh secara umum.
Publik sering mendapat pembodohan terkait perdamaian Aceh dengan dinyatakan bahwa Partai Aceh tersebut sebagai roda lanjutan perjuangan GAM. Namum jika ditelusuri perjuangan tersebut hanyalah untuk para individu elit-elit tertentu yang memborong segala lini realisasi anggaran publik untuk pribadi dan kelompok bukan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Perpecahan di kubu Partai Aceh mulai terjadi ketika Irwandi Yusuf mencalonkan kembali dirinya pada tahun 2012 silam, hingga satu persatu tokoh dan cendekiawan Partai Aceh tersebut lebih memilih mundur ketimbang mempertahankan Partai yang dinilai tidak berpihak lagi kepada kepentingan rakyat.
Pilkada 2017 ke depan ini kembali menggoyahkan Partai Aceh dengan keluarnya sejumlah kader terbaiknya di kabupaten/kota dan juga pengurus Partai Aceh tingkat DPP dan DPW.
Bukan hanya tokoh-tokoh utama Partai Aceh saja, tapi sejumlah tim perunding juga tidak lagi mendukung Partai Aceh tersebut dan lebih memilih untuk mendukung Irwandi Yusuf menjadi Gubernur Aceh kembali pada tahun 2017-2022 mendatang.
Alasannya sederhana saja, bahwa di masa pemerintahan Irwandi terlihat jelas roda pemerintahan berjalan sukses dan berbagai program pro rakyat dilahirkan sesuai dengan amanah perjuangan GAM.
Irwandi Yusuf juga sosok yang tidak ingin ada perpecahan di dalam tubuh masyarakat dan ingin mempersatukan mantan kombatan GAM agar terus bersama membangun Aceh bersama-sama dirinya.
Tim perunding utama GAM di Helsinki ada lima orang.
Pertama adalah Malik Mahmud, saat ini masih aktif sebagai penasehat partai Aceh, dan sekarang diangkat menjadi wali nanggroe Aceh.
Kedua Zaini Abdullah, mantan menteri luar negeri yang pernah menjadi tuha peut partai Aceh kini keluar dan tidak bergabung lagi dengan partai Aceh.
Ketiga, Bakhtiar Abdullah, jurubicara GAM setingkat menteri informasi, kini masih bermukim di Swedia, rekam jejaknya jelas, banyak mendukung Irwandi dalam benerapa pemilihan di Aceh.
Keempat Nurdin Abdurrahman, mantan bupati Bireuen ini juga mendukung Irwandi Yusuf dan kerja-kerjanya membangun Aceh.
Kelima, Muhammad Nur Djuli. Perunding yang pernah bermukim di Malaysia dan pernah menjadi ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) ini saat ini menjadi tim utama Irwandi Yusuf.
Terlihatlah, dari komposisi perunding GAM di Helsinki, hanya satu orang yang masih berdiam di Partai Aceh, sedangkan yang lainnya jauh-jauh hari sudah hengkang karena melihat bahwa partai tersebut sudah melenceng dari MoU Helsinki.
Demikin pula dengan tim support para perunding di Helsinki, semuanya memang jauh-jauh hari sudah menjadi sahabat utama Irwandi Yusuf. Sebab selain Irwandi Yusuf sebagai tim support, juga ana nama-nama seperti Munawar Liza Zainal, Teuku Hadi, dan Shadia Marhaban.
Keempat tim support utama perunding GAM Helsinki, semua mereka saat ini menjadi tim support utama Irwandi Yusuf.
Tidak ketinggalan pula para penasehat politik. Semua penasehat politik yang pernah membantu GAM sehingga mencapai perdamaian, semua mereka mendukung Irwandi Yusuf untuk maju menjadi gubernur Aceh ke depan, karena melihat dari pengalaman Irwandi dan komitmennya kepada perdamaian di Aceh. Mereka itu adalah Prof. Damien Kingsbury dari Australia, William Nessen atau yang dikenal dengan Abu Billy, dan Prof. Ramasamy, saat ini menjabat sebagai deputy chief minister (wakil gubernur) di Penang, Malaysia.
loading...
Post a Comment