AMP - Kota Marawi, Mindanao, selatan Filipina, memanas sejak Selasa (23/5) karena terjadi baku tembak antara pasukan pemerintah dan kelompok militan. Alhasil, Presiden Rodrigo Duterte menyatakan memberlakukan darurat militer selama 60 hari di wilayah itu.
Hal itu bermula ketika kelompok militan Maute di Marawi, yang berjarak 800 kilometer dari Ibu Kota Filipina,Manila, menyatakan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Kemudian, tentara pemerintah dikirim ke sana dan menyisir tempat-tempat persembunyian mereka. Maute merupakan kelompok terdiri dari mantan pejuang Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan beberapa militan asing lain. Pendirinya adalah Abdullah Maute.
Baku tembak terjadi hingga tengah malam. Para penduduk Kota Marawi diminta tetap di dalam rumah usai 15 lelaki umbar tembakan di jalanan dengan menggunakan senapan.
Dilansir dari koran Independent, Rabu (24/5), para tentara datang ke wilayah itu usai warga dari desa di dekat Marawi membunyikan tanda bahaya dan meminta pertolongan.
"Saya mengimbau kepada warga Kota Marawi untuk tetap di rumah dan berbaring di lantai jika mendengar bunyi tembakan. Mereka juga harus mengunci pintu dan pagar juga," kata Gubernur Provinsi Lanao del Sur, Mamintal Adiong, Jr.
Kabarnya, para militan telah menduduki sebuah rumah sakit setempat dan menaikkan bendera ISIS di atas atap. Para saksi mata juga melaporkan mereka melihat pria-pria berseliweran memakai seragam ala ISIS. Orang-orang ini terlihat mondar-mandir di jalanan dan menembaki rumah serta gedung-gedung pemerintahan.
"Tidak ada indikasi serangan seperti ini akan terjadi. Tidak ada pos pemeriksaan di kota. Semuanya seperti diam. Tidak ada berita tentang pemerintahan kota. Semuanya seperti mati," seru seorang warga.
Sementara itu, tim reaksi cepat sudah menyeberangi wilayah tersebut untuk membantu para warga yang terjebak di dalam kota. Pada Maret lalu, Duterte meminta pertolongan dari wali kota di wilayah Muslim sebelah selatan Filipina membuat perjanjian damai dengan para militan. Namun sepertinya hal itu gagal. Duterte juga memangkas masa lawatannya ke Rusia karena kejadian ini. [merdeka.com]
Hal itu bermula ketika kelompok militan Maute di Marawi, yang berjarak 800 kilometer dari Ibu Kota Filipina,Manila, menyatakan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Kemudian, tentara pemerintah dikirim ke sana dan menyisir tempat-tempat persembunyian mereka. Maute merupakan kelompok terdiri dari mantan pejuang Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan beberapa militan asing lain. Pendirinya adalah Abdullah Maute.
Baku tembak terjadi hingga tengah malam. Para penduduk Kota Marawi diminta tetap di dalam rumah usai 15 lelaki umbar tembakan di jalanan dengan menggunakan senapan.
Dilansir dari koran Independent, Rabu (24/5), para tentara datang ke wilayah itu usai warga dari desa di dekat Marawi membunyikan tanda bahaya dan meminta pertolongan.
"Saya mengimbau kepada warga Kota Marawi untuk tetap di rumah dan berbaring di lantai jika mendengar bunyi tembakan. Mereka juga harus mengunci pintu dan pagar juga," kata Gubernur Provinsi Lanao del Sur, Mamintal Adiong, Jr.
Kabarnya, para militan telah menduduki sebuah rumah sakit setempat dan menaikkan bendera ISIS di atas atap. Para saksi mata juga melaporkan mereka melihat pria-pria berseliweran memakai seragam ala ISIS. Orang-orang ini terlihat mondar-mandir di jalanan dan menembaki rumah serta gedung-gedung pemerintahan.
"Tidak ada indikasi serangan seperti ini akan terjadi. Tidak ada pos pemeriksaan di kota. Semuanya seperti diam. Tidak ada berita tentang pemerintahan kota. Semuanya seperti mati," seru seorang warga.
Sementara itu, tim reaksi cepat sudah menyeberangi wilayah tersebut untuk membantu para warga yang terjebak di dalam kota. Pada Maret lalu, Duterte meminta pertolongan dari wali kota di wilayah Muslim sebelah selatan Filipina membuat perjanjian damai dengan para militan. Namun sepertinya hal itu gagal. Duterte juga memangkas masa lawatannya ke Rusia karena kejadian ini. [merdeka.com]
loading...
Post a Comment