Jenazah Korban Bom Kampung Melayu Dievakuasi Foto: detik.com |
AMP - Teror bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, tadi malam, diduga dampak dari darurat militer yang ditetapkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di Pulau Mindanao, kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tubagus Hasanuddin.
Menurut Hasanuddin, kebijakan Presiden Duterte menyusul baku tembak antara tentara Filipina dan kelompok ISIS di kota Marawi pada Selasa lalu telah menyebabkan ruang gerak militan ISIS menjadi terbatas. Akibatnya, kelompok pendukung ISIS di Indonesia memunculkan eksistensinya dengan mengumumkan kepada dunia internasional bahwa ISIS ada juga di Indonesia.
"Khawatirnya, mereka akan masuk ke Indonesia, mengingat Filipina berbatasan langsung dengan Indonesia," ujar Hasanuddin di Jakarta, hari ini.
Bom di Kampung Melayu, Rabu malam kemarin menewaskan tiga polisi dan melukai beberapa lainnya. Bom meledak dua kali pada pukul 21.00 WIB dan ledakan kedua terjadi lima menit berselang. Ledakan pertama bersumber dari toilet terminal dan ledakan kedua terjadi di sekitar halte Transjakarta.
Menurut Hasanuddin, kelompok militan ISIS di Filipina memiliki korelasi yang kuat dengan kelompok militan di Indonesia. Sehingga akan sangat mudah mendapatkan akses untuk masuk ke Tanah Air.
"Indikasi adanya korelasi kelompok ISIS di Filipina dengan kelompok militan di Indonesia bisa dilihat dari adanya tiga WNI terafiliasi ISIS yang tewas dalam bentrokan bersenjata melawan militer Filipina di Pulau Mindanao pada April 2017 silam," ujarnya.
Hasanuddin karena itu menghimbau pemerintah untuk menjalankan empat langkah dalam mengantisipasi aksi teror yang dilakuan kelompok ISIS. Pertama, pihak imigrasi harus meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk wilayah Indonesia, dan juga warga negara Indonesia yang kembali ke Tanah Air.
Kedua, aparat intelijen harus aktif bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan wilayah, terutama lokasi yang patut dicurigai sebagai tempat persembunyian dan latihan perang para combatan ISIS. "Apabila ada indikasi-indikasi yang kuat, segera kordinasi dengan aparat keamanan untuk segera dilakukan tindakan," tutur Hasanuddin.
Ketiga, sambung Hasanuddin, aparat keamanan harus aktif melakukan razia bahan-bahan kimia yang berpotensi bisa dijadikan bom. Dan keempat, Presiden Joko Widodo harus segera mengintruksikan semua unsur intelejen untuk melakukan operasi khusus mengejar dan menangkap aktor-aktor ledakan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memberlakukan darurat militer di Pulau Mindanao, Filipina selatan, menyusul pertempuran antara pasukan militer dan kelompok ISIS di Kota Marawi, Lanao del Sur, Filipina pada Selasa lalu. Dalam pertempuran itu, Pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, tampak di antara 15 milisi pendukung ISIS saat baku tembak terjadi dengan pasukan militer Filipina.
Pada bentrokan bersenjata sebelumnya, tepatnya April 2017 silam, militer Filipina menewaskan puluhan simpatisan kelompok teroris ISIS dalam serangan besar-besaran di Pulau Mindanao. Di antara para korban, terdapat tiga warga Negara Indonesia, dan seorang warga Malaysia. (Rima)
Menurut Hasanuddin, kebijakan Presiden Duterte menyusul baku tembak antara tentara Filipina dan kelompok ISIS di kota Marawi pada Selasa lalu telah menyebabkan ruang gerak militan ISIS menjadi terbatas. Akibatnya, kelompok pendukung ISIS di Indonesia memunculkan eksistensinya dengan mengumumkan kepada dunia internasional bahwa ISIS ada juga di Indonesia.
"Khawatirnya, mereka akan masuk ke Indonesia, mengingat Filipina berbatasan langsung dengan Indonesia," ujar Hasanuddin di Jakarta, hari ini.
Bom di Kampung Melayu, Rabu malam kemarin menewaskan tiga polisi dan melukai beberapa lainnya. Bom meledak dua kali pada pukul 21.00 WIB dan ledakan kedua terjadi lima menit berselang. Ledakan pertama bersumber dari toilet terminal dan ledakan kedua terjadi di sekitar halte Transjakarta.
Menurut Hasanuddin, kelompok militan ISIS di Filipina memiliki korelasi yang kuat dengan kelompok militan di Indonesia. Sehingga akan sangat mudah mendapatkan akses untuk masuk ke Tanah Air.
"Indikasi adanya korelasi kelompok ISIS di Filipina dengan kelompok militan di Indonesia bisa dilihat dari adanya tiga WNI terafiliasi ISIS yang tewas dalam bentrokan bersenjata melawan militer Filipina di Pulau Mindanao pada April 2017 silam," ujarnya.
Hasanuddin karena itu menghimbau pemerintah untuk menjalankan empat langkah dalam mengantisipasi aksi teror yang dilakuan kelompok ISIS. Pertama, pihak imigrasi harus meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk wilayah Indonesia, dan juga warga negara Indonesia yang kembali ke Tanah Air.
Kedua, aparat intelijen harus aktif bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan wilayah, terutama lokasi yang patut dicurigai sebagai tempat persembunyian dan latihan perang para combatan ISIS. "Apabila ada indikasi-indikasi yang kuat, segera kordinasi dengan aparat keamanan untuk segera dilakukan tindakan," tutur Hasanuddin.
Ketiga, sambung Hasanuddin, aparat keamanan harus aktif melakukan razia bahan-bahan kimia yang berpotensi bisa dijadikan bom. Dan keempat, Presiden Joko Widodo harus segera mengintruksikan semua unsur intelejen untuk melakukan operasi khusus mengejar dan menangkap aktor-aktor ledakan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memberlakukan darurat militer di Pulau Mindanao, Filipina selatan, menyusul pertempuran antara pasukan militer dan kelompok ISIS di Kota Marawi, Lanao del Sur, Filipina pada Selasa lalu. Dalam pertempuran itu, Pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, tampak di antara 15 milisi pendukung ISIS saat baku tembak terjadi dengan pasukan militer Filipina.
Pada bentrokan bersenjata sebelumnya, tepatnya April 2017 silam, militer Filipina menewaskan puluhan simpatisan kelompok teroris ISIS dalam serangan besar-besaran di Pulau Mindanao. Di antara para korban, terdapat tiga warga Negara Indonesia, dan seorang warga Malaysia. (Rima)
loading...
Post a Comment