AMP - Rohati sudah tiga tahun menjanda. Sejak suaminya meninggal, perempuan 47 tahun ini menjadi tulang punggung keluarga. Ia mencari nafkah untuk ketiga putrinya. “Sehari-hari saya hanya menitip roti olahan sendiri ke kedai-kedai kopi di sekitar gampong ini untuk biaya pendidikan mereka,” ujarnya lirih.
Tempat tinggal Rohati, tidaklah mewah. Sejak dibangun pada 1995, dinding rumahnya yang terbuat dari papan, mulai lapuk digerogoti rayap. Celah sebesar jempol, jamak memenuhi dinding. Ditambah lagi, atap seng yang mulai bocor diterpa karat. Saban musim hujan, ia terpaksa mencari belasan wadah untuk menampung air hujan dari celah-celah atap. “Kalau tidak saya tahan ke dalam wadah, dapur selalu kebanjiran,” ujar warga Gampong Neusu Aceh, Baiturrahman, Banda Aceh itu saat dijumpai Pikiran Merdeka, Jumat pekan lalu.
Selain belum memiliki rumah memadai, setengah dari lahan rumah yang ditempati Rohati masih terhitung tanah wakaf yang dikelola desa. Sebelumnya, ia sempat dibebankan biaya sewa sebesar Rp1 juta per tahun oleh perangkat desa. “Karena berbagai pertimbangan, terlebih sejak suami meninggal, beberapa saat yang lalu para perangkat desa membebaskan biaya sewa kepada kami hingga saat ini,” akunya.
Namun, kini Rohati tak perlu lagi mengurut dada menahan kesedihan. Rumahnya menjadi salah satu target tim relawan Irwandi-Nova untuk direhabilitasi agar layak huni. Ia menerima kabar gembira itu pada Rabu petang dua pekan lalu dari tim relawan yang mendatangi rumahnya. “Saya sangat terkejut saat didatangi mereka saat itu. Saya benar-benar tak pernah menduga sebelumnya. Alhamdulillah sekali saya dibantu,” ujarnya.
Sementara di titik yang berbeda, kabar serupa juga diterima Rita Yusmi. Perempuan 48 ini baru saja pulang melayat tetangganya di Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, saat didatangi tim relawan.
Rumah Rita berada di balik deretan toko-toko ponsel yang menghiasi muka Gampong Peuniti. Letaknya juga tak jauh dari pendopo gubernur. Tentu saja, kondisi pendopo seratus kali lipat lebih mentereng ketimbang rumah Rita yang reot.
Saat musim penghujan tiba, rumah berdinding papan itu tak pernah alpa dilanda banjir. Tak jarang, seluruh bagian rumah, mulai dari ruang tamu hingga dapur, terendam banjir. “Kalau musim hujan, saya terpaksa menginap di tempat tetangga bersama dua anak gadis dan dua adik kandung saya. Untung saja tetangga masih menaruh empati kepada kami,” ujarnya dengan nada pilu.
Suami Rita menjadi korban tsunami Aceh pada 2004. Setelah itu, Rita harus berjuang sendiri menafkahi keluarganya. “Saya benar-benar tidak tahu mau berbuat apa lagi. Selain menjadi buruh cuci di rumah tetangga. Baru-baru ini, anak saya terpaksa berjualan kue kering seadanya untuk mencukupi biaya rumah tangga,” ujarnya setengah terisak.
Saat tim relawan Irwandi-Nova, Rita tak menyangka rumahnya bakal direhab. Keesokan harinya, ia tambah kaget. “Besoknya mereka langsung mengangkut material bangunan ke depan rumah saya. Saya benar-benar tak menyangka. Terharu saya, baru kali ini ada yang datang bantuin kami. Sebelumnya, dari wali kota tidak ada,” kata wanita itu.
Rita dan Rohati merupakan dua dari 15 penerima bantuan rehabilitasi rumah di Banda Aceh. Ketua Tim Pemenangan Wilayah Banda Aceh, Safrudin mengatakan bantuan rehabilitasi rumah dari pasangan gubernur terpilih itu bakal dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama, kata dia, dipilih beberapa rumah terlebih dahulu. “Hal ini karena sistem pengerjaannya tidak menggunakan tukang borongan, melainkan hanya gotong royong oleh relawan Irwandi-Nova,” ujar pria yang akrab disapa Teuku Din pendopo tersebut, Jumat pekan lalu.
Ia menjelaskan, untuk tahapan pertama, pihaknya sedang membangun enam dari 15 unit rumah di Banda Aceh. Selain itu, jumlah dana bantuan rehab tersebut juga tidak sama. “Jumlahnya berkisar antara Rp20 hingga Rp30 juta. Itu semua tergantung kondisi rumah saat disurvei oleh tim kita,” jelasnya.
Ide merehabilitasi rumah tersebut awalnya disampaikan Irwandi Yusuf akun Facebook. Menurut Irwandi, pembangunan rumah tersebut dilakukan untuk mengganti kegiatan syukuran yang biasanya diagendakan tak lama usai pengumuman kepala daerah terpilih. “Dana pribadi yang tersedia sekarang Rp2,5 miliar. Cukup untuk bikin 100 unit rumah sederhana untuk anak yatim di seluruh Aceh. Jauh dari cukup. Mohon bantuan para dermawan, biar kita bisa bikin yang lebih banyak lagi. Agar anak-anak yatim yang selama ini tidur meringkuk di sudut gubuk bocor tidak basah lagi bila hujan. Tolonglah mereka plis,” tulis Irwandi di laman media sosialnya itu, Rabu, 30 Maret 2017.
Irwandi menargetkan program pembangunan 100 rumah anak yatim tersebut bakal kelar sebelum pelantikan Gubernur Aceh periode 2017-2022. Sebelumnya, Wakil Gubernur terpilih, Nova Iriansyah mengatakan, pembangunan rumah tersebut merupakan ide yang muncul secara mendadak. “Ini tidak pernah kita rencanakan sebelumnya,” ujar Nova.[Sumber: pikiranmerdeka.co]
Tempat tinggal Rohati, tidaklah mewah. Sejak dibangun pada 1995, dinding rumahnya yang terbuat dari papan, mulai lapuk digerogoti rayap. Celah sebesar jempol, jamak memenuhi dinding. Ditambah lagi, atap seng yang mulai bocor diterpa karat. Saban musim hujan, ia terpaksa mencari belasan wadah untuk menampung air hujan dari celah-celah atap. “Kalau tidak saya tahan ke dalam wadah, dapur selalu kebanjiran,” ujar warga Gampong Neusu Aceh, Baiturrahman, Banda Aceh itu saat dijumpai Pikiran Merdeka, Jumat pekan lalu.
Selain belum memiliki rumah memadai, setengah dari lahan rumah yang ditempati Rohati masih terhitung tanah wakaf yang dikelola desa. Sebelumnya, ia sempat dibebankan biaya sewa sebesar Rp1 juta per tahun oleh perangkat desa. “Karena berbagai pertimbangan, terlebih sejak suami meninggal, beberapa saat yang lalu para perangkat desa membebaskan biaya sewa kepada kami hingga saat ini,” akunya.
Namun, kini Rohati tak perlu lagi mengurut dada menahan kesedihan. Rumahnya menjadi salah satu target tim relawan Irwandi-Nova untuk direhabilitasi agar layak huni. Ia menerima kabar gembira itu pada Rabu petang dua pekan lalu dari tim relawan yang mendatangi rumahnya. “Saya sangat terkejut saat didatangi mereka saat itu. Saya benar-benar tak pernah menduga sebelumnya. Alhamdulillah sekali saya dibantu,” ujarnya.
Sementara di titik yang berbeda, kabar serupa juga diterima Rita Yusmi. Perempuan 48 ini baru saja pulang melayat tetangganya di Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, saat didatangi tim relawan.
Rumah Rita berada di balik deretan toko-toko ponsel yang menghiasi muka Gampong Peuniti. Letaknya juga tak jauh dari pendopo gubernur. Tentu saja, kondisi pendopo seratus kali lipat lebih mentereng ketimbang rumah Rita yang reot.
Saat musim penghujan tiba, rumah berdinding papan itu tak pernah alpa dilanda banjir. Tak jarang, seluruh bagian rumah, mulai dari ruang tamu hingga dapur, terendam banjir. “Kalau musim hujan, saya terpaksa menginap di tempat tetangga bersama dua anak gadis dan dua adik kandung saya. Untung saja tetangga masih menaruh empati kepada kami,” ujarnya dengan nada pilu.
Suami Rita menjadi korban tsunami Aceh pada 2004. Setelah itu, Rita harus berjuang sendiri menafkahi keluarganya. “Saya benar-benar tidak tahu mau berbuat apa lagi. Selain menjadi buruh cuci di rumah tetangga. Baru-baru ini, anak saya terpaksa berjualan kue kering seadanya untuk mencukupi biaya rumah tangga,” ujarnya setengah terisak.
Saat tim relawan Irwandi-Nova, Rita tak menyangka rumahnya bakal direhab. Keesokan harinya, ia tambah kaget. “Besoknya mereka langsung mengangkut material bangunan ke depan rumah saya. Saya benar-benar tak menyangka. Terharu saya, baru kali ini ada yang datang bantuin kami. Sebelumnya, dari wali kota tidak ada,” kata wanita itu.
Rita dan Rohati merupakan dua dari 15 penerima bantuan rehabilitasi rumah di Banda Aceh. Ketua Tim Pemenangan Wilayah Banda Aceh, Safrudin mengatakan bantuan rehabilitasi rumah dari pasangan gubernur terpilih itu bakal dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama, kata dia, dipilih beberapa rumah terlebih dahulu. “Hal ini karena sistem pengerjaannya tidak menggunakan tukang borongan, melainkan hanya gotong royong oleh relawan Irwandi-Nova,” ujar pria yang akrab disapa Teuku Din pendopo tersebut, Jumat pekan lalu.
Ia menjelaskan, untuk tahapan pertama, pihaknya sedang membangun enam dari 15 unit rumah di Banda Aceh. Selain itu, jumlah dana bantuan rehab tersebut juga tidak sama. “Jumlahnya berkisar antara Rp20 hingga Rp30 juta. Itu semua tergantung kondisi rumah saat disurvei oleh tim kita,” jelasnya.
Ide merehabilitasi rumah tersebut awalnya disampaikan Irwandi Yusuf akun Facebook. Menurut Irwandi, pembangunan rumah tersebut dilakukan untuk mengganti kegiatan syukuran yang biasanya diagendakan tak lama usai pengumuman kepala daerah terpilih. “Dana pribadi yang tersedia sekarang Rp2,5 miliar. Cukup untuk bikin 100 unit rumah sederhana untuk anak yatim di seluruh Aceh. Jauh dari cukup. Mohon bantuan para dermawan, biar kita bisa bikin yang lebih banyak lagi. Agar anak-anak yatim yang selama ini tidur meringkuk di sudut gubuk bocor tidak basah lagi bila hujan. Tolonglah mereka plis,” tulis Irwandi di laman media sosialnya itu, Rabu, 30 Maret 2017.
Irwandi menargetkan program pembangunan 100 rumah anak yatim tersebut bakal kelar sebelum pelantikan Gubernur Aceh periode 2017-2022. Sebelumnya, Wakil Gubernur terpilih, Nova Iriansyah mengatakan, pembangunan rumah tersebut merupakan ide yang muncul secara mendadak. “Ini tidak pernah kita rencanakan sebelumnya,” ujar Nova.[Sumber: pikiranmerdeka.co]
loading...
Post a Comment