Foto bentuk fisik Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 1889 (foto: PRonline) |
AMP - Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, memiliki sejarah yang sangat panjang. Kisah tentang Baiturrahman tertuang dalam sebuah buku tipis yang diterbitkan langsung oleh pengelola masjid.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid negara yang berada di jantung daerah istimewa Aceh. Dalam buku itu disebutkan bahwa masjid itu didirikan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 (1022 Hijriah). Dengan kata lain, umur masjid ini sekarang telah mencapai 404 tahun.
Namun, seperti dikutip dari PR Online, Selasa (22/3/22016), dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang mendirikan masjid raya ini adalah saat zaman Kerajaan Aceh pimpinan Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1875 (1292 Hijriah). Sayangnya, masjid ini kemudian terbakar habis akibat penyerangan tentara Belanda dalam ekspedisinya pada bulan April 1873 (Safar 1290 Hijriyah).
Empat tahun setelah Masjid itu terbakar, pada pertengahan Maret 1877 (Safar 1294 Hijriah) masjid itu kemudian dibangun kembali di lokasi yang sama. Pembangunan menjadi tanggung jawab Gubernur Jenderal van Lansberge yang meneruskan janji Jenderal van Sweiten. Pernyataan itu kemudian diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri sekitar Banda Aceh mengingat pentingnya rencana tersebut.
Pembangunan masjid raya itu dilaksanakan oleh Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan pada 9 Oktober 1879 (13 Syawal 1296 Hijriah) oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Proses pembangunan masjid kemudian mulai dilaksanakan pada tahun 1881 dengan hanya satu kubah. Saat itu, masjid tersebut dinamai Masjid Raya Kutaraja.
Perluasan dan perombakan terus dilakukan seiring dengan bertambahnya jemaah dan keterbatasan kapasitasnya. Tercatat beberapa kali proses perombakan terjadi di masjid Baiturrahman. Salah satunya pada tahun 1935, 1975, 1981, dan 1991.
Proses perombakan pada tahun 1991 hingga 1993 merupakan yang paling fenomenal. Saat itu, dilakukan perluasan masjid hingga luas masjid menjadi 3.760 meter persegi dengan menggunakan lantai marmer buatan Italia. Perluasan itu dapat menampung hingga 8.000 orang jemaah. Selain itu, juga dilakukan penambahan kubah hingga 7 buah, 4 menara, dan 1 menara induk di luar bangunan masjid.
Di luar area masjid, pelatarannya memiliki luas hingga 4 hektare dan memiliki sebuah kolam. Beberapa bagiannya berupa lapangan berumput. Tentu saja penampakan itu kini tak terlihat karena saat dilakukan renovasi kembali. Bedanya, perombakan tahun ini hanya dilakukan pada bagian pelataran masjid, bukan di dalam area masjidnya.(OKZ)
Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid negara yang berada di jantung daerah istimewa Aceh. Dalam buku itu disebutkan bahwa masjid itu didirikan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 (1022 Hijriah). Dengan kata lain, umur masjid ini sekarang telah mencapai 404 tahun.
Namun, seperti dikutip dari PR Online, Selasa (22/3/22016), dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang mendirikan masjid raya ini adalah saat zaman Kerajaan Aceh pimpinan Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1875 (1292 Hijriah). Sayangnya, masjid ini kemudian terbakar habis akibat penyerangan tentara Belanda dalam ekspedisinya pada bulan April 1873 (Safar 1290 Hijriyah).
Empat tahun setelah Masjid itu terbakar, pada pertengahan Maret 1877 (Safar 1294 Hijriah) masjid itu kemudian dibangun kembali di lokasi yang sama. Pembangunan menjadi tanggung jawab Gubernur Jenderal van Lansberge yang meneruskan janji Jenderal van Sweiten. Pernyataan itu kemudian diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri sekitar Banda Aceh mengingat pentingnya rencana tersebut.
Pembangunan masjid raya itu dilaksanakan oleh Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan pada 9 Oktober 1879 (13 Syawal 1296 Hijriah) oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Proses pembangunan masjid kemudian mulai dilaksanakan pada tahun 1881 dengan hanya satu kubah. Saat itu, masjid tersebut dinamai Masjid Raya Kutaraja.
Perluasan dan perombakan terus dilakukan seiring dengan bertambahnya jemaah dan keterbatasan kapasitasnya. Tercatat beberapa kali proses perombakan terjadi di masjid Baiturrahman. Salah satunya pada tahun 1935, 1975, 1981, dan 1991.
Proses perombakan pada tahun 1991 hingga 1993 merupakan yang paling fenomenal. Saat itu, dilakukan perluasan masjid hingga luas masjid menjadi 3.760 meter persegi dengan menggunakan lantai marmer buatan Italia. Perluasan itu dapat menampung hingga 8.000 orang jemaah. Selain itu, juga dilakukan penambahan kubah hingga 7 buah, 4 menara, dan 1 menara induk di luar bangunan masjid.
Di luar area masjid, pelatarannya memiliki luas hingga 4 hektare dan memiliki sebuah kolam. Beberapa bagiannya berupa lapangan berumput. Tentu saja penampakan itu kini tak terlihat karena saat dilakukan renovasi kembali. Bedanya, perombakan tahun ini hanya dilakukan pada bagian pelataran masjid, bukan di dalam area masjidnya.(OKZ)
loading...
Post a Comment