AMP - Pemerintah Indonesia disarankan menggalang kekuatan dengan anggota perhimpunan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk menghadapi China.
Saran itu datang dari Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra mengenai insiden yang terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia atau perairan Natuna belum lama ini.
Yusril berpendapat, ketegasan pemerintah diperlukan untuk menyelesaikan persoalan insiden di perairan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau itu.
"Kemudian jalur diplomatik menggalang kekuatan bersama di kawasan Asia tenggara menghadapi ekspansi China yang mengkhawatirkan negara-negara Asia Tenggara lain, baik Filipina, Brunei Darusallam, Malaysia, Vietnam terhadap aksi sepihak yang dilakukan oleh China ini," kata Yusril di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (26/3/2016).
Menurut Yusril, persoalan insiden di perairan Natuna itu bukan semata-mata masalah patroli laut yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Tapi ini adalah masalah kedaulatan kita di laut yang juga kewenangan dari TNI, ini yang harusnya menjadi perhatian serius," tutur Ketua umum Partai Bulan Bintang (PBB) ini.
Diketahui, pada operasi akhir pekan lalu, KP Hiu 11 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan menangkap kapal pelaku penangkapan ikan ilegal asal China, KM Kway Fey 10078, di perairan Natuna, Sabtu 19 Maret 2016.
Proses penangkapan tersebut tidak berjalan mulus, karena sebuah kapal coast guard China secara sengaja menabrak KM Kway Fey 10078, Minggu 20 Maret 2016 dini hari ketika operasi penggiringan kapal nelayan ilegal dilakukan. Manuver berbahaya itu diduga untuk mempersulit KP Hiu 11 menahan awak KM Kway Fey 10078. [sindo]
Saran itu datang dari Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra mengenai insiden yang terjadi di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia atau perairan Natuna belum lama ini.
Yusril berpendapat, ketegasan pemerintah diperlukan untuk menyelesaikan persoalan insiden di perairan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau itu.
"Kemudian jalur diplomatik menggalang kekuatan bersama di kawasan Asia tenggara menghadapi ekspansi China yang mengkhawatirkan negara-negara Asia Tenggara lain, baik Filipina, Brunei Darusallam, Malaysia, Vietnam terhadap aksi sepihak yang dilakukan oleh China ini," kata Yusril di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (26/3/2016).
Menurut Yusril, persoalan insiden di perairan Natuna itu bukan semata-mata masalah patroli laut yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Tapi ini adalah masalah kedaulatan kita di laut yang juga kewenangan dari TNI, ini yang harusnya menjadi perhatian serius," tutur Ketua umum Partai Bulan Bintang (PBB) ini.
Diketahui, pada operasi akhir pekan lalu, KP Hiu 11 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan menangkap kapal pelaku penangkapan ikan ilegal asal China, KM Kway Fey 10078, di perairan Natuna, Sabtu 19 Maret 2016.
Proses penangkapan tersebut tidak berjalan mulus, karena sebuah kapal coast guard China secara sengaja menabrak KM Kway Fey 10078, Minggu 20 Maret 2016 dini hari ketika operasi penggiringan kapal nelayan ilegal dilakukan. Manuver berbahaya itu diduga untuk mempersulit KP Hiu 11 menahan awak KM Kway Fey 10078. [sindo]
loading...
Post a Comment