AMP - Tim gabungan Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk melancarkan misi pembebasan atas aksi pembajakan kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 dan penyanderaan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia oleh militan Abu Sayyaf di Perairan Mindanao, Filipina.
Namun, Ali Fauzi Manzi, pengamat terorisme dan mantan aktivis gerakan radikal asal Lamongan, Jawa Timur, meminta pasukan Indonesia waspada menghadapi militan Abu Sayyaf. Selain pengalaman berperang, para milisi kelompok ini juga didukung persenjataan yang komplet.
"Di sana (di daerah basisnya Abu Sayyaf) amunisinya lebih komplet dari pada teroris Indonesia. RPG (rocket- propelled grenade), granat untuk antitank itu, seperti sampah di sana. Seperti mortar, apalagi hanya M-16 dan AK-47 banyak sekali, biasa di sana," kata Fauzi dihubungi VIVA.co.id, Rabu, 30 Maret 2016.
Selain dukungan senjata, lanjut bekas instruktur latihan merakit bom Jamaah Islamiyah Wakalah Jawa Timur itu, milisi Abu Sayyaf juga memiliki pengalaman lama dalam pertempuran menghadapi angkatan perang Filipina.
"Menghadapi tentara Filipina mereka sudah biasa," kata Fauzi.
Adik bomber Bali Ali Imron ini mengaku tahu kekuatan Abu Sayyaf karena pernah bersentuhan semasa mengikuti pelatihan militer di Mindanao, saat bergabung dengan Moro Islamic Liberation Front (MILF) pada tahun 1994 sampai 1996. "Saya juga pernah bersentuhan dengan kelompok Abu Sayyaf pada tahun 2002 sampai 2005," katanya.
Pada waktu itu, lanjut Fauzi, pemimpin Abu Sayyaf masih bergabung dengan Komandan MILF, Samad Hasyim. Sekarang dua organisasi separatis ini pecah kongsi setelah MILF berganti pimpinan. "Setelah ada ISIS, Abu Sayyaf lebih sreg dengan ISIS," katanya.
Fauzi mengatakan, MILF dan Abu Sayyaf merupakan kelompok berbeda dan berdiri sendiri. Basis Abu Sayyaf berada di wilayah Filipina Selatan, yang paling banyak anggotanya berasal dari bangsa Sulu. "Mereka lebih senang disebut Harakah Islamiyah dari pada Abu Sayyaf," ujarnya.[VIVA]
Namun, Ali Fauzi Manzi, pengamat terorisme dan mantan aktivis gerakan radikal asal Lamongan, Jawa Timur, meminta pasukan Indonesia waspada menghadapi militan Abu Sayyaf. Selain pengalaman berperang, para milisi kelompok ini juga didukung persenjataan yang komplet.
"Di sana (di daerah basisnya Abu Sayyaf) amunisinya lebih komplet dari pada teroris Indonesia. RPG (rocket- propelled grenade), granat untuk antitank itu, seperti sampah di sana. Seperti mortar, apalagi hanya M-16 dan AK-47 banyak sekali, biasa di sana," kata Fauzi dihubungi VIVA.co.id, Rabu, 30 Maret 2016.
Selain dukungan senjata, lanjut bekas instruktur latihan merakit bom Jamaah Islamiyah Wakalah Jawa Timur itu, milisi Abu Sayyaf juga memiliki pengalaman lama dalam pertempuran menghadapi angkatan perang Filipina.
"Menghadapi tentara Filipina mereka sudah biasa," kata Fauzi.
Adik bomber Bali Ali Imron ini mengaku tahu kekuatan Abu Sayyaf karena pernah bersentuhan semasa mengikuti pelatihan militer di Mindanao, saat bergabung dengan Moro Islamic Liberation Front (MILF) pada tahun 1994 sampai 1996. "Saya juga pernah bersentuhan dengan kelompok Abu Sayyaf pada tahun 2002 sampai 2005," katanya.
Pada waktu itu, lanjut Fauzi, pemimpin Abu Sayyaf masih bergabung dengan Komandan MILF, Samad Hasyim. Sekarang dua organisasi separatis ini pecah kongsi setelah MILF berganti pimpinan. "Setelah ada ISIS, Abu Sayyaf lebih sreg dengan ISIS," katanya.
Fauzi mengatakan, MILF dan Abu Sayyaf merupakan kelompok berbeda dan berdiri sendiri. Basis Abu Sayyaf berada di wilayah Filipina Selatan, yang paling banyak anggotanya berasal dari bangsa Sulu. "Mereka lebih senang disebut Harakah Islamiyah dari pada Abu Sayyaf," ujarnya.[VIVA]
loading...
Post a Comment