AMP - Polisi di Islamabad, ibukota Pakistan, menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan orang-orang yang berunjuk rasa mendukung Mumtaz Qadri, polisi yang membunuh gubernur Punjab, Salman Taseer yang dikawalnya, lima tahun lalu.
Qadri membunuh Salman Taseer karena gubernur itu menentang hukum penistaan, dan antara lain membela seorang perempuan Kristen yang dipenjarakan oleh perkara itu.
Ribuan orang protes di ibukota Pakistan, Islamabad, pada hari Minggu (27/3) memprotes eksekusi hukum gantung bulan lalu terhadap Mumtaz Qadri, pembunuh gubernur Punjab.
Polisi melontarkan gas air mata kepada pengunjuk rasa yang melempari mereka dengan batu, mrusak properti dan melakuka pembakaran di jalan.
Senin (28/3), ribuan orang masih melancarkan aksi duduk di sekitar parlemen.
Pada tahun 2011, petugas polisi Mumtaz Qadri membunuh Gubernur Punjab Salman Taseer, yang sebetulnya ditugaskan padanya untuk dikawal.
Salman Taseer dibenci kalangan Islam garis keras karena menyerukan reformasi undang-undang menistaan yang keras.
Pendukung Qadri mengatakan dia adalah seorang pahlawan dan harus dianggap sebagai syuhada atau martir.
Undang-undang penistaan yang hukuman maksimalnya adalah hukuman mati, sering disalahgunakan untuk menindas minoritas agama.
Aksi dukungan terhadap Qadri tidak mendapat tempat yang besar di media lokal, yang makin mendapat tekanan dengan alasan pemberitaan yang keliru bisa mendorong kerusuhan.[BBC]
Qadri membunuh Salman Taseer karena gubernur itu menentang hukum penistaan, dan antara lain membela seorang perempuan Kristen yang dipenjarakan oleh perkara itu.
Ribuan orang protes di ibukota Pakistan, Islamabad, pada hari Minggu (27/3) memprotes eksekusi hukum gantung bulan lalu terhadap Mumtaz Qadri, pembunuh gubernur Punjab.
Polisi melontarkan gas air mata kepada pengunjuk rasa yang melempari mereka dengan batu, mrusak properti dan melakuka pembakaran di jalan.
Senin (28/3), ribuan orang masih melancarkan aksi duduk di sekitar parlemen.
Pada tahun 2011, petugas polisi Mumtaz Qadri membunuh Gubernur Punjab Salman Taseer, yang sebetulnya ditugaskan padanya untuk dikawal.
Salman Taseer dibenci kalangan Islam garis keras karena menyerukan reformasi undang-undang menistaan yang keras.
Pendukung Qadri mengatakan dia adalah seorang pahlawan dan harus dianggap sebagai syuhada atau martir.
Undang-undang penistaan yang hukuman maksimalnya adalah hukuman mati, sering disalahgunakan untuk menindas minoritas agama.
Aksi dukungan terhadap Qadri tidak mendapat tempat yang besar di media lokal, yang makin mendapat tekanan dengan alasan pemberitaan yang keliru bisa mendorong kerusuhan.[BBC]
loading...
Post a Comment