Foto: Doc AcehMerdekaPost.com |
AMP - Perang Aceh antara 1976 sampai 2005 menelan korban sampai 30 ribuan orang, baik dari masyarakat sipil, anggota GAM, maupun anggota TNI/Polri. Di antara sekian ribu orang itu terdapat seorang bernama Marzuki (nama sandinya Yoga yang merupakan pembalikan dari kata 'Gayo'). Ia adalah anggota Polisi Militer (Bentara Milite) Wilayah Samudra asal Linge (Gayo).
Pemuda itu meninggal dalam sebuah kontak senjata yang terjadi di Alue Sijeungkai Mns Cut – Jeuleukat, Kecamatan Dewantara (kini kecamatan Nisam Antara) sampai perbukitan Gampong Darussalam (Urong). Peristiwa itu terjadi dalam status Aceh Darurat Militer pada tahun 2003.
Menurut rekan-rekan yang tahu peristiwa tersebut, pengepungan dan perang hari itu terjadi dalam 4 kampung dari pagi sampai senja. Ada dua pasukan dari dua kesatuan militer GAM di sana. Pasukan TNI membawa helikopter dalam pengepungan tersebut. Dalam masa itu ada 5 orang terkepung sehingga menjadi sasaan tembak.
Tiga orang menjadi korban, satu dari dari kesatuan Polisi Militer Wilayah Pase bernama Marzuki (Yoga), satu orang dari kesatuan komando wilayah Pasee (kamp Piranha) bernama Abdullah asal Jeunieb, seorang lagi penduduk sipil bernama Abdullah marzuki. Dua orang lagi yang terkepung dapat menyelamatkan diri.
Menurut sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya, pelontar granat (GLM) bersamanya sempat diselamatkan oleh rekan yang berhasil keluar dari pengepungan. Namun, Yoga kena tembak di beberapa bagian badan dan kaki sehingga tak berhasil keluar dari perang yang tidak seimbang itu.
Setelah kehabisan peluru, ia berusaha keras dan berhasil mencabut beberapa bagian penting dari AK 56-nya lalu membuang alat-alat tersebut ke dalam semak-semak. Ketika waktu magrib tiba, pasukan penyerang merenggangkan pengepungannya. Menurut si empunya sejarah, mereka dari salah satu pasukan elit TNI.
Seorang pemuda dari bagian timur Aceh Utara sempat bermalam dengan jasad tak bernyawa Yoga, dan berhasil mengendap keluar dari kepungan menjelang pagi. Kuburan Yoga kini berada di Gampong Darussalam, Kecamatan Nisam Antara. Ibunya masih hidup dan menetap di Gampong Simpang Rambong, Nisam Antara, Aceh Utara.
Kini GAM-RI telah berdamai pada 15 Agustus 2005. Cukup sudah perang. Biarkan rakyat Aceh membangun wilayahnya dengan tenang. Motto mantan GAM kini, 'Tameudamee ngon MoU tapeulaku ngon UUPA (Kita berdamai dengan MoU Helsinki dan bertindak sesuai UUPA), Motto TNI kini, 'Damai Itu Indah,' motto masyarakat Aceh, 'Majulah Aceh, Cintai Aceh.(dikutip: peradabandunia.com)
Pemuda itu meninggal dalam sebuah kontak senjata yang terjadi di Alue Sijeungkai Mns Cut – Jeuleukat, Kecamatan Dewantara (kini kecamatan Nisam Antara) sampai perbukitan Gampong Darussalam (Urong). Peristiwa itu terjadi dalam status Aceh Darurat Militer pada tahun 2003.
Menurut rekan-rekan yang tahu peristiwa tersebut, pengepungan dan perang hari itu terjadi dalam 4 kampung dari pagi sampai senja. Ada dua pasukan dari dua kesatuan militer GAM di sana. Pasukan TNI membawa helikopter dalam pengepungan tersebut. Dalam masa itu ada 5 orang terkepung sehingga menjadi sasaan tembak.
Tiga orang menjadi korban, satu dari dari kesatuan Polisi Militer Wilayah Pase bernama Marzuki (Yoga), satu orang dari kesatuan komando wilayah Pasee (kamp Piranha) bernama Abdullah asal Jeunieb, seorang lagi penduduk sipil bernama Abdullah marzuki. Dua orang lagi yang terkepung dapat menyelamatkan diri.
Menurut sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya, pelontar granat (GLM) bersamanya sempat diselamatkan oleh rekan yang berhasil keluar dari pengepungan. Namun, Yoga kena tembak di beberapa bagian badan dan kaki sehingga tak berhasil keluar dari perang yang tidak seimbang itu.
Setelah kehabisan peluru, ia berusaha keras dan berhasil mencabut beberapa bagian penting dari AK 56-nya lalu membuang alat-alat tersebut ke dalam semak-semak. Ketika waktu magrib tiba, pasukan penyerang merenggangkan pengepungannya. Menurut si empunya sejarah, mereka dari salah satu pasukan elit TNI.
Seorang pemuda dari bagian timur Aceh Utara sempat bermalam dengan jasad tak bernyawa Yoga, dan berhasil mengendap keluar dari kepungan menjelang pagi. Kuburan Yoga kini berada di Gampong Darussalam, Kecamatan Nisam Antara. Ibunya masih hidup dan menetap di Gampong Simpang Rambong, Nisam Antara, Aceh Utara.
Kini GAM-RI telah berdamai pada 15 Agustus 2005. Cukup sudah perang. Biarkan rakyat Aceh membangun wilayahnya dengan tenang. Motto mantan GAM kini, 'Tameudamee ngon MoU tapeulaku ngon UUPA (Kita berdamai dengan MoU Helsinki dan bertindak sesuai UUPA), Motto TNI kini, 'Damai Itu Indah,' motto masyarakat Aceh, 'Majulah Aceh, Cintai Aceh.(dikutip: peradabandunia.com)
loading...
Post a Comment