AMP - Malang benar nasib Rama, 24 tahun, perempuan pengungsi Suriah yang ditipu di Libanon.
Dia diiming-imingi mendapat pekerjaan sebagai pelayan restoran di Libanon dengan gaji Rp 12 juta. Begitu tiba, dia malah dibawa ke sebuah rumah bordil lalu dipaksa menjadi budak seks, disiksa, dan diperkosa hingga sepuluh kali dalam sehari.
Koran the Daily Mail melaporkan, Rabu (3/8), bersama perempuan-perempuan lain, Rama (bukan nama sebenarnya) dipaksa melayani nafsu bejat orang asing.
Bukan itu saja, dia juga dilarang keluar rumah pelacuran dan pernah melihat seorang perempuan dipaksa aborsi karena hamil. Wanita-wanita di rumah bordil itu dipaksa melayani sepuluh pria dalam sehari. Di akhir pekan mereka bahkan dipaksa melayani pria dua kali lebih banyak.
"Mereka bukannya membuat kami merasa seperti budak, tapi kami memang budak," ujar Rama.
"Ketika kami dipukuli, saya berucap, 'Ya, Allah, tolonglah kami.' Dan mereka akan bilang,'kamu pelacur, kamu pikir Allah akan menolongmu?'"
Namun setelah sembilan bulan, Rama akhirnya berhasil melarikan diri bersama lima perempuan lain setelah bertarung dengan penjaga keamanan perempuan.
Menurut laporan kelompok pembela hak asasi Human Right Watch, rumah bordil itu akhirnya digerebek aparat dan 75 perempuan Suriah berhasil dibebaskan dari jerat perdagangan manusia terbesar di Libanon.
Kisah Rama ini muncul setelah hasil studi baru-baru ini menyebutkan, perbudakan anak, prostitusi, dan pelacuran demi bertahan hidup melonjak di antara para pengungsi Suriah di Libanon.(MDK)
Dia diiming-imingi mendapat pekerjaan sebagai pelayan restoran di Libanon dengan gaji Rp 12 juta. Begitu tiba, dia malah dibawa ke sebuah rumah bordil lalu dipaksa menjadi budak seks, disiksa, dan diperkosa hingga sepuluh kali dalam sehari.
Koran the Daily Mail melaporkan, Rabu (3/8), bersama perempuan-perempuan lain, Rama (bukan nama sebenarnya) dipaksa melayani nafsu bejat orang asing.
Bukan itu saja, dia juga dilarang keluar rumah pelacuran dan pernah melihat seorang perempuan dipaksa aborsi karena hamil. Wanita-wanita di rumah bordil itu dipaksa melayani sepuluh pria dalam sehari. Di akhir pekan mereka bahkan dipaksa melayani pria dua kali lebih banyak.
"Mereka bukannya membuat kami merasa seperti budak, tapi kami memang budak," ujar Rama.
"Ketika kami dipukuli, saya berucap, 'Ya, Allah, tolonglah kami.' Dan mereka akan bilang,'kamu pelacur, kamu pikir Allah akan menolongmu?'"
Namun setelah sembilan bulan, Rama akhirnya berhasil melarikan diri bersama lima perempuan lain setelah bertarung dengan penjaga keamanan perempuan.
Menurut laporan kelompok pembela hak asasi Human Right Watch, rumah bordil itu akhirnya digerebek aparat dan 75 perempuan Suriah berhasil dibebaskan dari jerat perdagangan manusia terbesar di Libanon.
Kisah Rama ini muncul setelah hasil studi baru-baru ini menyebutkan, perbudakan anak, prostitusi, dan pelacuran demi bertahan hidup melonjak di antara para pengungsi Suriah di Libanon.(MDK)
loading...
Post a Comment