Halloween Costume ideas 2015
loading...

Mengapa Abu Sayyaf Penggal Sandera Asal Kanada Tapi Bebaskan Sandera WNI?

AMP - Peneliti Madya Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai pro-kontra siapa yang paling berjasa dalam pembebasan 10 WNI yang ditawan militan Abu Sayyaf cukup wajar. Hanya saja, para petugas yang bekerja di lapangan telah terbiasa dengan prinsip operasi senyap yang jauh dari sorotan media.

“Prinsip dari teman-teman yang bekerja di lapangan adalah kredo-kredo operasi senyap. Kredo operasi senyap itu ya berhasil tidak dipuji, mati tidak diakui, gagal dicaci maki,” jelas Ridlwan kepada Kiblat.net melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.

Ridlwan menekankan, dalam kasus ini, operasi diplomasi dan operasi intelijen lebih dikedepankan ketimbang operasi militer.

“Ada dua kendala utama. Kendala pertama adalah kendala prosedural formal, yakni operasi militer itu harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah Filipina. Persetujuan itu juga harus disetujui oleh parlemen atau senat. Ini sangat rumit dan ini membutuhkan proses yang sangat panjang,” tambahnya.

Adapun, kendala yang kedua adalah kendala teknis yang bersifat taktis. Artinya, lokasi kesepuluh sandera itu dalam posisi koordinat yang dipisah-pisah. Setidaknya, Ridlwan menuturkan ada empat titik korrdinat. Jadi, kalau dilakukan operasi ekstraksi militer harus dilakukan saat itu juga, pada jam yang sama, pada empat titik yang berbeda. “Ini almost immposible (hampir tidak mungkin),” kata pengamat intelijen ini.

Dilanjutkannya, operasi militer untuk pembebasan sandera bisa saja menjadi opsi yang diambil, tapi kemungkinan ada sandera yang meninggal sangat besar.

Terkait empat sandera yang tersisa dalam tawanan milisi Abu Sayyaf, Ridlwan menegaskan bahwa mereka juga prioritas. Keempat sandera ini juga harus diprioritaskan dengan segala cara, terutama melalui pendekatan dialogis, negosiasi tradisional, serta pendekatan-pendekatan kesukuan.

Ia juga menjelaskan ada kemungkinan bahwa keempat WNI yang masih disandera ini dibawa oleh faksi Abu Sayyaf yang berbeda. Sebagaimana diketahui militan Islam di Filipina terbagi ke dalam beberapa faksi seperti MILF, MNLF, BIFF. Sementara Abu Sayyaf merupakan salah satu pecahan dari sejumlah faksi besar pejuang Islam Filipina.

Ridlwan melihat, pendekatan dialogis dalam upaya pembebasan sandera yang ditawan Abu Sayyaf sangat penting. Pasalnya, mereka melihat juga warga yang disandera ini siapa, asalnya dari mana, kemudian sukunya apa, serta apa agamanya.

Kemudian, para militan itu juga berhitung apakah negara asal sandera itu dalam konflik Filipina selatan itu pro-pemerintah Manila atau tidak. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia dinilai punya hubungan yang cukup baik dengan pejuang Filipina selatan.

“Bertahun-tahun Umar Patek sembunyi di sana. Dulmatin juga sembunyi di sana. Dulu mujahidin-mujahidin alumni Ambon, Poso latihannya di Moro. Teman-teman Sri Rejeki, tahun 2003, Yusuf dan kawan-kawan belajar bikin bom lontong disana. Jadi, posisinya sangat akrab secara geo-politik, ada kedekatan,” jelas Ridlwan.

Dilanjutkannya, itulah faktor yang membedakan sikap pejuang Abu Sayyaf ketika memperlakukan sandera asal Indonesia dengan sandera asal Kanada. Sebab, Kanada tidak memiliki koneksi yang bagus dengan Filipina.[kiblat.net]
loading...

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget