AMP - Abu Sayyaf mengklaim bahwa dalang di balik serangan bom yang merenggut 14 nyawa dan melukai 71 orang di Davao City pada Jumat (2/9) adalah kelompok sekutu mereka, Daulut Ul Islamiya. Mereka mengancam tidak akan berhenti hingga Presiden Duterte pindah agama menjadi Islam.
"(Serangan akan berhenti) jika Duterte menerima hadis kami menjadi hukumnya dan dia pindah agama menjadi Islam," kata ujar Muammar Askali, juru bicara dari Al Haraktul Al Islamiya, nama resmi Abu Sayyaf, seperti dikutip Inquirer, Sabtu (3/9).
Askali mengatakan bahwa Daulut Ul Islamiya melancarkan serangan ini sebagai bentuk simpati terhadap Abu Sayyaf.
"Mereka melakukan ini sebagai bentuk simpati terhadap kelompok kami dan kami mengirimkan satu pesan kepada Presiden Rodrigo Duterte bahwa semua Daulat di seluruh negara tidak takut kepadanya," ucapnya.
Ia kemudian mengatakan bahwa insiden di kampung halaman Duterte ini hanya sebuah awal yang akan diikuti dengan serangan-serangan serupa. Serangan ini akan terus dilakukan selama militer Filipina masih menggempur Abu Sayyaf di markas mereka, Pulau Jolo.
"Kami mungkin sulit memanggil pasukan, tapi kami masih dapat melukai tentara," tutur Askali menggambarkan situasi di Sulu sekarang ini.
Sejak Duterte memerintahkan militer menghancurkan Abu Sayyaf di sekitar Jolo pada 26 Agustus, sekitar 9.000 tentara sudah dikerahkan untuk menggempur kelompok militan itu. Hingga kini, 15 tentara dan 30 militan dilaporkan tewas dalam gempuran ini.
Namun sebelumnya, Wali Kota Davao City, Sara Duterte-Carpio, mengonfirmasi bahwa pelaku serangan di Pusat Perbelanjaan Souvenir Aldevinco ini adalah Abu Sayyaf.
"Kantor presiden mengirimkan pesan teks dan mengonfirmasi bahwa itu merupakan aksi balas dendam Abu Sayyaf," ujar Sara, yang juga merupakan putri dari Presiden Rodrigo Duterte, kepada CNN Philippines seperti dikutip AFP, Sabtu (3/9).
Meskipun demikian, Sara mengatakan pemerintahan kota Davao City sendiri sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai konfirmasi aksi balas dendam Abu Sayyaf ini.
Kini, Kepala Kepolisian Mindanai yang menjadi pengawas penyelidikan insiden ini, Manuel Gaerlan, mengatakan bahwa timnya sedang memikirkan kemungkinan lain motif peledakan ini, salah satunya adalah pemilik toko dari pasar malam itu yang mungkin tidak puas.
"Ada beberapa penjual yang tidak puas dengan pembagian kios di pasar malam itu. Ini merupakan salah satu motif yang sedang kami selidiki," katanya.
Di sisi lain, Gaerlan menganggap wajar jika ada kelompok mana pun bisa saja mengklaim serangan ini. "Mereka dapat menggunakannya untuk menaikkan popularitas mereka, tapi seperti yang saya katakan, kami masih menyelidikinya," kata Gaerlan.
Menurut Gaerlan, polisi bahkan belum dapat mengonfirmasi apakah yang meledak itu merupakan bom atau bukan. "Kami mengumpulkan lebih banyak bukti," katanya.
Juru bicara Kepolisian Mindanao Utara, Andrea dela Cerna, menyatakan bahwa memang sudah ada logam-logam yang diteliti dari tubuh para korban, tapi belum dapat dipastikan apakah itu berasal dari bahan peledak. (CNN Indonesia)
"(Serangan akan berhenti) jika Duterte menerima hadis kami menjadi hukumnya dan dia pindah agama menjadi Islam," kata ujar Muammar Askali, juru bicara dari Al Haraktul Al Islamiya, nama resmi Abu Sayyaf, seperti dikutip Inquirer, Sabtu (3/9).
Askali mengatakan bahwa Daulut Ul Islamiya melancarkan serangan ini sebagai bentuk simpati terhadap Abu Sayyaf.
"Mereka melakukan ini sebagai bentuk simpati terhadap kelompok kami dan kami mengirimkan satu pesan kepada Presiden Rodrigo Duterte bahwa semua Daulat di seluruh negara tidak takut kepadanya," ucapnya.
Ia kemudian mengatakan bahwa insiden di kampung halaman Duterte ini hanya sebuah awal yang akan diikuti dengan serangan-serangan serupa. Serangan ini akan terus dilakukan selama militer Filipina masih menggempur Abu Sayyaf di markas mereka, Pulau Jolo.
"Kami mungkin sulit memanggil pasukan, tapi kami masih dapat melukai tentara," tutur Askali menggambarkan situasi di Sulu sekarang ini.
Sejak Duterte memerintahkan militer menghancurkan Abu Sayyaf di sekitar Jolo pada 26 Agustus, sekitar 9.000 tentara sudah dikerahkan untuk menggempur kelompok militan itu. Hingga kini, 15 tentara dan 30 militan dilaporkan tewas dalam gempuran ini.
Namun sebelumnya, Wali Kota Davao City, Sara Duterte-Carpio, mengonfirmasi bahwa pelaku serangan di Pusat Perbelanjaan Souvenir Aldevinco ini adalah Abu Sayyaf.
"Kantor presiden mengirimkan pesan teks dan mengonfirmasi bahwa itu merupakan aksi balas dendam Abu Sayyaf," ujar Sara, yang juga merupakan putri dari Presiden Rodrigo Duterte, kepada CNN Philippines seperti dikutip AFP, Sabtu (3/9).
Meskipun demikian, Sara mengatakan pemerintahan kota Davao City sendiri sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai konfirmasi aksi balas dendam Abu Sayyaf ini.
Kini, Kepala Kepolisian Mindanai yang menjadi pengawas penyelidikan insiden ini, Manuel Gaerlan, mengatakan bahwa timnya sedang memikirkan kemungkinan lain motif peledakan ini, salah satunya adalah pemilik toko dari pasar malam itu yang mungkin tidak puas.
"Ada beberapa penjual yang tidak puas dengan pembagian kios di pasar malam itu. Ini merupakan salah satu motif yang sedang kami selidiki," katanya.
Di sisi lain, Gaerlan menganggap wajar jika ada kelompok mana pun bisa saja mengklaim serangan ini. "Mereka dapat menggunakannya untuk menaikkan popularitas mereka, tapi seperti yang saya katakan, kami masih menyelidikinya," kata Gaerlan.
Menurut Gaerlan, polisi bahkan belum dapat mengonfirmasi apakah yang meledak itu merupakan bom atau bukan. "Kami mengumpulkan lebih banyak bukti," katanya.
Juru bicara Kepolisian Mindanao Utara, Andrea dela Cerna, menyatakan bahwa memang sudah ada logam-logam yang diteliti dari tubuh para korban, tapi belum dapat dipastikan apakah itu berasal dari bahan peledak. (CNN Indonesia)
loading...
Post a Comment