AMP - Skema perkawinan partai politik lokal (parlok) dengan partai nasional (parnas) kembali terulang dalam Pemilihan Gubernur Aceh pada Februari 2017 mendatang. Namun kali ini ada uapaya penjenggalan terhadap para celon yang notabone nya eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali membuka ruang pertikaian politik seperti yang terjadi sebelumnya aitu pada pilkada 2012 yang lalu.
Pasangan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Mualem) yang di usung Partai Aceh dan Partai Gerindra pada pemilu 2012 dan Pileg 2014 keluar sebagai pemenang untuk berkuasa di Aceh, kali ini apakah orang dari partai Aceh bisa kembali memimpin Aceh,,? bisa jasa ia dan juga kemungkinan besar tidak, itu di karenakan ada upaya persengkokolan dari pusat untuk mencegal para calon dari Eks GAM.
Pada Pilgub Aceh 2017, dua pasangan calon yang diusung kombinasi partai lokal dan nasional adalah Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah dan Muzakir Manaf-TA Khalid, yang pasti keduanya akan menjadi aktor pertikian, namun sayangnya yang mengambil keuntungan dari pasangan Tarmizi Karim dan Zaini Djalil yang mendapat dukungan penuh dari pusat, bisa dikatakan mereka adalah titipin pusat untuk menguasai Aceh agar Parlok lenyap.
Seperti diketahui, Irwandi-Nova didukung Demokrat, PKB, Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Damai Aceh (PDA). Sementara Muzakir Manaf dan TA Khalid didukung Partai Aceh, Gerindra, PKS, dan PAN, dan pasangan Tarmizi Karim dan Zaini Djalil diusung oleh gabungan partai nasional, Nasdem, PPP dan PKPI, Golkar dan juga berkemungkinan PDIP juga akan menyusul.
Selain ketiga pasangan tersebut, Pilgub Aceh 2017 ini juga diikuti tiga pasangan independen yag juga ada dari eks kombantan GAM yakni, Zakaria Saman-Teuku Alaidinsyah, Zaini Abdullah-Nazaruddin, dan juga mantan Gubernur Aceh yang tersandung kasus korupsi yaitu Abdullah Puteh-Sayed Mustafa.
Proses persiapan Pemilihan Kepala Daerah Aceh rencananya akan berlangsung pada 15 Februari 2017, sejumlah team pemenangan kandidat calon Gubernur telah mereka mantapi, mulai dari koalisi dengan Parnas dan juga jalur independent yang mendapat perhatian tajam dari Pusat, lantas siapa calon Gubernur Aceh terkuat?, bisa saja bukan dari eks GAM.
Permainan pusat jelang Pilkada Aceh mulai terlihat, yang tujuannya tidak lain yaitu untuk menghancurkan pasangan ang sekarang bisa dikatan kuat di Aceh yaitu Muzakir Manaf dan Irwandi Yusuf.
Pasangan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Mualem) yang di usung Partai Aceh dan Partai Gerindra pada pemilu 2012 dan Pileg 2014 keluar sebagai pemenang untuk berkuasa di Aceh, kali ini apakah orang dari partai Aceh bisa kembali memimpin Aceh,,? bisa jasa ia dan juga kemungkinan besar tidak, itu di karenakan ada upaya persengkokolan dari pusat untuk mencegal para calon dari Eks GAM.
Pada Pilgub Aceh 2017, dua pasangan calon yang diusung kombinasi partai lokal dan nasional adalah Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah dan Muzakir Manaf-TA Khalid, yang pasti keduanya akan menjadi aktor pertikian, namun sayangnya yang mengambil keuntungan dari pasangan Tarmizi Karim dan Zaini Djalil yang mendapat dukungan penuh dari pusat, bisa dikatakan mereka adalah titipin pusat untuk menguasai Aceh agar Parlok lenyap.
Seperti diketahui, Irwandi-Nova didukung Demokrat, PKB, Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Damai Aceh (PDA). Sementara Muzakir Manaf dan TA Khalid didukung Partai Aceh, Gerindra, PKS, dan PAN, dan pasangan Tarmizi Karim dan Zaini Djalil diusung oleh gabungan partai nasional, Nasdem, PPP dan PKPI, Golkar dan juga berkemungkinan PDIP juga akan menyusul.
Selain ketiga pasangan tersebut, Pilgub Aceh 2017 ini juga diikuti tiga pasangan independen yag juga ada dari eks kombantan GAM yakni, Zakaria Saman-Teuku Alaidinsyah, Zaini Abdullah-Nazaruddin, dan juga mantan Gubernur Aceh yang tersandung kasus korupsi yaitu Abdullah Puteh-Sayed Mustafa.
Proses persiapan Pemilihan Kepala Daerah Aceh rencananya akan berlangsung pada 15 Februari 2017, sejumlah team pemenangan kandidat calon Gubernur telah mereka mantapi, mulai dari koalisi dengan Parnas dan juga jalur independent yang mendapat perhatian tajam dari Pusat, lantas siapa calon Gubernur Aceh terkuat?, bisa saja bukan dari eks GAM.
Permainan pusat jelang Pilkada Aceh mulai terlihat, yang tujuannya tidak lain yaitu untuk menghancurkan pasangan ang sekarang bisa dikatan kuat di Aceh yaitu Muzakir Manaf dan Irwandi Yusuf.
Seperti di lansir di Acehtrend.com "Mualem Tidak Yakin Pusat Netral di Pilkada Gubernur Aceh 2017" lantas ada apa dengan pusat?
Calon Gubernur yang mereka usung adalah "titipan pusat" seperti bermain mata untuk menjenggal calon gubernur dari tubuh GAM. 4 calon Gubernur dari Mantan GAM tersebut seperti api dalam sekam bagi pusat, sorotan mataya lebih tajam kepada Irwandi Yusuf (ahli Propaganda GAM) dan juga Panglima Gam (Muzakkir Manaf).
Tokoh Politik Jakarta sepertinya sangat risih dengan 2 tokoh GAM yang menjadi calon Gubernur Aceh tersebut, ke dua tokoh GAM tersebut memiliki integritas tinggi yang sangat di perhitungkan Jakarta dan mendapat dukungan terbanyak dari Rakyat Aceh.
Menariknya, sasaran anak panah selalu tertuju pada Irwandi Yusuf, setelah polemik dukungan dari Partai PKB yang sangat beda antara pimpinan daerah dan pusat, namun surat dukungan akhirnya PKB Pusat mengambil keputusan untuk mendukung Irwandi Yusuf, lain lagi halnya dengan Partai Golkar Aceh yang juga berkomitmen dan postif mendukung Irwandi yusuf, namun beda halnya dengan Golkar Pusat, Jusuf Kalla perintahkan Setya Novanto untuk bayar Cash Golkar dan dukung Tarmizi A Karim.
Menariknya, sasaran anak panah selalu tertuju pada Irwandi Yusuf, setelah polemik dukungan dari Partai PKB yang sangat beda antara pimpinan daerah dan pusat, namun surat dukungan akhirnya PKB Pusat mengambil keputusan untuk mendukung Irwandi Yusuf, lain lagi halnya dengan Partai Golkar Aceh yang juga berkomitmen dan postif mendukung Irwandi yusuf, namun beda halnya dengan Golkar Pusat, Jusuf Kalla perintahkan Setya Novanto untuk bayar Cash Golkar dan dukung Tarmizi A Karim.
Sebagai Gubernur Aceh, hal ini tidak membuat Irwandi menciut, akhirnya kedekatan Irwandi membuahkan hasil dengan PDI-P setelah komitmen yang sama dukungan penuh kepada Irwandi pun terjalin, meskipun surat dukungan dari DPP PDI-P pusat belum di keluarkan. Lalu siapa yang bermain untuk menjegal?
Mereka yang punya kepentingan dan kontribusi di Acehlah yang memegang peran di pusat, ada beberapa tambang dan project serta hutan milik sebuah pengusaha besar yang sedang berjalan di Aceh, mereka ingin agar pemimpin Aceh yang mudah di atur itulah "Titipan Pusat" demi kepentingan pribadi mereka rela merongoh kantong Milyaran rupiah untuk aksinya demi mendapatkan "remote" yang mudah untuk di kendalikan.
Ada pemeran lain untuk memuluskan aksinya, sang pembelot matan Jubir GAM "Sofyan Dawood" adalah kunci untuk memporak poranda tokoh GAM dan juga Parlok.
Pesta Demokrasi di Aceh selalu beda, layaknya film India tahun 80an dimana para penguasa Partai ingin terus tampil menjadi hebat.(Red)
Pesta Demokrasi di Aceh selalu beda, layaknya film India tahun 80an dimana para penguasa Partai ingin terus tampil menjadi hebat.(Red)
loading...
Post a Comment