AMP - Abdullah HR, (42), warga Desa Ulee Jeu, Kecamatan Bandar Baro, Aceh Utara, secara mengejutkan pada tanggal 28 Februari, mendapatkan undangan khusus dari Sekretariat Kepresidenan untuk bertemu Presiden Joko Widodo di Bener Meriah.
Abdullah, yang juga bekas kombantan Gerakan Aceh Merdeka, itu mengatakan dirinya adalah salah seorang dari banyak sahabat Jokowi. Saat itu, mereka sama-sama bekerja di PT Kertas Kraft Aceh pada 1985. Saat itu dia bekerja sebagai sopir pengangkut kayu di perusahaan itu. Mereka sering bersama-sama menjelajahi hutan dan Jokowi adalah manajernya.
“Selama dua tahun itu, saya bekerja bersama-sama Pak Jokowi. Di dalam hutan antara perbatasan Bener Meriah dan Aceh Utara. Saat beristirahat, kami sering tidur beralaskan kayu sebagai bantal,” kata Abdullah kepada AJNN, usai menjumpai Jokowi, Rabu (2/3).
Jokowi, di mata Abdullah, adalah sosok berdisiplin, sederhana dan tidak sombong meski memiliki wewenang lebih besar di perusahaan itu. Dia juga tak merasa menjadi bos dan selalu turun tangan membantu rekannya dan bawahannya.
Satu peristiwa yang dikenang Abdullah adalah saat mereka berada di dalam sebuah kamp, di sebuah hutan dekat perbatasan Bener Meriah-Aceh Utara. Hanya ada Jokowi, Abdullah dan dua teman mereka di tempat itu. Menjelang malam, saat perut mulai lapar, mereka mempersiapkan makan malam, beberapa bungkus mie instan dan ikan asin sebagai lauk.
Usai memasak, mereka baru menyadari bahwa tak ada piring di kamp itu. Abdullah lantas memetik daun keladi, tak jauh dari kamp, dan mengubahnya menjadi piring. Malam itu Abdullah, menikmati makan malam menu alakadar, “sepiring” dengan Jokowi sambil menghangatkan badan di dekat api unggun.
“Itu yang selalu saya kenang hingga saat ini,” kata Abdullah. Saat undangan untuk bertemu Jokowi diterimanya dari seorang anggota Koramil, Abdullah benar-benar terharu. Karena dia tak pernah menyangka, Jokowi masih mengingatnya, setelah hampir 30 tahun tak bertemu. [AJNN]
Abdullah, yang juga bekas kombantan Gerakan Aceh Merdeka, itu mengatakan dirinya adalah salah seorang dari banyak sahabat Jokowi. Saat itu, mereka sama-sama bekerja di PT Kertas Kraft Aceh pada 1985. Saat itu dia bekerja sebagai sopir pengangkut kayu di perusahaan itu. Mereka sering bersama-sama menjelajahi hutan dan Jokowi adalah manajernya.
“Selama dua tahun itu, saya bekerja bersama-sama Pak Jokowi. Di dalam hutan antara perbatasan Bener Meriah dan Aceh Utara. Saat beristirahat, kami sering tidur beralaskan kayu sebagai bantal,” kata Abdullah kepada AJNN, usai menjumpai Jokowi, Rabu (2/3).
Jokowi, di mata Abdullah, adalah sosok berdisiplin, sederhana dan tidak sombong meski memiliki wewenang lebih besar di perusahaan itu. Dia juga tak merasa menjadi bos dan selalu turun tangan membantu rekannya dan bawahannya.
Satu peristiwa yang dikenang Abdullah adalah saat mereka berada di dalam sebuah kamp, di sebuah hutan dekat perbatasan Bener Meriah-Aceh Utara. Hanya ada Jokowi, Abdullah dan dua teman mereka di tempat itu. Menjelang malam, saat perut mulai lapar, mereka mempersiapkan makan malam, beberapa bungkus mie instan dan ikan asin sebagai lauk.
Usai memasak, mereka baru menyadari bahwa tak ada piring di kamp itu. Abdullah lantas memetik daun keladi, tak jauh dari kamp, dan mengubahnya menjadi piring. Malam itu Abdullah, menikmati makan malam menu alakadar, “sepiring” dengan Jokowi sambil menghangatkan badan di dekat api unggun.
“Itu yang selalu saya kenang hingga saat ini,” kata Abdullah. Saat undangan untuk bertemu Jokowi diterimanya dari seorang anggota Koramil, Abdullah benar-benar terharu. Karena dia tak pernah menyangka, Jokowi masih mengingatnya, setelah hampir 30 tahun tak bertemu. [AJNN]
loading...
Post a Comment