Halloween Costume ideas 2015
loading...

DPR sebut Polisi adalah Teroris Sesungguhnya, Bukan Santoso! Ini Reaksi Polda Sulteng!

AMP - Pengakuan Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Terorisme DPR RI Muhammad Syafii yang menyebut jika polisi adalah teroris yang sesungguhnya di Poso, dan Santoso tidak diduga sebagai teroris, sangat melukai perasaan aparat kepolisian yang sedang bertugas di daerah itu.

“Kami sangat menyesalkan pernyataan seperti itu. Polisi ada di Poso karena perintah negara dan menjalankan amanat undang-undang,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto.

Kata Hari, polisi di Poso merupakan perwakilan negara sehingga tidak mungkin jika polisi menyakiti masyarakat yang tidak bersalah.

“Jadi kalau pak Muhammad Syafii menyebut bahwa polisi-lah teroris yang sebenarnya di Poso, ini sangat melukai perasaan ribuan polisi yang bertugas di sana,” ungkap Hari.

Muhammad Syafii dalam pernyatannya di sebuah media lokal Palu menyebutkan, jika setelah meninggalnya Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, suasana di Poso, sangat aman, tenteram dan tidak ada persoalan. Itu karena polisi tidak lagi berada disana dan masyarakat di Poso tidak memandang kelompok Santoso sebagai teroris.

Kata Syafii, bagi masyarakat Poso teror sebenarnya datang dari aparat kepolisian karena masyarakat disana mempunyai dendam yang luar biasa terhadap polisi akibat banyaknya aparat yang melakukan pelanggaran HAM berat.

Syafii juga mengatakan bahwa jenazah Santoso disambut oleh ribuan orang dari berbagai kalangan di Poso bahkan mereka membawa tulisan selamat datang syuhada. Sementara di sisi lain, mereka berharap agar aparat kepolisian segera angkat kaki dari kota mereka.

Hari Suprapto menyangkal pernyataan-pernyataan Muhammad Syafii bahwa warga Poso tidak mengharapkan kehadiran polisi disana dan masyarakat menyimpan dendam pada polisi, padahal sebaliknya, masyarakat sangat gembira dengan kehadiran polisi sebab mereka merasa lebih aman dan tenteram untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Ia juga menyangkal ada ribuan warga orang menyambut jenazah Santoso di Poso Pesisir dengan membawa spanduk bertuliskan “selamat datang syuhada. Yang benar adalah warga yang menyambut itu hanya sekitar 150-an orang. Itupun kebanyakan dari mereka yang penasaran ingin melihat Santoso dan mereka yang merasa terancam tidak hadir di penguburan serta sebagian lagi petugas yang berpakaian preman.

“Warga yang betul-betul simpatisan Santoso yang hadir saat pemakaman paling-paling sekitar 50-an orang,” katanya.

“Spanduk bertuliskan selamat datang syuhada juga hanya ada satu yang diletakkan di kuburan,” ucap Hari Suprapto.

Hari menginginkan semua pihak melihat dan memahami secara menyeluruh persoalan di Poso sebelum mengeluarkan pernyataan agar upaya-upaya bersama seluruh aparat keamanan dengan masyarakat untuk memelihara situasi Poso yang aman dan tenteram serta toleran akan sesegara mungkin mencapai hasil yang diinginkan.

Juru bicara Operasi Tinombala Poso itu juga mengharapkan peran serta media untuk memberitakan hal-hal yang bermanfaat mengenai kehadiran aparat Polri dan TNI untuk memberantas gerakan terorisme di Poso.

“Saya kira, wartawan dengan kebebasannya yang dilindungi UU dan kode etik jurnalistik memiliki tugas serta tanggung jawab yang sama dengan polisi dan aparat negara lainnya yakni melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara sehingga terorisme dan pelaku teror seyogianya menjadi musuh bersama,” terangnya.

Penulis: Ariestia Fiky | Sumber: okterus.com
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget