AMP - Pengamat politik dan Antropolog Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe Kemal Pasya tak yakin pada pernyataan sejumlah politisi Partai Aceh yang menyatakan bakal mengundurkan diri apabila Mahkamah Konstitusi (MK) tak mengacu pada UUPA dalam menyelesaikan sengketa pilkada Aceh..
“Logikanya makin aneh saja, ketika mereka tidak bisa mencari peluang tentang kecurangan pilkada kemarin, kemudian mulailah membuat akal-akalan agar penyelesaian sengketa pilkada menggunakan UUPA,” katanya pada BERITAKINI.CO, Jumat (17/3/2017)
“Logikanya makin aneh saja, ketika mereka tidak bisa mencari peluang tentang kecurangan pilkada kemarin, kemudian mulailah membuat akal-akalan agar penyelesaian sengketa pilkada menggunakan UUPA,” katanya pada BERITAKINI.CO, Jumat (17/3/2017)
Padahal, kata Kemal, UUPA itu tidak mengatur rinci tentang penyelasaian sengketa pilkada. Menurut Kemal, penyelesaian sengketa pilkada memiliki rujukan tersendiri yaitu UU Nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada, yang menjadi legitimasi pelaksanaan pilkada serentak secara nasional.
Sebab, kata Kemal, pilkada adalah rezimnya nasional, sehingga tak bisa dianggap sebagai rezim lokal agar bisa dibuat sesuka hati.
"Jadi hanya akal-akalan yang diperlihatkan ke publik. Jadi omongan tentang ancam-mengancam juga nampaknya hanya menjadi gertak sambal saja yang tidak akan mempengaruhi apa-apa,” kata Kemal.
Ancaman politisi Partai Aceh itu, kata Kemal, bentuk ketidak konsistenan politisi PA karena hanya menggunakan nalar pragmatisme.
“Saya tidak yakin mereka akan mundur itu hanya gertak sambal para politikus, sudah berkali-kali kan hal itu diutarakan, seperti kalau tidak menang PA akan konflik ternyata tidak konflik kok,” katanya.
Oleh karena itu, ia meminta publik untuk tidak perlu menanggapi dan cemas. Sebab menurutnya, hal ini menunjukkan politik kekanak-kanakan dan semakin tidak menarik. Dengan sikap-sikap yang ditunjukkan politisinya, maka PA akan semakin ditinggalkan.
“Harusnya mereka gentleman, kalau pilkada ini meraka kalah ya kalah saja, selesai. Kalau kemudian regulasi dipermasalahkan kenapa baru sekarang, kenapa tidak dari dulu, ini adalah akal-akalan,” katanya.
“Kita lihat saja, apakah betul mau mundur kalau betul mundur baru ada yang progresif dari ucapan PA. Karena selama ini banyak kata-kata yang tidak dilakukan,” tantang Kemal. (BERITAKINI.CO)
loading...
Post a Comment