AMP - Empat warga Malaysia yang disanderamilitan Abu Sayyaf pada 1 April kemarin masih belum mendapatkan titik cerah. Bersama dengan 10 sandera asal Tanah Air, nasib mereka terus dipertanyakan.
Tidak ingin kejadian serupa terus terjadi, Malaysia mengambil kebijakan dengan menutup perbatasan mereka dengan Provinsi Tawi-Tawi di selatan Filipina. Langkah ini diambil Malaysia sebagai aksi protes kepada otoritas Filipina yang dinilai gagal menghentikan penculikan terus menerus oleh kelompok Abu Sayyaf.
Kendati begitu, penutupan ini ternyata memiliki dampak tersendiri, khususnya pada sektor ekonomi.
"Penutupan perbatasan berdampak pada aktivitas perdagangan di Tawi-Tawi dimana jual beli barang terjadi dari dan keluar Sabah," kata seorang Laisa Alamia, Sekretaris Eksekutif Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM), seperti dikutip dari laman berita Mindanao Examiner, Sabut (16/4).
Laisa menjelaskan perdagangan yang terjadi di perbatasan diketahui adalah perdagangan gelap yang tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Namun untuk masyarakat setempat, hal itu dilakukan seperti barter.
"Mereka pergi ke Sandakan di Sabah dengan perahu dan menjual barang mereka dan di saat yang beramaan mereka bisa mendapatkan sebuah barang dengan harga yang sangat rendah," terang Alamia.(MDK)
Tidak ingin kejadian serupa terus terjadi, Malaysia mengambil kebijakan dengan menutup perbatasan mereka dengan Provinsi Tawi-Tawi di selatan Filipina. Langkah ini diambil Malaysia sebagai aksi protes kepada otoritas Filipina yang dinilai gagal menghentikan penculikan terus menerus oleh kelompok Abu Sayyaf.
Kendati begitu, penutupan ini ternyata memiliki dampak tersendiri, khususnya pada sektor ekonomi.
"Penutupan perbatasan berdampak pada aktivitas perdagangan di Tawi-Tawi dimana jual beli barang terjadi dari dan keluar Sabah," kata seorang Laisa Alamia, Sekretaris Eksekutif Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM), seperti dikutip dari laman berita Mindanao Examiner, Sabut (16/4).
Laisa menjelaskan perdagangan yang terjadi di perbatasan diketahui adalah perdagangan gelap yang tidak ada pajak yang harus dibayarkan. Namun untuk masyarakat setempat, hal itu dilakukan seperti barter.
"Mereka pergi ke Sandakan di Sabah dengan perahu dan menjual barang mereka dan di saat yang beramaan mereka bisa mendapatkan sebuah barang dengan harga yang sangat rendah," terang Alamia.(MDK)
loading...
Post a Comment