AMP - Pelemahan terhadap partai-partai lokal sedang berjalan di Aceh. Padahal partai lokal Aceh adalah sebuah keistimewaan yang sangat luar biasa. Peu geutanyoe na sadar??
Partai Aceh dalam pemilihan yang lalu didera kerugian dengan menurunnya jumlah perolehan kursi, kemudian terjadi peristiwa pelemparan botol dalam penentuan Ketua DPRA. Tak cukup sampai disitu, penderitaan terus berlanjut akibat konflik internal antara Ketua Umum PA dengan pihak Tuha Peut partai, berbuntut perseteruan antara gubernur dan wakilnya, yang didukung oleh PA.
PNA juga mengalami hal yang serupa, walau tidak seberat PA.
Alkisah, dukungan dari Sofyan Daud, anggota Majelis Pertimbangan dan pendiri PNA kepada cagub Tarmizi Karim. Entah apa sebabnya, tetapi ini merupakan salah satu dari punca masalah.
Menurut kabar, SD merasa tidak dihargai oleh calon gubernur dari PNA yang maju, yaitu Irwandi Yusuf, sebab sampai Agustus yang lalu Irwandi belum menjawab dua pertanyaan besar SD, apakah sudah punya partai pendukung dan apakah sudah siap dana? Dua hal tersebut menjadi syarat untuk mendapat dukungan dari SD.
Jelas bagi Irwandi ini sulit dijawab, sebab saat itu parnas sedang sibuk menyiapkan pilkada serentak, dan masing-masing sedang mengadakan penjajakan di lapangan dan survey nama-nama calon.
Irwandi kemudian sering berbalas pantun dengan SD di media, kadang-kadang sampai masuk ke ranah pribadi.
Tiba kemudian PNA melakukan Rapat Pimpinan (Rapim) untuk penguatan struktur dan konsolidasi internal.
Malam acara Rapim, Sekjen PNA, Muharram, disertai beberapa orang dekatnya mendatangi rumah Irwandi. Mereka membawa dua lembar kertas yang berisi poin-poin yang harus ditandatangani oleh Irwandi dan dipelajari, semacam pakta integritas. Isinya tidak terlalu bermasalah memang, tetapi respon Irwandi sangat keras.
Menurut kabar, Irwandi kesal karena sebagai pendiri, penyandang dana dan sekaligus sebagai Ketua Majelis pertimbangan Partai (MPP, lembaga tertinggi dalam partai), diragukan integritasnya dan komitmennya untuk menguatkan partai kalau nanti menang. Dan bagi Irwandi, ini adalah transaksional. Sesuatu yang sangat sangat dihindari.
Irwandi langsung menepis kertas-kertas itu menurut kabar, dan berkata, “Masyarakat dan tengku-tengku di lapangan sudah mulai bekerja, kok pengurus PNA masih sibuk dengan pakta yang harus diteken?”
Muharram juga emosi, langsung pulang sambil mengatakan, “Ya sudah kalau begitu, naik saja didukung masyarakat dan tengku-tengku, PNA tidak mendukung!”
Statemen Muharram kepada Irwandi juga cacat, sebab pakta yang dibuat itu tidak dirapatkan terlebih dahulu dengan Pimpinan DPP. Beberapa Ketua Partai, Pengurus DPP mendukung keputusan Irwandi.
Keesokan harinya ketika pembukaan Rapim, Muharram terlambat datang dan tidak ikut acara pembukaan, suatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh Sekjen Partai.
Kemudian ada Rapat Pimpinan Tertutup, dipimpin Irwansyah, Ketua Partai. Menurut kabar, mayoritas mendukung Irwandi sebagai calon gubernur, sebab selain orang tua partai, juga tidak ada seorang pun kader lain yang mencalonkan diri. Irwansyah juga sempat menanyakan kepada Pimpinan DPP dan Ketua-Ketua Partai di Daerah.
Dalam beberapa rapat pada acara Rapim, menurut NA dengar, dukungan sepenuhnya untuk Irwandi. Tinggal Muharram dan beberapa kawan dekatnya, yang masih menyimpan rasa kesal di hati atas kejadian malam sebelumnya.
Selepas Rapim, ada beberapa rapat yang membahas dukungan PNA kepada Irwandi dan sistem kerja lapangan. Namun, kendala tetap di Muharram.
Irwandi selain mengikuti dinamika yang berjalan di internal partai, juga terus mempersiapkan relawan-relawan non partai untuk bekerja di lapangan. Hal yang didukung oleh sebagian besar pimpinan DPP PNA.
Ketua Umum PNA dalam berbagai kesempatan, mendukung penuh Irwandi, bahkan sering mendampingi Irwandi ketika turun ke lapangan. Muharram pun menjadi semakin tidak puas.
Akhirnya kemarin, Muharram dengan tidak didampingi oleh pengurus DPP PNA, meluapkan kekesalannya di hadapan wartawan, dengan menyampaikan bahwa DPP PNA belum mendukung Irwandi Yusuf, dan juga tidak jelas siapa yang didukung oleh Muharram, heheh...
Dalam konferensi pers tersebut, hadir Lambak, ketua PNA Pidie yang tidak mendapatkan kursi satu pun, Marwan, Ketua PNA Banda Aceh yang gagal mendapatkan kursi sama sekali, Jailani, Ketua PNA Aceh Besar yang hanya mendapatkan 2 kursi, dan Abu Sara, anggota DPRK Banda Aceh yang dipecat oleh PA dan kemudian ditampung oleh PNA, yang sering mendekati Muharram dalam berbagai acara.
Kesimpulan NA, PNA di DPP dan di daerah sudah sepakat mendukung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur, cuman ada beberapa orang dekat Sofyan Daud dan Muharram di dalam PNA yang tidak mendukung. Ini sebuah dinamika yang tidak serumit dan sekompleks partai-partai yang lain, bahkan lebih ringan dari dinamika internal yang terjadi di dalam PA.
Nyan ban bacut analisa NA dari informasi yang sampai dari kawan-kawan dan saudara...
Partai Aceh dalam pemilihan yang lalu didera kerugian dengan menurunnya jumlah perolehan kursi, kemudian terjadi peristiwa pelemparan botol dalam penentuan Ketua DPRA. Tak cukup sampai disitu, penderitaan terus berlanjut akibat konflik internal antara Ketua Umum PA dengan pihak Tuha Peut partai, berbuntut perseteruan antara gubernur dan wakilnya, yang didukung oleh PA.
PNA juga mengalami hal yang serupa, walau tidak seberat PA.
Alkisah, dukungan dari Sofyan Daud, anggota Majelis Pertimbangan dan pendiri PNA kepada cagub Tarmizi Karim. Entah apa sebabnya, tetapi ini merupakan salah satu dari punca masalah.
Menurut kabar, SD merasa tidak dihargai oleh calon gubernur dari PNA yang maju, yaitu Irwandi Yusuf, sebab sampai Agustus yang lalu Irwandi belum menjawab dua pertanyaan besar SD, apakah sudah punya partai pendukung dan apakah sudah siap dana? Dua hal tersebut menjadi syarat untuk mendapat dukungan dari SD.
Jelas bagi Irwandi ini sulit dijawab, sebab saat itu parnas sedang sibuk menyiapkan pilkada serentak, dan masing-masing sedang mengadakan penjajakan di lapangan dan survey nama-nama calon.
Irwandi kemudian sering berbalas pantun dengan SD di media, kadang-kadang sampai masuk ke ranah pribadi.
Tiba kemudian PNA melakukan Rapat Pimpinan (Rapim) untuk penguatan struktur dan konsolidasi internal.
Malam acara Rapim, Sekjen PNA, Muharram, disertai beberapa orang dekatnya mendatangi rumah Irwandi. Mereka membawa dua lembar kertas yang berisi poin-poin yang harus ditandatangani oleh Irwandi dan dipelajari, semacam pakta integritas. Isinya tidak terlalu bermasalah memang, tetapi respon Irwandi sangat keras.
Menurut kabar, Irwandi kesal karena sebagai pendiri, penyandang dana dan sekaligus sebagai Ketua Majelis pertimbangan Partai (MPP, lembaga tertinggi dalam partai), diragukan integritasnya dan komitmennya untuk menguatkan partai kalau nanti menang. Dan bagi Irwandi, ini adalah transaksional. Sesuatu yang sangat sangat dihindari.
Irwandi langsung menepis kertas-kertas itu menurut kabar, dan berkata, “Masyarakat dan tengku-tengku di lapangan sudah mulai bekerja, kok pengurus PNA masih sibuk dengan pakta yang harus diteken?”
Muharram juga emosi, langsung pulang sambil mengatakan, “Ya sudah kalau begitu, naik saja didukung masyarakat dan tengku-tengku, PNA tidak mendukung!”
Statemen Muharram kepada Irwandi juga cacat, sebab pakta yang dibuat itu tidak dirapatkan terlebih dahulu dengan Pimpinan DPP. Beberapa Ketua Partai, Pengurus DPP mendukung keputusan Irwandi.
Keesokan harinya ketika pembukaan Rapim, Muharram terlambat datang dan tidak ikut acara pembukaan, suatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh Sekjen Partai.
Kemudian ada Rapat Pimpinan Tertutup, dipimpin Irwansyah, Ketua Partai. Menurut kabar, mayoritas mendukung Irwandi sebagai calon gubernur, sebab selain orang tua partai, juga tidak ada seorang pun kader lain yang mencalonkan diri. Irwansyah juga sempat menanyakan kepada Pimpinan DPP dan Ketua-Ketua Partai di Daerah.
Dalam beberapa rapat pada acara Rapim, menurut NA dengar, dukungan sepenuhnya untuk Irwandi. Tinggal Muharram dan beberapa kawan dekatnya, yang masih menyimpan rasa kesal di hati atas kejadian malam sebelumnya.
Selepas Rapim, ada beberapa rapat yang membahas dukungan PNA kepada Irwandi dan sistem kerja lapangan. Namun, kendala tetap di Muharram.
Irwandi selain mengikuti dinamika yang berjalan di internal partai, juga terus mempersiapkan relawan-relawan non partai untuk bekerja di lapangan. Hal yang didukung oleh sebagian besar pimpinan DPP PNA.
Ketua Umum PNA dalam berbagai kesempatan, mendukung penuh Irwandi, bahkan sering mendampingi Irwandi ketika turun ke lapangan. Muharram pun menjadi semakin tidak puas.
Akhirnya kemarin, Muharram dengan tidak didampingi oleh pengurus DPP PNA, meluapkan kekesalannya di hadapan wartawan, dengan menyampaikan bahwa DPP PNA belum mendukung Irwandi Yusuf, dan juga tidak jelas siapa yang didukung oleh Muharram, heheh...
Dalam konferensi pers tersebut, hadir Lambak, ketua PNA Pidie yang tidak mendapatkan kursi satu pun, Marwan, Ketua PNA Banda Aceh yang gagal mendapatkan kursi sama sekali, Jailani, Ketua PNA Aceh Besar yang hanya mendapatkan 2 kursi, dan Abu Sara, anggota DPRK Banda Aceh yang dipecat oleh PA dan kemudian ditampung oleh PNA, yang sering mendekati Muharram dalam berbagai acara.
Kesimpulan NA, PNA di DPP dan di daerah sudah sepakat mendukung Irwandi Yusuf sebagai calon gubernur, cuman ada beberapa orang dekat Sofyan Daud dan Muharram di dalam PNA yang tidak mendukung. Ini sebuah dinamika yang tidak serumit dan sekompleks partai-partai yang lain, bahkan lebih ringan dari dinamika internal yang terjadi di dalam PA.
Nyan ban bacut analisa NA dari informasi yang sampai dari kawan-kawan dan saudara...
Dikutip dari jejaring Facebook Nadine Angelique
loading...
Post a Comment