AMP - Teuku Muhajirin, adik kandung T Muhammad Zainal Abidin (30) alias Cekgu yang dibunuh pada 26 April 2013, melaporkan kasus tersebut ke Markas Besar Polisi Republik Indonesia, Jumat (12/2) di Jakarta. Sebelumnya, jasad Cekgu ditemukan di dalam mobil Avanza BK 1690 QG di aliran Krueng Tiro, di pinggir lapangan sepakbola Pertamina, Gampong Sagoe, Kemukiman Beureueh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie.
"Saya juga telah membuat pengaduan dan diperiksa oleh Polres Pidie pada 18 Januari 2016 dan telah dimuat dalam BAP tambahan oleh penyidik Polres Pidie. Saat itu Polres Pidie berjanji akan segera menindaklanjuti laporan tambahan tersebut," kata Muhajir dalam surat laporan yang diserahkan ke Mabes Polri.
Namun, kata Muhajir sampai saat ini Polres Pidie dan Polda Aceh tidak menindaklanjuti laporan tersebut. Kasus ini juga pernah dilaporkan ke Komisi III DPR RI dan telah disampaikan kepada Kapolri pada 25 Januari 2016. "Rapat Komisi III dengan Kapolri, Nasir Jamil juga juga telah menyampaikan kasus tersebut kepada Kapolri," jelasnya.
Untuk itu, dirinya berharap kepada Kpolri agar kasus pembunuhan tersebut di tarik ke Mabes Polri. karena berdasarkan informasi yang dirinya terima, Polres Pidie dan Polda Aceh tidak berani mengembangkan kasus ini lagi karena melibatkan Zakaria Saman alias Apa Karya yang merupakan salah satu elit GAM dan berpengaruh secara Politik di Aceh.
"Apalagi jabatan Kapolda Aceh sesuai dengan Pasal 205 UU No 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh bahwa untuk menjadi Kapolda di Aceh harus mendapat persetujuan dari Gubernur Aceh," jelasnya.
Menurutnya, seharusnya Kepolisian di Aceh bergerak cepat dalam mengembangkan informasi yang di berikan oleh pelaku penembakan. Dirinya mengaku belum mendapatkan informasi apapun dari Kepolisian atas laporan tambahan yang pernah disampaikan ke Polres Pidie.
"Saya menduga bahwa kasus ini tidak akan mampu diungkap dengan tuntas oleh Kepolisian di Aceh karena kuatnya intervensi politik dalam proses penegakan hukum di Aceh. Untuk itu, kami mohon kepada Kapolri agar memberikan perhatian terhadap kasus pembunuhan ini, jika hal seperti ini dibiarkan, maka akan terjadi lagi kasus pembunuhan lainnya yang tidak akan tuntas pengusutannya," harapnya. [AJNN]
"Saya juga telah membuat pengaduan dan diperiksa oleh Polres Pidie pada 18 Januari 2016 dan telah dimuat dalam BAP tambahan oleh penyidik Polres Pidie. Saat itu Polres Pidie berjanji akan segera menindaklanjuti laporan tambahan tersebut," kata Muhajir dalam surat laporan yang diserahkan ke Mabes Polri.
Namun, kata Muhajir sampai saat ini Polres Pidie dan Polda Aceh tidak menindaklanjuti laporan tersebut. Kasus ini juga pernah dilaporkan ke Komisi III DPR RI dan telah disampaikan kepada Kapolri pada 25 Januari 2016. "Rapat Komisi III dengan Kapolri, Nasir Jamil juga juga telah menyampaikan kasus tersebut kepada Kapolri," jelasnya.
Untuk itu, dirinya berharap kepada Kpolri agar kasus pembunuhan tersebut di tarik ke Mabes Polri. karena berdasarkan informasi yang dirinya terima, Polres Pidie dan Polda Aceh tidak berani mengembangkan kasus ini lagi karena melibatkan Zakaria Saman alias Apa Karya yang merupakan salah satu elit GAM dan berpengaruh secara Politik di Aceh.
"Apalagi jabatan Kapolda Aceh sesuai dengan Pasal 205 UU No 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh bahwa untuk menjadi Kapolda di Aceh harus mendapat persetujuan dari Gubernur Aceh," jelasnya.
Menurutnya, seharusnya Kepolisian di Aceh bergerak cepat dalam mengembangkan informasi yang di berikan oleh pelaku penembakan. Dirinya mengaku belum mendapatkan informasi apapun dari Kepolisian atas laporan tambahan yang pernah disampaikan ke Polres Pidie.
"Saya menduga bahwa kasus ini tidak akan mampu diungkap dengan tuntas oleh Kepolisian di Aceh karena kuatnya intervensi politik dalam proses penegakan hukum di Aceh. Untuk itu, kami mohon kepada Kapolri agar memberikan perhatian terhadap kasus pembunuhan ini, jika hal seperti ini dibiarkan, maka akan terjadi lagi kasus pembunuhan lainnya yang tidak akan tuntas pengusutannya," harapnya. [AJNN]
loading...
Post a Comment