Halloween Costume ideas 2015
loading...

Artis Baru Alabas Itu Bernama Abdullah Saleh

AMP - Panggung Duek Pakat Alabas bergemuruh. Bukan oleh geulanteu yang datang dari langit. Tapi oleh orasi politik yang menyuarakan pemekaran. Tidak ada suara parau kala para orator itu meneriakkan dua kata: Provinsi Alabas.
 
Siang itu, meski lapangan Teuku Umar berkubang air hujan lebat tidak membuat langkah warga berlari, menjauh. Mereka duduk di tenda berbalut kain putih disisipi kain kuning, dan merelakan kaki mereka digelitik air. Di pinggir lapangan, dari dalam mobil, dari teras rumah, mereka mendengar vokal tuntutan pemekatan yang mengalun nyaring hasil olahan sound system.

Dan dengan bantuan sound system itu pula, warga mendengar dari rumah mereka, tanpa perlu mendekat apalagi hujan lebat. Tak ada petir, sehingga seluruh orasi politik sampai dengan jelas ke telinga mereka.

Liputan media online yang menyebar di media sosiallah yang akhirnya mengubah orasi politik tentang Alabas menjadi sangkilat politik yang mengganggu telinga mereka yang tidak setuju dengan pemekaran. Ada yang geram, mengecam, dan bahkan ada yang dengan lembut mencoba memberi pengertian bahwa pemekaran bukan solusi. Begitulah, ragam komentar di media sosial, membuat panggung duek pakat Alabas di Kota Pahlawan Meulaboh menjadi topik perbincangan di media sosial di hari Minggu, 7 Februari 2016.

Panggung Duek Pakat Alabas yang digagas anak muda, mahasiswa dan berbagai komponen sipil dari barat dan selatan itu makin bertambah meriah begitu Abdullah Saleh menyatakan dukungannya atas Provinsi Alabas.

Pernyataan Ketua Komisi I DPRA yang berasal dari Partai Aceh itu menjadi amunisi baru bagi perjuangan Alabas yang sudah berjauang lebih kurang 17 tahun. “Sudah 17 tahun dan kini generasi baru perjuangan Ala telah tumbuh,” kata Ketua KP3 Ala, Armen Desky yang menyatakan keharuaannya kepada anak-anak muda yang menyuarakan pemekaran Aceh. Armen Desky bersama 40 tokoh Ala ikut meramaikan panggung Duek Pakat Alabas made in pemuda dan mahasiswa.

Spontan generasi muda dan mahasiwa yang punya hajat girang mendengar dukungan dari Abdullah Saleh. Pasalnya, semua orang tahu, Partai Aceh tempat Abdullah Saleh bernaung menentang Ala dan Abas termasuk juga Alabas.

Bagi Partai Aceh, pemekaran Aceh adalah memecah belah Aceh. Pemekaran bukan solusi. Pemerataan pembangunanlah jawaban atas ketertinggalan. Begitulah suara Partai Aceh. Tapi, lain pula dalam pandangan anak muda di kawasan barat dan selatan Aceh. “11 tahun sudah kami menunggu. Aceh masih dikepung masalah. Tidak ada gunanya lagi menanti, toh mereka tidak peduli dengan daerah kami. Hanya pemanis janji di musim suksesi,” kata Zuliansyah yang mengaku datang dari desa terjauh yang ada di Singkil. Suara pemekaran bahkan menggema hingga ke Kuala Lumpur, Malaysia.

Abdullah Saleh yang datang diundang selaku wakil rakyat dari Dapil 10 hari itu benar-benar bagai pahlawan. Ia menjadi bintang baru Alabas. Padahal, Tagore Abu Bakarlah yang awalnya membakar semangat massa. “Mana sikap juang Teuku Umar?!” Begitu kata politisi PDI-P menyentuh naluri juang orang-orang pantai barat dan selatan Aceh. Sebelumnya, Senator Rafly mendendangkan lagu Seulanga untuk menghibur massa.
Abdullah Saleh dan Senator Rafly
Abdullah Saleh dan Senator Rafly
Dan sebagai politisi pantai barat yang memiliki indatu pahlawan Teuku Umar, ulama Habib Seunagan dan bahkan punya hubungan famili dengan martir Tengku Bantaqiah, Abdullah Saleh, sepertinya tidak mau dipertanyakan keberaniaannya.

“Saya dukung Alabas. Tidak ada yang bisa menghadang wakil rakyat untuk memperjuangkan aspirasi rakyat (dari daerah yang di wakilinya).”

Di media sosial, sikap Abdullah Saleh disambut pro dan kontra. Malah ada yang mencandainya dengan menyebut nama Abdullah Salah. Tapi, ada juga yang memuji langkah beraninya. Bahkan, dari suara anak muda yang menggelar acara duek pakat berkata: “jika terjadi sesuatu atas Abdullah Saleh, kami pastikan akan ada konsekuensinya,” kata Fadly.

Hari Minggu itu Abdullah Saleh yang sudah banyak mengarungi lautan politik bukan lagi nahkhoda kemarin sore yang gentar dengan gertakan apalagi bila ia disebut politisi penakut. Di garis tangannya politik adalah peta, dan dia adalah pembaca peta politik yang tidak mudah goyah oleh badai dan gelombang.

Di Nagan, Abdullah Saleh bahkan ibarat jarum kompas. Arah laku politiknya ada yang menjadikan tanda-tanda. Jika ia bergerak ke kanan bisa jadi sebagai tanda kebaikan, begitu pula bila ia bergerak ke kiri. Dan, sebagai pembaca Teuku Umar, ia juga sosok yang tahu dimana bumi yang mesti dijunjung. []

Renungan Samping (Resam), Rigah, Senin 8/2

Sumber: acehtrend.co
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget