AMP - Sebelumnya saya memohon maaf bila ada sahabat, rekan, saudara maupun komponen lainnya yang selama ini pro terhadap kontes ratu-ratuan Miss Indonesia. Sebab surat terbuka yang saya tuliskan ini bertujuan untuk mengingatkan Chairwoman acara itu, yang bernama Liliana Tanoe Soedibjo.
Saya selaku putra Aceh merasa tersinggung dengan pernyataan saudari Liliana yang mengistilahkan orang-orang Aceh yang memerotes wakil siluman di acara buka-buka aurat –menurut keyakinan kami Islam-. Sebab secara fakta, Aceh tidak pernah mengirimkan wakilnya ke acara tersebut.
Saya selaku putra Aceh merasa tersinggung dengan pernyataan saudari Liliana yang mengistilahkan orang-orang Aceh yang memerotes wakil siluman di acara buka-buka aurat –menurut keyakinan kami Islam-. Sebab secara fakta, Aceh tidak pernah mengirimkan wakilnya ke acara tersebut.
Dengan sangat lancang sekali, mulut anda mengatakan bahwa kami (Aceh) adalah kumpulan anjing menggonggong kafilah yang lewat. Seolah-olah, dalam kasus ini, kami adalah pihak yang intoleran, tidak menghargai keragaman budaya serta anti terhadap moderninasi ala kaum non muslim. Sebalinya, terkesan anda adalah pahlawan toleransi, tidak rasis dan berpikir modern.
Berikut ini kutipan dari sebuah berita yang saya publish ulang:
JAKARTA- Kecaman yang diterima peserta Miss Indonesia asal Aceh, Ratna Nurlia Alfiandini ditanggapi dingin Liliana Tanoesoedibjo selaku Chairwoman of Miss Indonesia Organization.
Sebelumnya, Ratna dikecam karena tidak mengenakan hijab saat mewakili Aceh. Hal itu tak sesuai dengan budaya Aceh yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Selain itu, Ratna merupakan wanita kelahiran Surabaya, 17 Desember 1994 silam. Saat ini, dia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
"Seperti misalnya dari kelahirannya. Jika dia lahir di provinsi itu, kami bisa tempatkan di situ. Kalau dia sudah terisi, kami lihat domisilinya. Kalau memang dia tidak berdomisili di situ tapi orangtua atau siapanya domisili di situ, ya kami bisa masukkan ke provinsi tersebut. Itu sah saja memang setiap tahunnya seperti itu," kata Liliana saat ditemui di Lamoda, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (16/2).
Dia menambahkan, kontes kecantikan Miss Indonesia ini merupakan perwujudan negara Indonesia yang bersatu. Karena itu, pihaknya akan berusaha agar setiap provinsi memiliki wakil.
“Sudah pasti ada perwakilan dari setiap provinsi. Tidak mungkin kalau itu dibiarkan kosong saja tanpa perwakilan. Next, kami mau Indonesia bersatu. Tidak mengapa asalkan dia bisa mewakili suatu provinsi di Indonesia," ungkap Liliana.
Liliana juga memilih cuek dengan kecaman yang diterima Ratna di beberapa media sosial. "Kami tetap positif saja. Selama kami lakukan semua secara positif, kami tidak akan mendengar permasalahan-permasalahan dari luar. Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu," tegas Liliana.
Sumber: Liliana Tanoesoedibjo: Biarlah Anjing Menggongong
Nyonya Liliana, saya paham bahwa acara yang anda selenggarakan itu tidak memasukkan unsur agama didalamnya. Anda dan yayasan yang menaungi kegiatan tersebut berlepas diri dari unsur agama apapun.
Akan tetapi anda lupa, bahwa dengan demikian, bukan berarti semua hal bisa anda kesampingkan. Sebab, dalam penyelenggaraan acara ratu palsu itu, anda telah menyertakan keterwakilan propinsi.
Sebagai kafir, anda tentu tidak memahami sama sekali aturan Islam. Bahkan saya berani menjamin anda under estimate terhadap keyakinan kami (Islam). Tapi anda harus ingat bahwa ini Negara –walau sekuler- dihuni oleh mayoritas Islam.
Anda tidak usah mengajari kami tentang cara menjaga persatuan. Karena nenek moyang kami telah membuktikannya dalam bentuk nyata. Tanpa perlu menyakiti identitas orang lain. Lalu mengapa anda begitu mudahnya melecehkan kami dengan pemahaman anda yang partisan terhadap makna persatuan?
Bahkan belum saya temukan fakta, bila kontes ratu “botol jin” bisa menjaga persatuan bangsa. Dimanapun itu. Apalagi di Indonesia.
Nyonya Liliana. Surat terbuka ini bukanlah bermakna kami antipati terhadap “ratu plastik” . karena itu hak anda. Akan tetapi, bila ada daerah yang tidak mendukung kegiatan itu, maka anda juga berhak menghormatinya. Bukankah bila Aceh tidak disediakan kran di sana, tidak akan ada “dara mabuk” yang akan mendaftar atas nama daerah kami?
Di akhir tulisan ini, atas nama Islam dan Aceh, saya meminta kepada anda pada tahun depan, tidak ada lagi nama Aceh di acara “ratu kantong kresek” anda itu. Atas alasan apapun.
Kami tidak bangga, bila ada wanita yang mengaku mewakili perempuan Aceh, telanjang dihadapan manusia yang memuja berhala. Kami tidak bangga- sepintar apapun dia- bila prestasinya lahir dari ajang mendedah aurat.
Terima kasih []
Sumber: jambomuhajir.blogspot.co.id
loading...
Post a Comment