Pesan Putra Aceh Dari Papua |
�Jabatan hanyalah titipan dan amanah yang sangat besar adalah tanggung jawabnya kepada Sang Ilahi.Kebahagian rakyat yang dipimpin oleh seorang pemimpin adalah harapan terindah yang sangat diharapkan rakyat ban sigoem Atjeh.�
Sejak kecil impian saya ingin sekali bergabung dengan Angkatan Gerakan Atjeh Merdeka (AGAM) yang pada saat itu masih dijuluki Atjeh Merdeka (AM).
sejak kecil orang tua saya sudah memperkenalkan saya tentang perjuangan Bangsa Atjeh dalam mempertahankan harkat dan martabat jati dirinya dari ketidak-adilan pemerintahan NKRI pada masa itu. Sebelum indonesia merdeka Atjeh adalah Negara yang sudah berdaulat dengan sistem pemerintahan kerajaan. Jika sejarah Atjeh kita bahas satu persatu pasti tidak akan pernah habis ceritanya.
kenapa terjadi pemberontakan pada masa (Alm) Tgk.Daud Beureu�eh dan kenapa terjadi pemberontakan pada masa (Alm) Tgk.Hasan Tiro? Hanya sejarah yang bisa menjawab.
Dari usia saya 3 tahun saya sudah diperkenalkan dengan yang namanya perjuangan Bangsa Atjeh dan saat itu orang tua saya selalu mengatakan kepada saya, setiap tempat (basis AGAM) yang kami lalui cukup jadi cerita di antara kami berdua saja.
Setiap hari Minggu kecamatan Tiro adalah rutinitas saya bersama orang tua saya untuk melakukan pengobatan kepada masyarakat di seluruh daerah di Tiro. Orang tua saya adalah seorang perawat yg pernah menjalankan tugas di kecamatan Tiro dimasa pendeklarasian Atjeh Merdeka di Gunong Halimon tahun 1976.
Perjalanan kami dimulai dari sebuah desa bernama adalah Ujong Rimba.Perjalanan dari Desa Ujong Rimba melewati rute-rute yang dikuasai (basis) AGAM. Dari Desa Ujong Rimba-Toengweng-Tengpria-Tiro dan seluruh desa yg ada di pedalaman Tiro.
Yang membuat saya senang adalah disaat kami bertemu dengan rombongan AGAM yang membutuhkan pertolongan medis dimana saya langsung siap jadi asisten orang tua saya dalam membantu tindakan medis terhadap AGAM. Walaupun terkadang pihak militer mencium pergerakan orang tua saya dan berbagai siksaan yang diterima orang tua saya dari pihak militer Indonesia tidak pernah membuat orang tua saya mundur untuk melakukan perjuangannya melalui pelayanan medis untuk para anggota dan tokoh elite AGAM diwilayah Tiro.
Walaupun sampai sekarang bekas siksaan setrika di punggung sebelah kanan bagian bawah masih berbekas dari pihak militer Indonesia pada saat itu, jiwa nasionalisme orang tua saya dalam hal kesejahteraan perjuangan masyarakat Atjeh tidak pernah beliau menutup mata.
Mayoritas masyarakat Atjeh pastinya merasakan siksaan di saat masa konflik, banyak air mata yg berlinang tapi itulah bukti sejarah masa konflik.
Saya hanyalah orang biasa, walaupun impian saya saat saya berumur 3 tahun waktu itu tidak bisa terwujud dan puji syukur kepada Allah saya diberikan kesempatan untuk bisa menekuni perjalanan hidup saya di bidang medis. Walaupun sempat jatuh bangun saya pernah menjalankan tugas di Atjeh dan tepatnya di Puskesmas Delima kabupaten Pidie pada tahun 2012 s/d pertengahan 2013.
Akhirnya saya memilih jalan hijrah ke Papua pada pertengahan tahun 2013 untuk bisa melayani masyarakat di pedalaman Papua.
Walaupun tubuh saya di Papua namun hati saya tetap berada di Atjeh. Jauh dari lubuk hati yang teramat dalam, harapan saya di ufuk timur Indonesia dan tepat nya, semoga rakyat ban sigoem Atjeh selalu dalam keadaan damai menjelang Pilgub dan pilkada.
Bek teuwo kaloen seujarah endatu dan tujuan perjuangan syuhada geu tanyoe yan ka geu woe bak Allah.
Soe mantoeng yang akan memimpin rakyat aceh di tingkat provinsi dan kabupaten sampoe ketingkat kecamatan dan tingkat kampoeng, harapan u loen tuan, rakyat Atjeh beumakmu dan sejahtera dalam perekonomian.
Bek teu woe kaloen aneuk yatim piatu masa konflik dan pasca konflik, bek teu woe kaloen fakir-miskin dan kaoem dhuafa dan para tokoh-tokoh kombatan pejuang atjeh yg kureung perhatian dari pemerintahan Atjeh dan semoga pemimpin bangsa atjeh beu �k geu peuwoe teuma mareuwah seuramoe mekkah di bumoe Atjeh.
Sumber: acehtrend
loading...
Post a Comment