Kemenangan
1 - Meredakan Kerisauan
Gambar-gambar ini, berikut bacaan inskripsinya, telah saya siar manakala bulan penuh berkah yang baru saja meninggalkan kita masih hilal.
Maksud terpendam dari siaran itu ialah agar di bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an itu, dapat pula, kiranya, dicermati bunyi inskripsi pada makam peninggalan sejarah Aceh Darussalam abad ke-10 hijriah (ke-16 masehi). Sebab, inskripsi tersebut juga merupakan ayat-ayat Al-Qur'an, yakni ayat-ayat dalam surat Al-Fath dari 1 sampai sebagian ayat 4.
Sambil menyimak serta tadabbur kandungan ayat-ayat dalam surat Al-Fath itu, dapat juga dipikirkan alasan-alasan atau "munasabah" yang membuat ayat-ayat tersebut dipahatkan pada kubur peninggalan sejarah dari abad ke-10 (ke-16 masehi) Aceh Darussalam sebab kandungannya sama sekali tidak bersentuhan dengan persoalan kematian, kefanaan, kubur atau semisalnya. Sebaliknya, ayat-ayat itu, malah, mengandung berita gembira tentang akan tibanya kemenangan yang nyata.
Demikianlah maksud terpendam dari siaran tempo hari. Tapi kemudian muncul kerisauan jika maksud yang diinginkan tidak dapat dimengerti apabila tidak diutarakan. Bahkan, bisa jadi disalahpahami dan beralih menjadi semacam permainan tebak-tebak bentuk yang dilakukan kanak-kanak.
Jika rupa pahatan sebagaimana terlihat pada gambar-gambar ini menarik perhatian, maka yang selayaknya dilakukan bukan tebak-tebak tetapi berusaha menyelidiki sedikit lebih keras untuk kemudian disadari bahwa rupa pahatan yang dilihat itu semestinya bukanlah rupa benda yang dikenal dalam pengalaman orang hidup di zaman ini. Rupa itu justru terlahir dari pengalaman orang yang telah meninggalkan dunia ini sejak ratusan tahun silam. Pengalaman orang atau seniman yang sudah meninggal dunia itulah yang seharusnya diselidiki dan dikaji, sehingga arkian diperoleh pengetahuan bahwa rupa tersebut memiliki kaitan erat, dan bahkan dapat dikatakan, terilhami serta diambil dari dekorasi mushaf Al-Qu'ran (iluminasi) yang khas masa tersebut di mana bagian pangkalnya telah diukir menyerupai hulu pedang supaya selaras dengan makna yang ingin diungkapkan. Tetapi ini bukan topik yang hendak didiskusikan dalam siaran kali ini atau bahkan sebelumnya.
Bagaimanapun, dan kendati saya tidak berhasil menyelesaikan tulisan ini dalam bulan Ramadhan yang sudah berlalu, tapi tetap saja kerisauan itu pada ujung-ujungnya mesti diredakan seperti halnya kesangsian yang juga mesti disirnakan (asy-syakku yuzal). Karena itu, saya siar kembali gambar-gambar tersebut beserta bunyi inskripsi dan beberapa tambahan gambar lainnya.
Baca Selanjutnya
1 - Meredakan Kerisauan
Gambar-gambar ini, berikut bacaan inskripsinya, telah saya siar manakala bulan penuh berkah yang baru saja meninggalkan kita masih hilal.
Maksud terpendam dari siaran itu ialah agar di bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an itu, dapat pula, kiranya, dicermati bunyi inskripsi pada makam peninggalan sejarah Aceh Darussalam abad ke-10 hijriah (ke-16 masehi). Sebab, inskripsi tersebut juga merupakan ayat-ayat Al-Qur'an, yakni ayat-ayat dalam surat Al-Fath dari 1 sampai sebagian ayat 4.
Sambil menyimak serta tadabbur kandungan ayat-ayat dalam surat Al-Fath itu, dapat juga dipikirkan alasan-alasan atau "munasabah" yang membuat ayat-ayat tersebut dipahatkan pada kubur peninggalan sejarah dari abad ke-10 (ke-16 masehi) Aceh Darussalam sebab kandungannya sama sekali tidak bersentuhan dengan persoalan kematian, kefanaan, kubur atau semisalnya. Sebaliknya, ayat-ayat itu, malah, mengandung berita gembira tentang akan tibanya kemenangan yang nyata.
Demikianlah maksud terpendam dari siaran tempo hari. Tapi kemudian muncul kerisauan jika maksud yang diinginkan tidak dapat dimengerti apabila tidak diutarakan. Bahkan, bisa jadi disalahpahami dan beralih menjadi semacam permainan tebak-tebak bentuk yang dilakukan kanak-kanak.
Jika rupa pahatan sebagaimana terlihat pada gambar-gambar ini menarik perhatian, maka yang selayaknya dilakukan bukan tebak-tebak tetapi berusaha menyelidiki sedikit lebih keras untuk kemudian disadari bahwa rupa pahatan yang dilihat itu semestinya bukanlah rupa benda yang dikenal dalam pengalaman orang hidup di zaman ini. Rupa itu justru terlahir dari pengalaman orang yang telah meninggalkan dunia ini sejak ratusan tahun silam. Pengalaman orang atau seniman yang sudah meninggal dunia itulah yang seharusnya diselidiki dan dikaji, sehingga arkian diperoleh pengetahuan bahwa rupa tersebut memiliki kaitan erat, dan bahkan dapat dikatakan, terilhami serta diambil dari dekorasi mushaf Al-Qu'ran (iluminasi) yang khas masa tersebut di mana bagian pangkalnya telah diukir menyerupai hulu pedang supaya selaras dengan makna yang ingin diungkapkan. Tetapi ini bukan topik yang hendak didiskusikan dalam siaran kali ini atau bahkan sebelumnya.
Bagaimanapun, dan kendati saya tidak berhasil menyelesaikan tulisan ini dalam bulan Ramadhan yang sudah berlalu, tapi tetap saja kerisauan itu pada ujung-ujungnya mesti diredakan seperti halnya kesangsian yang juga mesti disirnakan (asy-syakku yuzal). Karena itu, saya siar kembali gambar-gambar tersebut beserta bunyi inskripsi dan beberapa tambahan gambar lainnya.
Baca Selanjutnya
loading...
Post a Comment