AMP - Belum lagi dosa yang lalu terhapuskan tapi kini ia kembali membuat dosa baru berupa cacian dan hinaannya dengan menuliskan foto ulama dimaksud sebagai Syi’ah yang dibumbui dengan tanda Salib di dahi ulama. Beginilah bentuk moral pemuda berotak udang ini yang sengaja melakukan hal tersebut demi untuk mencari kepuasan sensasinya.
Terang-terangan ia melecehkan ulama-ulama dimaksud dengan panggilan buruk seperti Abu Lahab dan Abu Jahal yang diiringi pula kalimat "laknatullah".
Astagfirullah, sungguh sangat biadab dan berlebihan cacian dan hinaannya kepada para alim ulama.
Sebagaimana yang telah dipostkan oleh Mudhiatulfata.net sebelumnya, bahwa Musliadi adalah sosok pemuda jahil dan bengal lagi tempramental. Baca berita dimaksud : Orang Ini Menghina Abu MUDI (Ulama), Santri dan Dayah
Dalam berbagai komentar dan pesannya atau status di media sosial sebagaimana yang diunggahnya membuktikan ia sebagai seorang yang lemah dalam daya pikir dan jauh dari ilmu agama serta keberkatan alim ulama.
Adalah sebuah kejahilan yang tidak disadarinya membuat ia dianggap sebagai pemuda konyol dan menjadi bulan-bulanan dikecam oleh para netizen atau orang-orang yang melihat tindakannya. Apalagi ketika ia yang berbicara soal islam dengan dalil-dalil bak seorang ustad, tapi alangkah sayang itu semua ternyata tidak pernah bisa dipahaminya dengan sempurna.
Terang-terangan ia melecehkan ulama-ulama dimaksud dengan panggilan buruk seperti Abu Lahab dan Abu Jahal yang diiringi pula kalimat "laknatullah".
Astagfirullah, sungguh sangat biadab dan berlebihan cacian dan hinaannya kepada para alim ulama.
Sebagaimana yang telah dipostkan oleh Mudhiatulfata.net sebelumnya, bahwa Musliadi adalah sosok pemuda jahil dan bengal lagi tempramental. Baca berita dimaksud : Orang Ini Menghina Abu MUDI (Ulama), Santri dan Dayah
Dalam berbagai komentar dan pesannya atau status di media sosial sebagaimana yang diunggahnya membuktikan ia sebagai seorang yang lemah dalam daya pikir dan jauh dari ilmu agama serta keberkatan alim ulama.
Adalah sebuah kejahilan yang tidak disadarinya membuat ia dianggap sebagai pemuda konyol dan menjadi bulan-bulanan dikecam oleh para netizen atau orang-orang yang melihat tindakannya. Apalagi ketika ia yang berbicara soal islam dengan dalil-dalil bak seorang ustad, tapi alangkah sayang itu semua ternyata tidak pernah bisa dipahaminya dengan sempurna.
Untuk kasus penghinaan terbaru yang dilakukan pada postingan tanggal 26 April 2017 di antaranya menggambar foto Abu MUDI dengan Salib, kemudian disebutnya pula sebagai Kafir Syi'ah Majusi laknatullah. Dan postingan ini sangat fatal, diunggah dalam akun facebooknya yang bernama Pembila Daulah Khilafah.
Kemudian di status-status lain pula ditemukan kalimat pelecehan kepada ulama kharismatik Aceh Abu Kuta Krueng yang dianggapnya sebagai Kafir Syi'ah juga.
Hinaan demi hinaan yang sangat tidak pantas dan provokatif terus-terusan dilakukannya dengan leluasa. Alasan demi alasan pun menjadi-jadi, dianggapnya Abu Kuta Krueng sebagai Abu Jahal dan Abu Mudi Samalanga sebagai Abu Lahab karena telah menerima bantuan dari Kafir Pancasila (istilah caciannya kepada Pancasila), demikian seperti yang dipostingkan tanggal 17 April 2017.
Masya Allah, sungguh ini sebuah prilaku yang berlebihan, tidak bermoral dan tidak bisa dibiarkan lagi. Semua tahu prilaku yang ia tampilkan hanyalah akibat dari kebodohan yang ia miliki membuatnya miskin hati dan jiwa. Ia yang telah menuduh kedua ulama Aceh tentu kelak akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri.
Seperti foto screenshot berikut di bawah ini ada dalam status postingannya yang menuduh ulama-ulama tersebut sebagai munafik Syi’ah dan thogut yang pro kafir Pancasila dan Dajjal PBB.
Kemudian juga dalam sebuah chating kepada salah seorang tim Mudhiatulfata.net tanggal 17 April 2017 lalu, ia juga mengatakan bahwa sebenarnya Allah telah mengutuk masing-masing kedua orang disebutnya sebagai Abu Lahab dan Abu Jahal saat gempa yang terjadi di Pidie Jaya lalu. karena ulama-ulama yang dimaksudkannya itu adalah sebagai pengisap darah saudara se-Aceh masa konflik dulu.
Astagfirullah, terasa sudah sangat keterlaluan pemuda berotak udang ini. Sekarang sudah saatnya bagi segenap elemen masyarakat Aceh untuk mengambil sikap tegas atas penghinaan ini dengan cara mencari jejak dan keberadaan si pencaci ulama ini baik di dalam maupun luar negeri. Terutama sekali oleh warga Laweung sendiri dan sekitarnya karena mengingat tempat asal dan keluarga besarnya berada di Laweung, Pidie. [mudhiatulfata.net]
loading...
Post a Comment