AMP - Tentu saja ini terkait kasus Asrama Meuligoe Sultan Iskandar Muda Yogyakarta, yang dalam sengketanya dimenangkan pihak penggugat, mafia kasus itu. Kendati banding telah dilayangkan, mahasiswa Aceh di Yogyakarta masih merasa was-was, terutama mahasiswa yang sedang menempati Asrama tersebut.
Betapa tidak, pihak penggugat bisa kapan saja mendatangkan "preman tempe tahu" untuk mengganggu mimpi kuwah pliek u mereka saat pagi. Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2013. Saat itu, penghuni yang masih larut dalam belanga mimpi seketika terbangunkan oleh suara dari dalam sempak segerombolan preman berseragam salahsatu organisasi. Ek geuntot, Beurtoh!
Tapi sejak saat itu, asrama semakin sering dimata-matai. Terakhir kasus itu berakhir di Pengadilan Negeri. Sidang demi sidang pun terjadi. Hingga akhirnya palu pun seperti telah dibeli. Seketika mahasiswa Aceh seperti ingin dikebiri esmenennya, mereka panik bukan main lagi. Jangan sampai Rencong kiri kanan tapi Asrama hilang. Terlebih Pemerintah Aceh seperti tidak mau peduli, "bagaimana ini?" ucap salah satu penghuni. "Itu belum tercatat sebagai aset Aceh" ujar Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh di Koran Serambi. Emang baroekon pue yang teupiset? geureupoh.
Minimnya bantuan untuk mengadvokasi sengketa ini membuat mahasiswa Aceh di Yogyakarta merasa putus asa. Seketika rapat aktivis 86 pun dibuat, untuk mengadakan aksi jalanan mencari energi. Entah percaya energi mistik atau tidak, puluhan mantra mereka tulis pada kain dan kertas-kertas putih pada Minggu Sore. Sebuah mantra bertuliskan "Tulong bantu, Lempap!" di salahsatu kertas yang dibawa pada saat aksi itu seperti ingin mempertegas, bahwa mereka sedang mencari bantuan pada Lempap. Entah manusia supranatural apalagi itu. Tapi sepertinya dialah harapan terakhir, jika semuanya sudah tidak mau peduli. Lempap is the next Hero. Poding.(*)
Tapi sejak saat itu, asrama semakin sering dimata-matai. Terakhir kasus itu berakhir di Pengadilan Negeri. Sidang demi sidang pun terjadi. Hingga akhirnya palu pun seperti telah dibeli. Seketika mahasiswa Aceh seperti ingin dikebiri esmenennya, mereka panik bukan main lagi. Jangan sampai Rencong kiri kanan tapi Asrama hilang. Terlebih Pemerintah Aceh seperti tidak mau peduli, "bagaimana ini?" ucap salah satu penghuni. "Itu belum tercatat sebagai aset Aceh" ujar Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh di Koran Serambi. Emang baroekon pue yang teupiset? geureupoh.
Minimnya bantuan untuk mengadvokasi sengketa ini membuat mahasiswa Aceh di Yogyakarta merasa putus asa. Seketika rapat aktivis 86 pun dibuat, untuk mengadakan aksi jalanan mencari energi. Entah percaya energi mistik atau tidak, puluhan mantra mereka tulis pada kain dan kertas-kertas putih pada Minggu Sore. Sebuah mantra bertuliskan "Tulong bantu, Lempap!" di salahsatu kertas yang dibawa pada saat aksi itu seperti ingin mempertegas, bahwa mereka sedang mencari bantuan pada Lempap. Entah manusia supranatural apalagi itu. Tapi sepertinya dialah harapan terakhir, jika semuanya sudah tidak mau peduli. Lempap is the next Hero. Poding.(*)
Sumber: acehmediart.com
loading...
Post a Comment