Halloween Costume ideas 2015
loading...

“Bulan Bintang” Menu Mentah Pilkada Aceh

Document bendera GAM 999
AMP - Akhir-akhir ini aceh dihangatkan oleh nuansa politik yang akan menuju pesta rakyat pada tahun yang akan datang, momentum pilkada aceh membutuhkan berbagai macam jenis kendaraan agar mudah untuk melaju ke kursi satu di Nanggroe sultan. Berbagai gaya mulai ditunjukan, ada yang berlagak bak tentara dimedan perang ada pula yang menunjukkan pengalaman yang matang, lain pula cara mereka yang akan maju jalur perseorangan sudah tentu disibukan menjual program untuk dibartel dngan identitas untuk melengkapi berkas syarat pendaftaran, kesemuaan memiliki hajat yang sama yaitu munuju kursi kekuasaan.

Sekilas bertanya-tanya dalam hati, menjadi pemimpin itu menanggung beban amanah atau mencari lowongan pekerjaan, sehingga terasa peminat yang berberharap menjadi raja di Bumoe Indatue tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan, layaknya pelamar kontrak yang terjadi beberapa bulan yang silam. biarpun dalam dunia demokrasi tiada batasan untuk mencalonkan diri, asal memenuhi syarat dan sesuai undang-undang silahkan ambil nomor undian. Walapun niat tulus untuk memimpin negeri. Namun pernahkah bertanya pada diri, sudah layakkah untuk jadi pemimpin?

Alangkah bahagianya para kandidat meraih jabatan sekiranya hidup di zaman kekhalifahan, karena begitu banyak para Sahabat di masa dulu menolak jabatan, ditakutkan amanah yang diberikan tidak sanggup diemban dan akan menjadi tanggungan dimasa yang akan datang dikala kiamat menjelang. Namun sayang seribu sayang para kandidat ini dilahirkan dimasa sekarang, dimasa jabatan itu bisa menghasilkan uang, hingga banyak yang berlomba untuk duduk pada singgasana kerajaan.

Terlepas dari itu semua, baik simpatisan partai, kader politisi ataupun suara pendukung, mari sejenak kita letakkan ambisi kekuasaan terhadap orang yang dijagokan kemudian kita coba untuk berpikir bersama, mari kita umpamakan sekilas kebutuhan yang selalu di usung atas kepentingan rakyat kita sandarkan umpamanya juga pada apa yang selalu rakyat lakukan yaitu sistem pendidikan. Yakin betul dalam hati bahwa kita semua berpendidikan.

Jadi, dalam sistem pendidikan mereka memberikan masa dan waktu kepada para siswanya untuk memulai proses pembelajaran, dimulai dengan perkenalan, dilalui dengan pembahasan dan di akhiri dengan ujian sebagai evaluasi hingga dikemudian hari bisa diterapkan di masyarakat. Jadi, sistem ini berlaku mulai tahap sekolah dasar, hingga perguruan tinggi dengan masa yang telah ditentukan.

Sekarang sambil merenungi tamsilan itu mari sama-sama kita lihat kembali suasana yang sedang terjadi di masyarakat. bola panas politik aceh sedang dilontarkan yang mana masyarakat dibuat ambigue antara harapan, kemajuan dan kenyataan yang tidak ada kepastian kapan itu semua terwujud, Polemik bulan bintang sebagai simbul aceh sudah dirasakan oleh masyarakat mulai kepemimpinan periode sebelumnya, sehingga polemik itu pun di siasatkan untuk menggenggam tampuk kekuasaan kembali terulang.

Satu periode telah berjalan, namun hasil akhir belum ditunjukan, sekiranya ini adalah sudah sampai masa ujian, otomatis kenaikan kelas luput dari harapan dikarenakan mereka gagal dalam meraih nilai akhir evaluasi yang ditetapkan. Atau sebaliknya mereka sedang bermain dengan peraturan, sehingga mengabaikan apa yang semestinya diperjuangkan dari apa yang dulu pernah di ucapkan.

Masyarakat masih menanti apa yang pernah dijanji, mereka menunggu selalu yang perlu ditunggu, selama ini selalu ada bayangan kelam yang selalu hadir di kalangan masyarakat untuk mengibarkan sang “bulan bintang” dengan berbagai hasutan bahwasaannya bendera sudah disahkan dan tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun yang menjadi pertanyaan apa itu benar? Jika memang itu sesuatu sesuai dengan hukum dan undang-undang kenapa para dewan kita enggan mengibarkan, kenapa selalu rakyat yang dijadikan sasaran.

Terlebih lagi membuat heran dan tambah penasaran, dimana colling down yang sudah lama berjalan tanpa ada lagi isu yang dimunculkan namun kenapa dikala calon kandidiat datang “bendera” itupun mulai dihangatkan,. Akankah itu menu mentah untuk pilkada kedepan? Hanya para penghuni istana raja yang bisa memberi jawaban. Jika memang tidak dan untuk menghindari momok menjelang pilkada mendatang mari buktikan bahwa bendera itu akan berkibar sebelum para calon bupati/gubernur ditetapkan.

Terlepas dari pro dan kontra, rakyat aceh sangat mengharapkan bendera itu berkibar, selaku pribumi aceh yang kuat dengan akidah dan iman tentu mereka ikhlas dengan apa yang telah terjadi dimasa silam, karena mereka yakin itu semua kehendak tuhan biarpun sampai sekarang masih ada rakyat kurang menikmati damai yang telah datang, namun setidaknya mereka masih mengharap bendera yang menjadi lambang perdamaian itu segera datang.

Bukankah bendera itu milik semua golongan, bahkan didalamnya juga ikut rakyat yang mengemban,? rakyat menitip harapan pada mereka yang menjadi perwakilan, jangan hanya menjadi wakil rakyat yang menduduki kursi empuk kekuasaan namun juga harus menjadi wakil untuk memperjuangkan apa yang rakyat harapkan. Jika memang selama ini rakyat dijadikan sasaran, kenapa tidak pada saat-saat seperti ini berikan pada wakil rakyat untuk mengibarkan.

Jika pula tidak memungkinkan apa yang diharapkan bisa terwujud dalam masa yang ditentukan biarkanlah colling-down terus berjalan sampai pilkada aceh dilaksanakan. Bukankah colling down itu telah dua tahun berjalan, kenapa sekarang tidak diperpanjang, bukan penulis meminta untuk diabaikan namun berharap agar tidak ada konflik dikala pilkada menjelang. rakyat berharap kepada wakil dan pemangku jabatan untuk memikirkan yang terbaik demi masa depan rakyat dan kemajuan serta tidak perlu ada lagi keresahan itu dimunculkan supaya kisah periode lalu tidak lagi terulang. [Sumber: acehtrend.co]
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget