Negosiator asal Finlandia bernama Juha Christensen |
MANTAN kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Nurdin Ismail alias Din Minimi memutuskan untuk tidak melanjutkan gerakan bersenjata kelompok pimpinannya terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Setelah berunding intens dari malam hingga siang dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, tiga hari lalu, Din Minimi beserta kelompoknya akhirnya menyerahkan senjata-senjata mereka.
Semua itu, kata Sutiyoso, tak mungkin terwujud tanpa campur tangan negosiator asal Finlandia bernama Juha Christensen.
“Untuk mengetahui nomor telepon Din, saya menggunakan pihak lain yang mempunyai akses kepadanya, termasuk Saudara Juha,” kata Sutiyoso di Jakarta, sesaat setelah pesawat yang ia tumpangi dari Aceh mendarat.
Kepada CNN Indonesia, Rabu (30/12), Juha yang bekerja di lembaga nonpemerintah asal Finlandia, Pacta Sunt Servanda, menceritakan kisah di balik pertemuan Sutiyoso dengan Din yang selalu disebutnya dengan Nurdin –nama asli Din Minimi.
"Saya bertemu Nurdin tiga minggu lalu secara rahasia," ujar Juha. Menurut dia, statusnya sebagai pihak yang tidak berkepentingan atas konflik dan kekuasaan di Aceh, membuat Nurdin bersedia menemuinya.
Namun status bebas kepentingan sesungguhnya bukan jaminan Din Minimi bakal berkenan menemui orang yang hendak membicarakan hal-hal fundamental seperti pergerakan dan konflik Aceh.
Juha berkata, sebelumnya sejumlah lembaga masyarakat sipil gagal mendekati Din Minimi. "Koneksi atau pengetahuan mereka mungkin masih kurang," kata dia.
Kepada Din Minimi, Juha memaparkan jaringan yang ia punyai di pemerintahan pusat. Juga memberitahukan bahwa ia menerima Bintang Jasa Pratama dari Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Hal itu menjadi penguat profilnya di mata Nurdin.
Juha akhirnya bertemu dengan Din Minimi pada 11 Desember. Ia memulai pertemuan itu dengan menjelaskan proses perdamaian antara GAM dan pemerintah sebagaimana diatur dalam Perjanjian Helsinki.
Pada perbincangan Juha dan Din yang berlangsung enam jam itu, Din Minimi mengemukakan pelbagai kritiknya terhadap pemerintah pusat dan pemerintah Aceh terkait pelaksanaan Perjanjian Helsinski.
"Nurdin dan kelompoknya ingin implementasi perjanjian itu ditingkatkan. Dia merasa selama ini tidak ada yang betul-betul memperhatikan dan mendengar kritiknya,” ucap Juha.
Juha lantas meyakinkan Din Minimi bahwa pemerintah berkuasa saat ini dapat memenuhi seluruh tuntutannya. Tak hanya itu, Juha membujuk Nurdin untuk menghentikan gerakan bersenjata pimpinannya.
"Anda tidak akan bisa maju dengan senjata. Perjanjian Helsinki mengatur, Anda harus menyerahkan senjata dan turun gunung untuk maju," kata Juha mengulangi ucapannya kepada Din Minimi.
Pertemuan Juha itu kemudian ditindaklanjuti Sutiyoso. Ia terbang ke Aceh untuk mendengar keputusan Din Minimi secara langsung.
Di Aceh, Sutiyoso akhirnya menerima 15 pucuk senjata api milik kelompok Din Minimi yang sebelumnya telah dititipkan kepada Juha.
Hadiah Ulang Tahun Terbesar
Rabu kemarin Juha merayakan ulang tahunnya. Ia tak dapat menyembunyikan kegembiraannya saat berbincang dengan CNN Indonesia beberapa saat sebelum lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, menuju kampung halamannya di Finlandia.
"Peristiwa kemarin (perdamaian Din Minimi dan pemerintah RI) merupakan hadiah ulang tahun terbesar dalam kehidupan saya," ucap Juha.
Juha mengatakan akan kembali ke Aceh pada pekan ketiga Januari 2016, sebab menurutnya pekerjaan dia untuk perdamaian Aceh belum tuntas.
Pekerjaan pemerintah RI untuk perdamaian Aceh pun, kata Juha, belum usai. Ia mengingatkan, perdamaian pasca-konflik tidak dapat direngkuh dalam waktu lima bahkan sepuluh tahun.
"Pemerintah harus menunggu 20 sampai 30 tahun. Proses yang berlangsung di Aceh tidak dapat diburu-buru. Ada tahap-tahap yang harus dilalui," ujarnya.
Kesuksesan di Aceh membuat Juha mendorong pemerintah RI untuk menggunakan pendekatan lunak yang sama terhadap kelompok bersenjata di daerah-daerah lain.
Peran Juha melunakkan hati Din Minimi seolah mengamini ucapan SBY tahun 2006 kala menyematkan tanda kehormatan kepada Juha.
Di hadapan penerima bintang tanda jasa lain seperti mantan Presiden Finlandia Martti Athisaari, Kepala Aceh Monitoring Mission Pieter Feith, dan perwira tinggi Angkatan Bersenjata Thailand Letnan Jenderal Nipat Thonglek, Yudhoyono berkata, “Saya percaya, di masa mendatang Anda dapat terus berperan aktif dalam misi perdamaian dan kemanusiaan.”[goaceh.co]
Setelah berunding intens dari malam hingga siang dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, tiga hari lalu, Din Minimi beserta kelompoknya akhirnya menyerahkan senjata-senjata mereka.
Semua itu, kata Sutiyoso, tak mungkin terwujud tanpa campur tangan negosiator asal Finlandia bernama Juha Christensen.
“Untuk mengetahui nomor telepon Din, saya menggunakan pihak lain yang mempunyai akses kepadanya, termasuk Saudara Juha,” kata Sutiyoso di Jakarta, sesaat setelah pesawat yang ia tumpangi dari Aceh mendarat.
Kepada CNN Indonesia, Rabu (30/12), Juha yang bekerja di lembaga nonpemerintah asal Finlandia, Pacta Sunt Servanda, menceritakan kisah di balik pertemuan Sutiyoso dengan Din yang selalu disebutnya dengan Nurdin –nama asli Din Minimi.
"Saya bertemu Nurdin tiga minggu lalu secara rahasia," ujar Juha. Menurut dia, statusnya sebagai pihak yang tidak berkepentingan atas konflik dan kekuasaan di Aceh, membuat Nurdin bersedia menemuinya.
Namun status bebas kepentingan sesungguhnya bukan jaminan Din Minimi bakal berkenan menemui orang yang hendak membicarakan hal-hal fundamental seperti pergerakan dan konflik Aceh.
Juha berkata, sebelumnya sejumlah lembaga masyarakat sipil gagal mendekati Din Minimi. "Koneksi atau pengetahuan mereka mungkin masih kurang," kata dia.
Kepada Din Minimi, Juha memaparkan jaringan yang ia punyai di pemerintahan pusat. Juga memberitahukan bahwa ia menerima Bintang Jasa Pratama dari Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Hal itu menjadi penguat profilnya di mata Nurdin.
Juha akhirnya bertemu dengan Din Minimi pada 11 Desember. Ia memulai pertemuan itu dengan menjelaskan proses perdamaian antara GAM dan pemerintah sebagaimana diatur dalam Perjanjian Helsinki.
Pada perbincangan Juha dan Din yang berlangsung enam jam itu, Din Minimi mengemukakan pelbagai kritiknya terhadap pemerintah pusat dan pemerintah Aceh terkait pelaksanaan Perjanjian Helsinski.
"Nurdin dan kelompoknya ingin implementasi perjanjian itu ditingkatkan. Dia merasa selama ini tidak ada yang betul-betul memperhatikan dan mendengar kritiknya,” ucap Juha.
Juha lantas meyakinkan Din Minimi bahwa pemerintah berkuasa saat ini dapat memenuhi seluruh tuntutannya. Tak hanya itu, Juha membujuk Nurdin untuk menghentikan gerakan bersenjata pimpinannya.
"Anda tidak akan bisa maju dengan senjata. Perjanjian Helsinki mengatur, Anda harus menyerahkan senjata dan turun gunung untuk maju," kata Juha mengulangi ucapannya kepada Din Minimi.
Pertemuan Juha itu kemudian ditindaklanjuti Sutiyoso. Ia terbang ke Aceh untuk mendengar keputusan Din Minimi secara langsung.
Di Aceh, Sutiyoso akhirnya menerima 15 pucuk senjata api milik kelompok Din Minimi yang sebelumnya telah dititipkan kepada Juha.
Hadiah Ulang Tahun Terbesar
Rabu kemarin Juha merayakan ulang tahunnya. Ia tak dapat menyembunyikan kegembiraannya saat berbincang dengan CNN Indonesia beberapa saat sebelum lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, menuju kampung halamannya di Finlandia.
"Peristiwa kemarin (perdamaian Din Minimi dan pemerintah RI) merupakan hadiah ulang tahun terbesar dalam kehidupan saya," ucap Juha.
Juha mengatakan akan kembali ke Aceh pada pekan ketiga Januari 2016, sebab menurutnya pekerjaan dia untuk perdamaian Aceh belum tuntas.
Pekerjaan pemerintah RI untuk perdamaian Aceh pun, kata Juha, belum usai. Ia mengingatkan, perdamaian pasca-konflik tidak dapat direngkuh dalam waktu lima bahkan sepuluh tahun.
"Pemerintah harus menunggu 20 sampai 30 tahun. Proses yang berlangsung di Aceh tidak dapat diburu-buru. Ada tahap-tahap yang harus dilalui," ujarnya.
Kesuksesan di Aceh membuat Juha mendorong pemerintah RI untuk menggunakan pendekatan lunak yang sama terhadap kelompok bersenjata di daerah-daerah lain.
Peran Juha melunakkan hati Din Minimi seolah mengamini ucapan SBY tahun 2006 kala menyematkan tanda kehormatan kepada Juha.
Di hadapan penerima bintang tanda jasa lain seperti mantan Presiden Finlandia Martti Athisaari, Kepala Aceh Monitoring Mission Pieter Feith, dan perwira tinggi Angkatan Bersenjata Thailand Letnan Jenderal Nipat Thonglek, Yudhoyono berkata, “Saya percaya, di masa mendatang Anda dapat terus berperan aktif dalam misi perdamaian dan kemanusiaan.”[goaceh.co]
loading...
Post a Comment