AMP - Kasus
pengejaran kelompok Din Minimi yang di lakukan oleh ratusan aparat
kepolisian sampai saat ini belum juga membuahkan hasil tentang
keberadaan dan juga penangkapannnya.
Namun
dampak dari pengejaran Din Minimi tersebut mulai berimbas kepada
masyarakat sipil, ya salah satunya terjadi di Seneubok Bayu Kecamatan
Banda Alam Aceh Timur.
Seperti dikutip di AJNN.NET
Tengku Imum dan Keuchik Desa tersebut ditempeleng oknum polisi karena
tak memberitahukan keberadaan kelompok Din Minimi, Kamis (24/12)
kemarin.
Informasi
tersebut diperoleh AJNN dari Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh
(YARA) Safaruddin yang mengaku mendapatkan laporan dari Mukim Keude dan
Tengku Imum.
Menurut Safaruddin, peristiwa itu terjadi saat aparat kepolisian melintasi kampung mereka untuk memburu Din Mini.
"Namun karea tak diberitahu, mereka ditempeleng di depan umum,"katanya, Jumat (25/12).
Safar menyebutkan tindakan ini bukan yang pertama kali terjadi di Aceh khususnya terkait pengejaran kelompok Din Minimi.
"Beberapa
bulan yang lalu kami melakukan investigasi ke Geureudong Pasee di
kampung halaman Ridwan yang tewas ditembak di rumahnya, dari informasi
masyarakat juga menyampaikan hal demikian, Keuchik sampai disuruh tiarap
di aspal," katanya.
Selanjutnya
Direktur YARA menyebutkan kondisi seperti ini mengingatkan akan Aceh
pada masa konflik dulu, dan hal seperti ini yang kemudian menjadikan
konflik semakin meluas dikarenakan orang-orang mulai takut kepada aparat
kepolisian, dan memilih bergabung dengan kelompok sipil bersenjata agar
mereka dapat melindungi diri dari arogansi aparat keamanan.
"Kami mengecam tindakan kepolisian yang bertindak arogan dan brutal terhadap masyarakat sipil, ini menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran HAM secara sistematis dan massif terhadap warga Aceh," katanya kepada AJNN, Jumat (25/12)
YARA medesak Kapolda untuk bertanggung jawab dan menindak anggotanyayang bersikap arogan dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Safar tindakan kekerasan yang terjadi seperti di Desa Seunebok Bayu itu dapat menyulut api konflik dalam masyarakat Aceh yang masih trauma dengan situsi konflik pada pasca MoU Helsinki.
"Kami juga mendesak Gubernur, DPR Aceh agar memanggil Kapolda untuk mengevaluasi pelaksanaan operasi-operasi yang telah menelan korban jiwa di Aceh seperti penembakan Beuriujuek dan Ridwan yang terindikasi pelanggaran HAM. Jika pemerintah tidak bergerak melakukan tindakan preventif atas arogansi aparat keamanan dilapangan maka jangan salahkan ketika masyarakat bergerak menurut caranya sendiri," ujarnya.
"Kami mengecam tindakan kepolisian yang bertindak arogan dan brutal terhadap masyarakat sipil, ini menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran HAM secara sistematis dan massif terhadap warga Aceh," katanya kepada AJNN, Jumat (25/12)
YARA medesak Kapolda untuk bertanggung jawab dan menindak anggotanyayang bersikap arogan dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Safar tindakan kekerasan yang terjadi seperti di Desa Seunebok Bayu itu dapat menyulut api konflik dalam masyarakat Aceh yang masih trauma dengan situsi konflik pada pasca MoU Helsinki.
"Kami juga mendesak Gubernur, DPR Aceh agar memanggil Kapolda untuk mengevaluasi pelaksanaan operasi-operasi yang telah menelan korban jiwa di Aceh seperti penembakan Beuriujuek dan Ridwan yang terindikasi pelanggaran HAM. Jika pemerintah tidak bergerak melakukan tindakan preventif atas arogansi aparat keamanan dilapangan maka jangan salahkan ketika masyarakat bergerak menurut caranya sendiri," ujarnya.
Safar
menyebutkan, berdasarkan informasi yang ia peroleh saat ini masyarakat
setempat mulai mengungsi keluar meninggalkan desa mereka karena takut
akan dipukuli oleh anggota polisi yang sedang mencari Din Minimi.
"Kondisi masya saat ini seperti 'pliek lam peunerah', terjepit kiri kanan, jika mereka melaporkan mereka akan ditembak oleh kelompok yang dikejar oleh polisi, sedangkan jika tidak melaporkan maka akan di pukuli oleh polisi,"katanya.
Direktur YARA mengatakan, kondisi seperti ini mengingatkan akan Aceh pada masa konflik dulu, dan hal seperti ini yang kemudian menjadikan konflik semakin meluas dikarenakan orang-orang mulai takut kepada aparat kepolisian, dan memilih bergabung dengan kelompok sipil bersenjata agar mereka dapat melindungi diri dari arogansi aparat keamanan. [Red]
"Kondisi masya saat ini seperti 'pliek lam peunerah', terjepit kiri kanan, jika mereka melaporkan mereka akan ditembak oleh kelompok yang dikejar oleh polisi, sedangkan jika tidak melaporkan maka akan di pukuli oleh polisi,"katanya.
Direktur YARA mengatakan, kondisi seperti ini mengingatkan akan Aceh pada masa konflik dulu, dan hal seperti ini yang kemudian menjadikan konflik semakin meluas dikarenakan orang-orang mulai takut kepada aparat kepolisian, dan memilih bergabung dengan kelompok sipil bersenjata agar mereka dapat melindungi diri dari arogansi aparat keamanan. [Red]
loading...
Post a Comment