Halloween Costume ideas 2015
loading...

17 Goa Ini Saksi Bisu Kekejaman Jepang di Aceh

AMP - Kehadiran Jepang di Aceh dimulai awal 1942. Jepang membangun benteng pertahanan dan aneka macam goa di daerah itu.

Konsep pertahanan dengan membangun benteng dan goa ini dilakukan Jepang sepanjang pinggir pantai dan perbukitan di Aceh.

Lihatlah sepanjang pinggir pantai Lhokseumawe, Sabang, dan pantai lainnya, Anda akan mudah menemui benteng sisa peninggalan Jepang.

Begitu juga goa. Khusus di Lhokseumawe, sepanjang tahun 1942, tentara Jepang memaksa ratusan rakyat Aceh untuk membangun benteng dan goa.

Salah seorang saksi sejarah, Iskandar (89) mengisahkan, begitu masuk ke Aceh, Jepang memutuskan membangun pusat pertahanan di perbukitan Desa Blang Payang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Bukit itu berada 120 meter di atas permukaan laut. Dari arah bukit membentang Samudera Hindia, sehingga sangat cocok dijadikan pusat pemantauan Jepang kala itu.

“Jepang memutuskan lokasi pertahanannya di Blang Payang. Sekarang dikenal dengan bukit goa Jepang. Seluruh goa itu dibangun oleh rakyat dan di bawah ancaman senjata,” sebut pria yang akrab disapa Abu Is ini kepada Kompas.com, Rabu (13/4/2016).

Dia menjelaskan, lebar mulut goa peninggalan Jepang itu yakni 2 x 3 meter.

Lhokseumawe dihimpit oleh dua bukit, yaitu Cot Panggoi dan Ramulah. Di Aceh, goa dikenal dengan sebutan guha atau keurokrok (tempat persembunyian). Goa itu membelah area perbukitan di kawasan itu.

Selain tempat persembunyian, goa tersebut kerap dipakai untuk menyekap para tahanan.

“Kami dulu sebagai pekerja pembuat lobang goa Jepang itu. Dipaksa oleh Jepang. Romusha. Tanpa gaji,” kenang Abu Is.

Sepanjang hari, siang dan malam, rakyat mengeruk tanah untuk membuat goa. Nyaris tanpa istirahat.

“Jepang ingin seluruh goa dan benteng segera selesai. Mereka khawatir diserang oleh pejuang Indonesia atau negara lainnya,” terang Abu Is.

Hasilnya, akhir Desember 1942, sebanyak 17 goa dan 8 benteng diselesaikan oleh pekerja. Sejak saat itu pula, Jepang menggunakan benteng dan goa itu untuk seluruh pasukan mereka.

Objek wisata

Saat ini, goa itu dijadikan obyek wisata. Dinding goa telah dipasang paving block. Namun sebagian besar dinding tetap dipertahankan sesuai bentuk aslinya.

Guratan senjata masih terlihat jelas di dinding itu. Konon di ruang tahanan itu, ratusan nyawa melayang karena disiksa.

Bahkan di beberapa goa tersedia ruang tahanan yang hanya cukup untuk berdiri satu orang. Tahanan ini dibiarkan berdiri selama 24 jam dalam sehari.

Di goa, layaknya model goa Jepang, pada umumnya terdapat ruang pengintaian, logistik, tahanan, ruang makan, dapur dan tempat kamar tidur. Kini, goa itu menjadi saksi bisu kekejaman tentara Jepang di Indonesia.

Penulis    : Kontributor Lhokseumawe, Masriadi 
Sumber: kompas.com
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget