AMP - Kepala Penerangan Kodam VI Mulawarman Kolonel Infanteri Andi Gunawan, membantah soal isu keberadaan sejumlah pasukan TNI di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara) untuk berperang membebaskan 10 warga negara Indonesia yang ditawan kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Menurut dia, keberangkatan sejumlah pasukan TNI ke Tarakan, adalah pemusatan pasukan dalam rangka latihan gabungan.
“Pasukan memang sedang dipusatkan di Tarakan, tapi dalam rangka Latihan Gabungan Passus PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) dalam merebut dan mengamankan kembali obvitnas (obyek vital nasional-red) kilang minyak di Tarakan dari gangguan pihak lawan. Bukan mau perang pembebasan tawanan kelompok Abu Sayyaf,” kata Andi, Kamis (31/3/2015).
Dalam latihan gabungan tersebut, lanjut Andi, semua pasukan diuji kemampuan secara integratif antar matra. Prosesnya pun serius dan dibingkis seperti pengamanan nyata. Bahkan sejumlah kapal perang dikabarkan telah menuju Kota Tarakan. Di antaranya KRI Ahmad Yani, KRI Ajak, KRI Badau, KRI Mandau, dan KRI Surabaya.
Pengiriman logistik latihan juga sudah mulai tiba di Kota Tarakan. “Kebetulan sekali Kota Tarakan memang terpilih menjadi obyek latihan gabungan tahun ini. Dalam hal ini Kodam VI Mulawarman selaku satkowil mendukung terselenggaranya operasi di wilayah teritorialnya dengan memberikan segenap dukungan adiministrasi, logistik, intelejen, tertorial, maupun perkuatan satpur dan banpur yang dibutuhkan sesuai arahan dalam direktif Mabes TNI,” jelasnya.
Sementara itu, kata dia, terkait kelompok sparatis Abu Sayyaf, dipastikan tidak ada kegiatan TNI di Tarakan yang terkait dengan operasi pembebasan sandera. Upaya pembebasan sandera saat ini masih bergantung lobi pemerintah.
“Sekali lagi, Panglima TNI menegaskan, otoritas militer Filipina lebih berwenang menentukan operasi militer di wilayah teritorialnya. TNI hanya bertugas menjaga kedaulatan NKRI,” ujar dia.
Sebelumnya, sempat merebak isu jika banyaknya pasukan beserta alat tempur membuat suasana Kota Tarakan seperti siaga satu untuk berperang. Aktivitas ini awalnya diisukan untuk melakukan upaya pembebasan terhadap 10 WNI yang disandera perompak kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Pangkalan militer di kota ini sangat dekat dengan perbatasan Indonesia – Filipina. (Kompas.com)
Menurut dia, keberangkatan sejumlah pasukan TNI ke Tarakan, adalah pemusatan pasukan dalam rangka latihan gabungan.
“Pasukan memang sedang dipusatkan di Tarakan, tapi dalam rangka Latihan Gabungan Passus PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) dalam merebut dan mengamankan kembali obvitnas (obyek vital nasional-red) kilang minyak di Tarakan dari gangguan pihak lawan. Bukan mau perang pembebasan tawanan kelompok Abu Sayyaf,” kata Andi, Kamis (31/3/2015).
Dalam latihan gabungan tersebut, lanjut Andi, semua pasukan diuji kemampuan secara integratif antar matra. Prosesnya pun serius dan dibingkis seperti pengamanan nyata. Bahkan sejumlah kapal perang dikabarkan telah menuju Kota Tarakan. Di antaranya KRI Ahmad Yani, KRI Ajak, KRI Badau, KRI Mandau, dan KRI Surabaya.
Pengiriman logistik latihan juga sudah mulai tiba di Kota Tarakan. “Kebetulan sekali Kota Tarakan memang terpilih menjadi obyek latihan gabungan tahun ini. Dalam hal ini Kodam VI Mulawarman selaku satkowil mendukung terselenggaranya operasi di wilayah teritorialnya dengan memberikan segenap dukungan adiministrasi, logistik, intelejen, tertorial, maupun perkuatan satpur dan banpur yang dibutuhkan sesuai arahan dalam direktif Mabes TNI,” jelasnya.
Sementara itu, kata dia, terkait kelompok sparatis Abu Sayyaf, dipastikan tidak ada kegiatan TNI di Tarakan yang terkait dengan operasi pembebasan sandera. Upaya pembebasan sandera saat ini masih bergantung lobi pemerintah.
“Sekali lagi, Panglima TNI menegaskan, otoritas militer Filipina lebih berwenang menentukan operasi militer di wilayah teritorialnya. TNI hanya bertugas menjaga kedaulatan NKRI,” ujar dia.
Sebelumnya, sempat merebak isu jika banyaknya pasukan beserta alat tempur membuat suasana Kota Tarakan seperti siaga satu untuk berperang. Aktivitas ini awalnya diisukan untuk melakukan upaya pembebasan terhadap 10 WNI yang disandera perompak kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Pangkalan militer di kota ini sangat dekat dengan perbatasan Indonesia – Filipina. (Kompas.com)
loading...
Post a Comment