KURSI ukuran besar berwarna merah yang diduduki Wali Nanggroe yang juga Tuha Peut Partai Aceh (PA), Tgk Malik Mahmud Al-Haythar pada acara Rapat Koordinasi (Rakor) PA di Hermes Hotel, Banda Aceh, Jumat (23/10) malam, menjadi perbincangan hangat sejumlah kalangan. Berbagai komentar, prediksi, dan spekulasi terkait keberadaan dan asal muasal kursi itu, beredar di warung kopi hingga dunia maya.
Ratusan komentar terkait keberadaan kursi yang diduduki Wali itu menghiasi fans page facebook.com/serambinews yang melansir berita seputar suasana Rakor PA malam itu. Ada yang memuji, namun tak sedikit pula yang menulis komentar bernada negatif.
Berdasarkan penelusuran Serambi Sabtu (24/10), kursi itu ternyata diambil panitia rakor dari salah satu toko furniture di Banda Aceh, yakni Ratu Jepara. Salah seorang panitia yang bertanggung jawab untuk tempat dan acara pelaksanaan Rakor PA, Sarjev Hirzi, kepada Serambi megatakan, kursi itu sengaja disediakan untuk Malik Mahmud, sebagai orang yang dituakan di PA.
“Ketua panitia rakor diinstruksikan Abu Razak (Wakil DPA PA) untuk membedakan satu kursi buat Ketua Tuha Peut. Kursi itu akhirnya kita pilih, karena cocok, warnanya juga cocok,” kata Sarjev.
Sarjev menjelaskan, kehadiran Malik Mahmud pada rakor Jumat malam itu sebagai Ketua Tuha Peut PA. Oleh karena itu, panitia sengaja menyediakan satu kursi yang berbeda sebagai bentuk penghormatan bahwa Malik Mahmud adalah sosok yang dituakan dan dihormati dalam struktural PA.
“Kalau beliau duduk di kursi biasa, mungkin sedikit aneh dan tidak membedakan antara Ketua Tuha Peut dengan pengurus PA lainnya. Beliau orang yang kami muliakan, orang yang kami tuakan, jadi tak ada salahnya kan menggunakan kursi itu,” pungkas Sarjev.
Owner Ratu Jepara, Erika Djakfar yang dihubungi Serambi membenarkan bahwa panitia Rakor PA mengambil kursi itu dari tokonya. Erika menjelaskan, kursi itu dibuat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kursi itu ia pesan langsung dari sana untuk dijual di Aceh.
“Kebetulan panitia acara itu juga pelanggan saya, dia datang ke toko dan katanya perlu kursi besar. Ternyata pas dilihat kursi itu langsung cocok, jadi langsung dibawa,” kata Erika. Dia enggan menjawab saat ditanyakan apakah kursi itu disewa atau dibeli oleh panita Rakor PA.
Ia menyebutkan, kursi itu dibuat dari bahan kayu dengan kualitas yang sangat baik. Adapun ukurannya, kata Erika, tinggi 168 cm, lebar depan 98 cm, lebar belakang 80 cm, dan tinggi dudukan 50 cm. Erika menambahkan, ia memesan kursi itu sekitar bulan Maret lalu, dan baru tiba selesai dikerjakan pada Juli. “Satunya sudah laku, tinggal satu lagi yang dipakai untuk Wali kemarin. Saya senang aja kursi pesanan saya dipakai Wali Nanggroe. Kursi itu saya pesan untuk saya jual, dan selama ini kursi model begitu juga sedang ngetren,” pungkas Erika Djakfar.(aceh.tribunnews.com)
Ratusan komentar terkait keberadaan kursi yang diduduki Wali itu menghiasi fans page facebook.com/serambinews yang melansir berita seputar suasana Rakor PA malam itu. Ada yang memuji, namun tak sedikit pula yang menulis komentar bernada negatif.
Berdasarkan penelusuran Serambi Sabtu (24/10), kursi itu ternyata diambil panitia rakor dari salah satu toko furniture di Banda Aceh, yakni Ratu Jepara. Salah seorang panitia yang bertanggung jawab untuk tempat dan acara pelaksanaan Rakor PA, Sarjev Hirzi, kepada Serambi megatakan, kursi itu sengaja disediakan untuk Malik Mahmud, sebagai orang yang dituakan di PA.
“Ketua panitia rakor diinstruksikan Abu Razak (Wakil DPA PA) untuk membedakan satu kursi buat Ketua Tuha Peut. Kursi itu akhirnya kita pilih, karena cocok, warnanya juga cocok,” kata Sarjev.
Sarjev menjelaskan, kehadiran Malik Mahmud pada rakor Jumat malam itu sebagai Ketua Tuha Peut PA. Oleh karena itu, panitia sengaja menyediakan satu kursi yang berbeda sebagai bentuk penghormatan bahwa Malik Mahmud adalah sosok yang dituakan dan dihormati dalam struktural PA.
“Kalau beliau duduk di kursi biasa, mungkin sedikit aneh dan tidak membedakan antara Ketua Tuha Peut dengan pengurus PA lainnya. Beliau orang yang kami muliakan, orang yang kami tuakan, jadi tak ada salahnya kan menggunakan kursi itu,” pungkas Sarjev.
Owner Ratu Jepara, Erika Djakfar yang dihubungi Serambi membenarkan bahwa panitia Rakor PA mengambil kursi itu dari tokonya. Erika menjelaskan, kursi itu dibuat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kursi itu ia pesan langsung dari sana untuk dijual di Aceh.
“Kebetulan panitia acara itu juga pelanggan saya, dia datang ke toko dan katanya perlu kursi besar. Ternyata pas dilihat kursi itu langsung cocok, jadi langsung dibawa,” kata Erika. Dia enggan menjawab saat ditanyakan apakah kursi itu disewa atau dibeli oleh panita Rakor PA.
Ia menyebutkan, kursi itu dibuat dari bahan kayu dengan kualitas yang sangat baik. Adapun ukurannya, kata Erika, tinggi 168 cm, lebar depan 98 cm, lebar belakang 80 cm, dan tinggi dudukan 50 cm. Erika menambahkan, ia memesan kursi itu sekitar bulan Maret lalu, dan baru tiba selesai dikerjakan pada Juli. “Satunya sudah laku, tinggal satu lagi yang dipakai untuk Wali kemarin. Saya senang aja kursi pesanan saya dipakai Wali Nanggroe. Kursi itu saya pesan untuk saya jual, dan selama ini kursi model begitu juga sedang ngetren,” pungkas Erika Djakfar.(aceh.tribunnews.com)
loading...
Post a Comment