Halloween Costume ideas 2015
loading...

Calon Tunggal Atau Mualem Vs Tarmizi?

MENDEKATI Pilkada 2017, polarisasi kekuatan politik di Aceh semakin jelas dan kian mengerucut. Tidak tertutup kemungkinan, Muzakir Manaf alias Mualem akan menjadi calon tunggal pada perhelatan pesta demokrasi tersebut. Kalaupun ada kandidat lain, hanya Tarmizi Karim yang memungkinkan jadi pesaing Mualem pada suksesi perebutan kursi Aceh-1 periode 2017-2022.

Peta kekuatan politik Aceh kekinian menunjukkan Muzakir Manaf sebagai sentralitas figur yang berpeluang besar memimpin Aceh ke depan. Tidak saja karena mesin politiknya Partai Aceh (PA) yang memiliki basis kuat hingga ke tingkat grass root, tapi juga karena figur Mualem memang memiliki kharisma kepemimpinan yang tidak dimiliki elite politik Aceh lainnya.

Akselerasi gerakan politik yang dimainkan Mualem belakangan ini pun terlihat elegan dan cerdas. Selain melakukan konsolidasi di internal PA, dia juga merangkum semua mantan elite GAM yang sempat berseberangan haluan politik dengannya untuk bersama-sama memikirkan masa depan Aceh yang lebih. Alhasil, sejumlah tokoh GAM yang sebelumnya berada di kubu Irwandi Yusuf kini sudah merapat ke kubu Mualem. Sebut saja Ayah Merin, Husaini alias Tgk Batee dan beberapa petinggi PNA—partai besutan Irwandi—lainnya sudah terang-terangan berkomitmen mengalihkan dukungan politiknya kepada Sang Panglima.

Begitu juga dengan Sofyan Dawood yang kini kembali bergandengan tangan dengan Mualem. Walau dukungan politik salah seorang pendiri PNA ini masih mengambang, dipastikan Sofyan Dawood sudah hengkang dari kubu Irwandi Yusuf. Pun tidak tertutup kemungkinan, mantan juru bicara GAM ini juga sudah bergabung dengan tim Mualem di luar Partai Aceh.

Tak sampai di situ, pernyataan Mualem tentang pendampingnya yang akan diambil dari partai nasional makin memperlihatkan kecerdasan akselerasi politik yang dimainkan Wagub Aceh ini. Peluang untuk menjadi pendamping mantan Panglima GAM ini pun tidak disia-siakan para elite partai nasional di Aceh. Dalam sebulan terakhir, secara bergantian para pengurus partai nasional di Aceh berupaya menemui Mualem. Sebagian masih sebatas berkomitmen mendukung pencalonan Mualem, sebagian lagi  sudah terang-terangan menawarkan diri untuk dipinang jadi pendamping Sang Panglima.

Dengan elektabilitas dan popularitas Mualem tersebut, tentu memaksa elite Aceh lain—tak terkecuali Irwandi Yusuf—harus berpikir 100 kali untuk maju sebagai Cagub Aceh periode 2017-2022.  Fenomena ini akan berpotensi terjadinya calon tunggal pada Pilgub Aceh nanti. Ini tentu bukan lagi persoalan bagi Mualem, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan penghapusan pasal yang menyaratkan pemilihan kepala daerah harus diikuti lebih dari satu pasangan calon sebagaimana termaktub dalam UU No.8/2015 tentang pemilihan kepala daerah.

Bisa jadi pula, setelah Mualem menentukan pendampingnya dari salah satu partai nasional, partai-partai lain yang memiliki kursi di DPRA akan menarik dukungannya dan membangun kekuatan politik alternatif di luar kubu PA. Dari sejumlah nama yang sudah muncul sebagai Cagub Aceh, koalisi partai-partai tersebut kemungkinan besar akan mengusung Tarmizi Karim. Ini dikarenakan memang hanya mantan Pj Gubernur Aceh tersebut yang memungkinkan bisa bersaing dengan Mualem.

Namun, sejauh ini Tarmizi masih menjalankan ‘operasi senyap’ dalam menggalang dukungan untuk menuju kursi Aceh-1. Dari kalangan mantan GAM misalnya, baru Sofyan Dawood yang sudah memberi sinyal akan mendukung Pj Gubernur Kalimatan Selatan itu. Kemungkinan tersebut juga masih 50-50 diperlihatkan Sofyan Dawood, antara mendukung Tarmizi atau Mualem.

Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan Pikiran Merdeka, Tarmizi hanya mengemukankan kesiapannya untuk maju pada Pilgub Aceh nanti. Sepertinya, dia masih mengambil posisi wait and see sampai Mualem menentukan wakilnya yang akan dipilih dari salah satu partai nasional. Setelah itu, Tarmizi baru menentukan kendaraan politik dan membentuk tim sukses yang akan mengantarnya sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2022.

Para elite Aceh—selain Mualem dan Tarmizi—tentu harus menyadari bahwa impian menuju kursi Aceh-1 hanya sebuah angan-angan semu. Mereka harus tahu diri bahwa kini sudah saatnya untuk legowo, tanpa memaksakan kehendak untuk ikut bersaing dalam memperebutkan kekuasaan pada Pilgub Aceh 2017. Pemaksaan kehendak hanya buang-buang biaya dan energi  yang berujung pada kekecewaan mendalam. Ini berdasarkan kondisi reel perpolitikan Aceh kekinian, soal takdir bukan lagi urusan kita.(sumber: pikiranmerdeka.co)
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget