Halloween Costume ideas 2015
loading...

Ulama dan Arsitek Jihad yang Bijaksana

Jakarta - Di dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa jihad merupakan tingkat tertinggi ubudiyyah seseorang setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jihad menjadi puncak dari syariat.

Jihad berlaku sepanjang zaman, di mana pun, dan bagi setiap individu. Jihad merupakan upaya menampakan al-haqq (Kebenaran). Jihad, adalah kesungguhan total dalam melawan musuh-musuh kebenaran, yakni setan, baik dalam wujud manusia (musuh-musuh agama) atau pun waswas (bisikan) yang senantiasa menyelinap di dalam dada.

Pergumulan di dalam hati setiap manusia antara prajurit malaikat dan prajurit setan senantiasa berkecamuk. Satu di antara keduanya akan memperebutkan takhta dan kemudian mengendalikan raja bagi tubuh manusia, yakni hati (Ibnu Qudamah, 1997: 179). Bila istana hati dikuasai oleh prajurit-prajurit ilmu dan hidayah maka ia akan menang. Sebaliknya bila hati dikuasai oleh prajurit-prajurit setan dan hawa nafsu, maka binasalah ia.

Benteng bagi hati dari prajurit hawa nafsu dan setan adalah dzikrullah. Setan akan lari dari tempat-tempat yang di dalamnya senantiasa disebut Nama Allah. Setan juga akan enggan memasuki tempat-tempat yang bersih, lantara hati senantiasa disucikan dengan ibadah. Sebab, telah menjadi karakter bagi setan yaitu menyukai tempat-tempat yang kotor. Inilah jihad melawan hawa nafsu. Fardhu ain bagi setiap individu. Setiap hati manusia harus futuh (terbebas) dari segala kotoran kalbu.

Setiap sufi adalah mujahid. Dia berijihad memerangi musuh-musuh Allah baik yang berada di dalam hati atau pun musuh-musuh Allah dalam wujud manusia. Di medan jihad, mereka akan bertempur dengan penuh keikhlasan. Tidak ada yang mereka takutkan malainkan hanya Allah. Jiwa mereka telah ridha kepada Allah atas setiap lembaran takdir yang termaktub. Mati, bagi mereka bukanlah akhir dari segalanya melainkan satu pintu untuk berjumpa dengan Kekasihnya di surga. Mereka adalah para mujahid yang rif. Mujahid yang telah "marifat". Mereka senantiasa merindukansyhid dan jugasyuhd (musyhadah, melihat Allah).

Telah banyak disebutkan dalam lembaran-lembaran sejarah tentang para sufi yang turut andil dalam perang suci. Syaqieq al-Balakhi (w. 194 H/810 M) adalah seorang tokoh sufi masyhur yang pernah terjun di kancah peperangan tanpa mempedulikan lagi di bagian bumi mana ia akan tergolek mati di jalan Allah. Syeikh Abu Hasan al-Syadzl (w. 1258 M), seorang tokoh sufi ternama yang banyak menghabiskan dirinya di medan jihad. Sampai saat usianya lebih dari enam puluh tahun dan telah buta, beliau masih turun ke medan jihad.

Di dalam kamp-kamp jihad tersebut ketika beliau masih terjaga, beliau habiskan malam dengan bermunajat dan menyempatkan diri berjalan di tangah-tengah para pasukan seraya memberikan kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat perjuangan (Mahmoud, tt: 18-19). Salain keduanya ada pula seorang rif yang masa hidupnya banyak merasakan debu-debu jihad dan penjara, yakni Badiuzzaman Said Nursi (w. 1379 H/1960 M). Di antara peperangan bersama rakyat Utsmani di mana Said Nursi turut andil adalah peperangan melawan Rusia dan Armenia pada Perang Dunia I.

Kitab tafsir beliau yang berjudul Isyrat al-Ijz, merupakan satu karya yang beliau tulis di atas kuda disela-sela pertempuran. Kepada muridnya, Said Nursi mengatakan, "Jangan takut apapun, iman seorang Muslim lebih kuat dari apapun" (Vehide, 2007: 168-169.

Dalam lembaran sejarah Islam di Nusantara, kitaakan menemukan nama-nama paraarif billah yang mengakomodir kekuatan kaum Muslimin Nusantara untuk turut memperjuangkan kalimat Allah dan menggelorakan perang suci, seperti Al-Maqassari, Al-Fattani dan Al-Palimbani (yang akan akan penulis fokuskan di sini).

Syeikh Yusuf al-Maqassari adalah seorang sufi ternama asal Makassar yangdijuluki Tajj al-Khalwat(pemimpin Tarikat Khalwatiyah). Nama beliau masyhur bukan hanya di Nusantara tetapi jugadi Hijaz bahkan di Cape Town Afrika Selatan. Pada 1660 M, beliau memimpin pasukan Kesultanan Banten dalam pertempuran melawan Belanda. Pasukan Al-Maqassari berulang kali berhasil memukul mundur pasukan Belanda baik melalui pasukan laut (melalui pelaut-pelaut ulung Banten) dan pasukan darat (pasukan gerilya yang berani mati).

Beliau juga turut mengupayakan gerakan perbaikan rakyat Makassar yang kian hari kian melakukan larangan agama akibat dominasi Belanda. Naas, upaya beliau tidak disambut baik oleh Sultan Gowa, Sultan Amir Hamzah (1669-1674) yang rupanya telah bersekutu dengan VOC. Belanda kemudian mengasingkan beliau ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan hingga beliau wafat (Mustafa, 2011: 24-29).

Semangat Jihad juga tersebar melalui berbagai persaudaraan sufi. Sederet pemberontakan melawan penajajah pada akhir abad ke-19 banyak dilakukan. Tarikat Sammaniyah terlibat dalam pemberontakan anti-Belanda di Palembang (1819) dan Kalimantan Selatan (1860-an); tarikat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Khatib Sambas) terlibat dalam pemberontakan Banten (1888), Sidoarjo (1903) dan Lombok (1891-1894); Tarikat Syatariyah terlibat dalam pemberontakan anti-pajak di Tanah Minagkabau (1908) (Loir, 2013: 37-38).[bersambung]

Sumber: jejakislam
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget