Setelah mendengar pernyataan Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe tersebut, sekitar sembilan wartawan media cetak, online dan televisi memilih membaikot peliputan. Tak lama setelah itu, mahasiswa membubarkan diri.
Lhokseumawe - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota Lhokseumawe dari Partai Demokrat, T. Sofianus dinilai melecehkan profesi wartawan di hadapan puluhan mahasiswa yang sedang berdemo di gedung dewan setempat, Rabu, 28 Oktober 2015.
T. Sofianus biasa dipanggil Pon Cek diduga menyebut, “Wartawan baru menaikkan berita setelah dibayar”.
Amatan portalsatu.com, awalnya demo mahasiswa tersebut berlangsung di Bundaran Tugu Rencong, Kutablang, Kota Lhokseumawe. Sekitar 30 menit kemudian mereka menuju gedung DPRK guna menyampaikan tuntutan tentang berbagai persoalan yang berkembang selama ini.
Saat mahasiswa berorasi di halaman gedung dewan, Wakil Ketua II DPRK Lhokseumawe, T. Sofianus kemudian menjumpai para pendemo. Tatkala merespon tuntutan mahasiswa terhadap pemerintah, T. Sofianus sempat melontarkan kata-kata tidak pantas kepada para wartawan yang tengah meliput aksi itu.
Mulanya, T. Sofianus mengatakan, “Demo hari ini kita harapkan kepada media untuk memunculkan segala bentuk persoalan yang dituntut mahasiswa itu. Media menyuarakan, juga menerima masukan kita ini diterjemahkan ke dalam bahasanya menjadi konsumsi publik. Ini yang kita harapkan pada media”.
T. Sofianus kemudian mengatakan, “Bek karna hana bayeu hana tuleh (Jangan karena tidak dibayar maka berita tidak ditulis)”. Ia lantas melempar pertanyaan kepada mahasiswa, “Apakah setuju”. Sekonyong-konyong mahasiswa berteriak dan bertepuk tangan.
Setelah mendengar pernyataan Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe tersebut, sekitar sembilan wartawan media cetak, online dan televisi memilih memboikot peliputan. Tak lama setelah itu, mahasiswa membubarkan diri.
Mustafa Kamal, wartawan Harian Waspada mengatakan, ia memilih pulang karena tidak dapat menerima pernyataan Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe T. Sofianus yang dinilai melecehkan profesi wartawan.
“Itu sangat melecehkan profesi wartawan secara umum, bukan sekadar pribadi saja. Seharusnya pejabat publik memberikan tanggapan secara bijak kepada mahasiswa, bukan sebaliknya menyudutkan profesi wartawan,” ujar Mustafa Kamal yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Aceh (PWA).
Sementara itu, T. Sofianus kemudian bersama Sekwan Lhokseumawe Murtalabuddin mendatangi Abua Kupi untuk menjumpai para wartawan yang mangkal di warung itu.
T. Sofianus mengatakan secara pribadi dan atas nama lembaga DPRK Lhokseumawe, dirinya meminta maaf kepada para wartawan yang tadinya meliput aksi demo mahasiswa maupun wartawan (profesi wartawan) secara umum.
Dia mengaku sangat menyesali pernyataannya tersebut dan berulang kali meminta maaf.
“Saya minta maaf kepada rekan-rekan semuanya. Saya tidak bermaksud demikian. Itu kecerobohan saya. Saya mengaku salah. Berhubung kondisi fisik saya sedang tidak fit, karena saya baru pulang dari Banda Aceh. Tiba-tiba saya disuruh menjumpai mahasiswa karena tidak ada pimpinan dewan lainnya,” ujar T. Sofianus.
T. Sofianus biasa dipanggil Pon Cek diduga menyebut, “Wartawan baru menaikkan berita setelah dibayar”.
Amatan portalsatu.com, awalnya demo mahasiswa tersebut berlangsung di Bundaran Tugu Rencong, Kutablang, Kota Lhokseumawe. Sekitar 30 menit kemudian mereka menuju gedung DPRK guna menyampaikan tuntutan tentang berbagai persoalan yang berkembang selama ini.
Saat mahasiswa berorasi di halaman gedung dewan, Wakil Ketua II DPRK Lhokseumawe, T. Sofianus kemudian menjumpai para pendemo. Tatkala merespon tuntutan mahasiswa terhadap pemerintah, T. Sofianus sempat melontarkan kata-kata tidak pantas kepada para wartawan yang tengah meliput aksi itu.
Mulanya, T. Sofianus mengatakan, “Demo hari ini kita harapkan kepada media untuk memunculkan segala bentuk persoalan yang dituntut mahasiswa itu. Media menyuarakan, juga menerima masukan kita ini diterjemahkan ke dalam bahasanya menjadi konsumsi publik. Ini yang kita harapkan pada media”.
T. Sofianus kemudian mengatakan, “Bek karna hana bayeu hana tuleh (Jangan karena tidak dibayar maka berita tidak ditulis)”. Ia lantas melempar pertanyaan kepada mahasiswa, “Apakah setuju”. Sekonyong-konyong mahasiswa berteriak dan bertepuk tangan.
Setelah mendengar pernyataan Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe tersebut, sekitar sembilan wartawan media cetak, online dan televisi memilih memboikot peliputan. Tak lama setelah itu, mahasiswa membubarkan diri.
Mustafa Kamal, wartawan Harian Waspada mengatakan, ia memilih pulang karena tidak dapat menerima pernyataan Wakil Ketua DPRK Lhokseumawe T. Sofianus yang dinilai melecehkan profesi wartawan.
“Itu sangat melecehkan profesi wartawan secara umum, bukan sekadar pribadi saja. Seharusnya pejabat publik memberikan tanggapan secara bijak kepada mahasiswa, bukan sebaliknya menyudutkan profesi wartawan,” ujar Mustafa Kamal yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Aceh (PWA).
Sementara itu, T. Sofianus kemudian bersama Sekwan Lhokseumawe Murtalabuddin mendatangi Abua Kupi untuk menjumpai para wartawan yang mangkal di warung itu.
T. Sofianus mengatakan secara pribadi dan atas nama lembaga DPRK Lhokseumawe, dirinya meminta maaf kepada para wartawan yang tadinya meliput aksi demo mahasiswa maupun wartawan (profesi wartawan) secara umum.
Dia mengaku sangat menyesali pernyataannya tersebut dan berulang kali meminta maaf.
“Saya minta maaf kepada rekan-rekan semuanya. Saya tidak bermaksud demikian. Itu kecerobohan saya. Saya mengaku salah. Berhubung kondisi fisik saya sedang tidak fit, karena saya baru pulang dari Banda Aceh. Tiba-tiba saya disuruh menjumpai mahasiswa karena tidak ada pimpinan dewan lainnya,” ujar T. Sofianus.
Diberitakan sebelumnya, sekitar 30 mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh menggelar aksi demo di Lhokseumawe, Rabu, 28 Oktober 2015. Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, para mahasiswa minta Presiden Jokowi menuntaskan permasalahan kabut asap yang dinilai telah merugikan masyarakat luas.[portalsatu]
loading...
Post a Comment