Pemerintah menyebut telah dicapai kesepakatan untuk "membiarkan" 13 gereja di Aceh Singkil, sementara terhadap 10 gereja lain akan dilakukan "penertiban" kendati tak jelas oleh siapa dan bagaimana caranya.
Komandan Distrik Militer (Dandim) 0109 Aceh Singkil, Letkol. Arif Sjaerozi mengatakan kepada BBC bahwa pada hari Senin (19/10) akan dilakukan "penertiban dan penutupan" terhadap 10 gereja, "sesuai dengan hukum yang berlaku karena bangunan-bangunan itu tidak berizin."
Ditanyakan, apakah aparat akan membongkar gereja-gereja itu, Arif Sjaerozi mengatakan, "Tidak. Itu akan dibongkar oleh masyarakat (jemaat gereja) sendiri, karena sudah ada kesepakatan."
Namun Veryanto Sitohang dari Aliansi Sumut Bersatu (ASB), mengatakan kepada BBC, para jemaat gereja tidak bersedia membongkar gereja mereka sendiri. "Menurut mereka, jika pemerintah mau membongkar gereja-gereja itu, biar mereka sendiri saja yang melakukannya."
Berdoa di rumah
Pegiat ASB lainnya, Ferry Wira Padang menyebut, kendati warga Kristen sudah hampir seluruhnya kembali dari pengungsian, sebagian jemaat masih dilanda ketakutan.
"Untuk peribadatan hari Minggu (18/10) ini, sebagian jemaat masih tidak berani berdoa di gereja. Mereka memutuskan untuk berdoa di rumah masing-masing saja," katanya kepada BBC.
Ferry Wira Padang berusaha menghubungi sejumlah warga berbagai desa untuk berbicara kepada BBC, namun setelah menghubungi banyak warga, katanya, "Maaf sekali tidak ada yang berani. Mereka takut mengeluarkan pernyataan, takut justru menjadi bumerang bagi umat Kristiani di Aceh Singkil."
Setidaknya 8.000 dari sekitar 20.000 warga Kristen Aceh Singkil sempat mengungsi ke dua desa di Sumatra Utara yang bertetangga, menyusul kerusuhan 13 Oktober lalu, yang menghanguskan tiga gereja, menewaskan seorang warga dan melukai sejumlah orang, termasuk seorang petugas polisi.
Mereka dikembalikan ke desa masing-masing, Jumat (16/10) dengan kendaraan TNI dan kepolisian, dan mendapat bantuan bahan kebutuhan pokok dari Pemda Aceh Singkil untuk sepekan pertama sesudah kembali, kata juru bicara Kabupaten Aceh Singkil, Khaldum Berutu kepada BBC.
Izin 13 gereja diproses
Dikutip Serambi Indonesia, Bupati Aceh Singkil Safriadi, mengatakan warga Muslim dan Kristen mencapai kesepakatan bahwa "sepuluh gereja yang tidak memiliki izin akan segera ditertibkan," setidaknya mulai Senin ini.
Sementara 13 gereja "tetap dibiarkan, yaitu 12 di daratan dan satu di Ujung Sialit, Pulau Banyak Barat."
"Rinciannya dari 13 unit tetap dibiarkan, masing-masing lima unit sesuai kesepakatan tahun 1979 yang diperbaharui pada 2001. Enam lagi ditambah satu di Ujung Sialit, merupakan kesepakatan yang telah dicapai kedua belah pihak dalam negosiasi beberapa hari ini," kata Safriadi.
"Rumah ibadah yang disepakati tidak dibongkar, perizinannya diajukan ke pemerintah provinsi," kata Safriadi pula.
Kesepakatan dicapai melalui perundingan antara kelompok-kelompok Kristen dan Islam yang berlangsung selama tiga hari, difasilitasi Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Agus Kriswanto dan Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi.
Komandan Distrik Militer (Dandim) 0109 Aceh Singkil, Letkol. Arif Sjaerozi mengatakan kepada BBC bahwa pada hari Senin (19/10) akan dilakukan "penertiban dan penutupan" terhadap 10 gereja, "sesuai dengan hukum yang berlaku karena bangunan-bangunan itu tidak berizin."
Ditanyakan, apakah aparat akan membongkar gereja-gereja itu, Arif Sjaerozi mengatakan, "Tidak. Itu akan dibongkar oleh masyarakat (jemaat gereja) sendiri, karena sudah ada kesepakatan."
Untuk peribadatan hari Minggu (18/10) ini, sebagian jemaat masih tidak berani berdoa di gereja. Mereka memutuskan untuk berdoa di rumah masing-masing saja. Ferry Wira Padang
Namun Veryanto Sitohang dari Aliansi Sumut Bersatu (ASB), mengatakan kepada BBC, para jemaat gereja tidak bersedia membongkar gereja mereka sendiri. "Menurut mereka, jika pemerintah mau membongkar gereja-gereja itu, biar mereka sendiri saja yang melakukannya."
Berdoa di rumah
Pegiat ASB lainnya, Ferry Wira Padang menyebut, kendati warga Kristen sudah hampir seluruhnya kembali dari pengungsian, sebagian jemaat masih dilanda ketakutan.
"Untuk peribadatan hari Minggu (18/10) ini, sebagian jemaat masih tidak berani berdoa di gereja. Mereka memutuskan untuk berdoa di rumah masing-masing saja," katanya kepada BBC.
Ferry Wira Padang berusaha menghubungi sejumlah warga berbagai desa untuk berbicara kepada BBC, namun setelah menghubungi banyak warga, katanya, "Maaf sekali tidak ada yang berani. Mereka takut mengeluarkan pernyataan, takut justru menjadi bumerang bagi umat Kristiani di Aceh Singkil."
Setidaknya 8.000 dari sekitar 20.000 warga Kristen Aceh Singkil sempat mengungsi ke dua desa di Sumatra Utara yang bertetangga, menyusul kerusuhan 13 Oktober lalu, yang menghanguskan tiga gereja, menewaskan seorang warga dan melukai sejumlah orang, termasuk seorang petugas polisi.
Mereka dikembalikan ke desa masing-masing, Jumat (16/10) dengan kendaraan TNI dan kepolisian, dan mendapat bantuan bahan kebutuhan pokok dari Pemda Aceh Singkil untuk sepekan pertama sesudah kembali, kata juru bicara Kabupaten Aceh Singkil, Khaldum Berutu kepada BBC.
Izin 13 gereja diproses
Dikutip Serambi Indonesia, Bupati Aceh Singkil Safriadi, mengatakan warga Muslim dan Kristen mencapai kesepakatan bahwa "sepuluh gereja yang tidak memiliki izin akan segera ditertibkan," setidaknya mulai Senin ini.
Sementara 13 gereja "tetap dibiarkan, yaitu 12 di daratan dan satu di Ujung Sialit, Pulau Banyak Barat."
"Rinciannya dari 13 unit tetap dibiarkan, masing-masing lima unit sesuai kesepakatan tahun 1979 yang diperbaharui pada 2001. Enam lagi ditambah satu di Ujung Sialit, merupakan kesepakatan yang telah dicapai kedua belah pihak dalam negosiasi beberapa hari ini," kata Safriadi.
"Rumah ibadah yang disepakati tidak dibongkar, perizinannya diajukan ke pemerintah provinsi," kata Safriadi pula.
Kesepakatan dicapai melalui perundingan antara kelompok-kelompok Kristen dan Islam yang berlangsung selama tiga hari, difasilitasi Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Agus Kriswanto dan Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi.
Menerima kesepakatan
Dalam keterangan lebih awal kepada BBC Indonesia, Pendeta Gereja Protestan Pakpak Dairi, Erde Berutu, mengatakan bahwa selain 13 gereja di Kabupaten Aceh Singkil, empat gereja di Kota Subulussalam, yang merupakan pemekaran Aceh Singkil, juga akan diajukan perizinannya.
Ia mengakui, akan ada gereja-gereja yang "ditertibkan."
“Dari pihak Kristen juga, kami telah menerima kesepakatan ini, dengan catatan bahwa di kemudian hari kalau memang populasi penduduk kita telah memungkinkan untuk didirikan tempat ibadah baru, kita akan ajukan ke pemerintah,” kata Pendeta Erde Berutu pula.
Ia menyebut, nantinya jika akan membangun gereja, pengajuan izin akan dilakukan terlebih dahulu.
“Kami optimislah (pertikaian) itu tak akan terulang lagi. Sebab selama ini izin itu yang membuat, terkadang, pihak-pihak ketiga tidak sepakat dengan itu,” ujarnya.
Kerusuhan hari Selasa (13/10) bermula dari tuntutan sekelompok orang yang menamakan diri Pemuda Aceh Singkil peduli Islam agar sejumlah gereja yang tak berizin dibongkar. Unjuk rasa kelompok ini berlanjut menjadi serangan yang berujung pembakaran tiga gereja, berbuntut bentrokan dengan warga dan aparat keamanan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa satu orang.
Menurut Dandim Aceh Singkil, Letkol. Arif Sjaerozi, kekerasan saat itu dilakukan oleh sekelompok orang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang, "berkumpul dan mempersenjatai diri dengan senjata tajam dan bom molotov," dan aparat keamanan jumlahnya tidak seimbang, "tidak mengantisipasi hal itu." (BBC)
loading...
Post a Comment