ABDIYA - Sinar Institute bekerjasama dengan HMI Cab. Blangpidie, ARC dan STIT Muhammadiyah Aceh Barat Daya menggelar silaturrahmi yang mengusung tema: “Refleksi dan Reaktualisasi Peran Pemuda dalam Pembangunan Demokrasi”, untuk kalangan pemuda/ormas dan mahasiswa di Aceh Barat Daya yang dilaksanakan pada 27 Oktober 2015 di Kampus STIT Muhammadiyah Blangpidie-Aceh Barat Daya.
Pertemuan ini dibahani oleh narasumber dari unsur Akademisi, Aktivis muda dan Anggota DPRK Aceh Barat Daya, yaitu Mukhlis Muhdi, MS. MA (Ketua STIT Muhammadiyah Aceh Barat Daya, Pimpinan Muhammadiyah Aceh Barat Daya), Herianto Marzuki (Direktur Aceh Research Consulting), dan Khairuddin (Ketua Badan Legislasi DPRK Aceh Barat Daya. Pertemuan ini dihadiri dari beberapa komponen/lembaga seperti organisasi Pemuda/Ormas dan Mahasiswa.
Direktur Sinar Institute, Fahrul Rizha Yusuf mengatakan, pertemuan ini mendiskusikan tentang persoalan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat yang harus disikapi oleh elemen pemuda dan mahasiswa untuk merajut, kemudian merefleksikan peran komponen pemuda dan mahasiswa dalam mengembangkan semangat keberagaman, toleransi, dan penghargaan-penghormatan terhadap sesama untuk pembangunan demokrasi dan perdamaian di Aceh.
Mukhlis Muhdi menyebutkan “Peran pemuda dan mahasiswa sangat strategis sebagai agen pembaharu dan haruslah mampu menjadi katalisator dilingkungannya. Jika komponen pemuda dan mahasiwa dapat terus saling bersinegis tentu konsolidasi akan terus meningkat untuk melakukan banyak hal yang positif dengan tetap menyuarakan kentingan rakyat. Namun jika pemudanya terkotak-kotak akan semakin menipislah kepercayaan masyarakat kepada pemuda dan mahasiswa. Ciptakan suatu inisiatif yang kreatif yang benar – benar konkrit untuk kepentingan sosial, pemuda haruslah kreatif.
Peran kontrol sosio-politik harus terus dilakukan terhadap realitas kehidupan sosial masyarakat, kritikan yang konstruktif terus disuarakan jika suatu kebijakan dinilai tidak pro rakyat, dan jika kebijakannya memihak kepada rakyat juga harus diapresiasi dan dikawal.
Khairuddin yang juga Ketua Badan legislasi DPRK Aceh Barat Daya mengingatkan, jika masyarakat khususnya pemuda dan mahasiswa telah mengantarkan terpilihnya legislatif dan eksekutif pada pemilu, tentu harus dikawal secara bersama-sama. Jangan dibiarkan wakil anda yang telah terpilih di DPRK menjadi sendiri tanpa pengawalan. Banyak yang harus didiskusikan secara bersama dengan pemuda dan mahasiswa calon pemimpin Aceh Barat Daya mas depan. Saya membuka diri untuk hal tersebut. Sebenarnya banyak potensi-potensi dari anak-anak muda yang ada di Aceh Barat Daya ini untuk dapat memberikan konsep-konsep pembangunan Aceh Barat Daya yang lebih baik dan sejahtera. Aceh Barat Daya ini mau kita bawa kemana..? tegas Khairuddin.
Sementara itu, Direktur ARC Herianto Marzuki mengatakan, mantangan di era pembangunan dan perdamaian saat ini yang harus juga penting menjadi konsentrasi bagi aktivis adalah bagaimana meningkatkan kapasitas diri untuk pengembangan organisasi dan pengembangan model gerakannya. Organisasi kepemudaan harulah fokus terhadap isu-isu yang diembannya. Sinergisitas, solidaritas baik sesama OKP, mahasiswa dan pihak lain harus terus dibina dalam membangun jaringan interkoneksi dengan berbagai pihak.
Laporan: Fahrul Rizha Yusuf
Pertemuan ini dibahani oleh narasumber dari unsur Akademisi, Aktivis muda dan Anggota DPRK Aceh Barat Daya, yaitu Mukhlis Muhdi, MS. MA (Ketua STIT Muhammadiyah Aceh Barat Daya, Pimpinan Muhammadiyah Aceh Barat Daya), Herianto Marzuki (Direktur Aceh Research Consulting), dan Khairuddin (Ketua Badan Legislasi DPRK Aceh Barat Daya. Pertemuan ini dihadiri dari beberapa komponen/lembaga seperti organisasi Pemuda/Ormas dan Mahasiswa.
Direktur Sinar Institute, Fahrul Rizha Yusuf mengatakan, pertemuan ini mendiskusikan tentang persoalan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat yang harus disikapi oleh elemen pemuda dan mahasiswa untuk merajut, kemudian merefleksikan peran komponen pemuda dan mahasiswa dalam mengembangkan semangat keberagaman, toleransi, dan penghargaan-penghormatan terhadap sesama untuk pembangunan demokrasi dan perdamaian di Aceh.
Mukhlis Muhdi menyebutkan “Peran pemuda dan mahasiswa sangat strategis sebagai agen pembaharu dan haruslah mampu menjadi katalisator dilingkungannya. Jika komponen pemuda dan mahasiwa dapat terus saling bersinegis tentu konsolidasi akan terus meningkat untuk melakukan banyak hal yang positif dengan tetap menyuarakan kentingan rakyat. Namun jika pemudanya terkotak-kotak akan semakin menipislah kepercayaan masyarakat kepada pemuda dan mahasiswa. Ciptakan suatu inisiatif yang kreatif yang benar – benar konkrit untuk kepentingan sosial, pemuda haruslah kreatif.
Peran kontrol sosio-politik harus terus dilakukan terhadap realitas kehidupan sosial masyarakat, kritikan yang konstruktif terus disuarakan jika suatu kebijakan dinilai tidak pro rakyat, dan jika kebijakannya memihak kepada rakyat juga harus diapresiasi dan dikawal.
Khairuddin yang juga Ketua Badan legislasi DPRK Aceh Barat Daya mengingatkan, jika masyarakat khususnya pemuda dan mahasiswa telah mengantarkan terpilihnya legislatif dan eksekutif pada pemilu, tentu harus dikawal secara bersama-sama. Jangan dibiarkan wakil anda yang telah terpilih di DPRK menjadi sendiri tanpa pengawalan. Banyak yang harus didiskusikan secara bersama dengan pemuda dan mahasiswa calon pemimpin Aceh Barat Daya mas depan. Saya membuka diri untuk hal tersebut. Sebenarnya banyak potensi-potensi dari anak-anak muda yang ada di Aceh Barat Daya ini untuk dapat memberikan konsep-konsep pembangunan Aceh Barat Daya yang lebih baik dan sejahtera. Aceh Barat Daya ini mau kita bawa kemana..? tegas Khairuddin.
Sementara itu, Direktur ARC Herianto Marzuki mengatakan, mantangan di era pembangunan dan perdamaian saat ini yang harus juga penting menjadi konsentrasi bagi aktivis adalah bagaimana meningkatkan kapasitas diri untuk pengembangan organisasi dan pengembangan model gerakannya. Organisasi kepemudaan harulah fokus terhadap isu-isu yang diembannya. Sinergisitas, solidaritas baik sesama OKP, mahasiswa dan pihak lain harus terus dibina dalam membangun jaringan interkoneksi dengan berbagai pihak.
Laporan: Fahrul Rizha Yusuf
loading...
Post a Comment