Halloween Costume ideas 2015
loading...

Kepedulian Bapak Paduka buat Aceh Singkil

AMP - “Hentikan kekerasan di Aceh Singkil. Kekerasan berlatar apapun, apalagi agama dan keyakinan merusak kebhinekaan-Jkw”

CUITAN Bapak Paduka Presiden dari bilik Istana, entah atas dasar panggilan nuraninya sendiri ataukah akibat bisikan tim penasihat, sungguh sebuah kebaikan. Kebaikan peduli pada bangsanya yang dikenal majemuk. Kebaikan untuk melihat keragaman negerinya sebagai aset yang tidak ingin terkoyak. Sebuah niat baik yang patut didukung.

Boleh jadi, beberapa hari ke depan, beliau akan kedepankan pendekatan persuasif. Sebagaimana tonjokan para pencibirnya, para pelaku pembakaran gereja ilegal di Aceh Singkil bakal diundang ke Istana Negara. Dedengkotnya yang memang ber-KTP Islam anggota sebuah ormas bakal dijamu dengan terhormat. Disorot televisi pemuja Paduka sebagai cara ekstra luar biasa mengatasi radikalisme.

Tidak cukup para pelaku dijamu, beberapa pengikut sang provokator juga disangui. Dipekerjakan di perusahaan para taipan sipit yang tinggal tunjuk sesuka hati. Maklum saja, Bapak Paduka ditopang oleh barisan etnis Tionghoa di mana-mana.

Kalau soal balak-membalak hutan hingga pembakaran pun terjadi di mana-mana saja anteng bukan main mendiamkan gerombolan cukongnya itu, kalau sekadar memberikan ratusan ribu per amplop buat perusuh di Singkil, tentulah mudah.

Bapak Paduka tidak salah bercuit segera. Memberikan respons cepat-cepat karena tidak ingin negerinya dibilang tidak mengurusi hak asasi manusia. Soal Tolikara yang jelas-jelas ada teror keagamaan, biarkan saja, toh korban berjatuhan pihak Islam siapa mau peduli. Negeri onta? Paling hanya bisa sedekah dan bungkam. Membantu pelarian Suriah hingga jutaan saja diam sejuta rasa, apatah lagi membantu negeri Bapak Paduka di sini.

Inilah lakon Bapak Paduka Presiden tercinta kita. Disuka dipuka dieluk-elukkan para hamba; dari kaum sarungan hingga berjas intelek. Dari si kacamata tebal hingga pemilik jilbab oranye—semuanya mat-matia membela tanpa ampun. Merasionalkan kebijakan Bapak Paduka, mungkin terhadap cuitan dan kebajikan di Singkil ini.

Bilapun di Tolikara beliau hanya bungkam, para hambanya pun diam. Karena diam Paduka, menurut para hambanya, adalah kebenaran dari sebuah tindakan. Dan ketika di Aceh Singkil pilihan Bapak Paduka adalah bersabda prihatin, berjuta prihatin yang diikuti demo besar-besaran parade toleransi pun bersiaplah hadir di depan mata kita.

Lucu? Tidak juga, karena semuanya sudah diskenariokan sesuai revolusi mental. Kebenaran dan keadilan adalah milik Bapak Paduka dan umatnya. Suka-suka saja kalau Tolikara beliau mengundang teroris. Jangan harap bila beliau yang mulia mau undang barisan berjenggot dengan celana congkrang tertuduh teroris.

Atau para pelaku di Aceh Singkil ini. Gengsilah Paduka karena bakal jadi sorotan komisi HAM di PBB dan para donaturnya selama kampanye. Lalu soalTolikara bagaimana? Nah, kalau soal itu, beliau memang sudah kehilangan rasa; rasa malu dan rasa bersalah. Termasuk kali ini ketika “bersimpati” soal Singkil.(Islampost)

loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget