Halloween Costume ideas 2015
loading...

Nestapa Mantan Kombatan GAM: Buah Hati Diperkos4 Bergilir

Samsul Bahri, mantan kombatan GAM, Warga Kemuning Hulu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.
PERIH getir adalah sebuah romansa bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Seperti roda pedati yang terus berputar kala berjalan, begitulah rotasi dan siklus hidup yang harus dilakoni. Putaran waktu terus berganti hari, bulan hingga tahun. Ada yang ditakdirkan serba berkecukupan—gelimang harta, namun tak sedikit pula yang miskin papa lagi menderita.

Paska konflik bersenjata di Aceh, banyak kehidupan mantan pejuang kombatan yang berubah drastis. Mulai pengusaha lokal, kontraktor besar hingga pejabat publik di semua sektor pemerintahan. Namun, masih juga terdapat mereka yang terpuruk tak berdaya, hanya memiliki sebidang tanah, rumah seadanya dan hidup dalam terpaan prahara yang seakan tak kunjung usai darinya.

Inikah balada Samsul Bahri? Warga Kemuning Hulu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, ini hidup terlunta-lunta. Pria paruh baya ini adalah seorang mantan kombatan GAM yang dulu kerap memanggul senjata dan memperjuangkan hak rakyat atas sebuah penindasan. Kini, di tengah suasana damai dan semangat pembangunan yang digelorakan pemerintah, justeru ia tak menikmati hasil pengorbanannya dulu.

Kondisi fisiknya yang telah menderita sakit paru-paru dan jantung akut sudah bertahun menggerogotinya, membuatnya tak berdaya untuk mengais rizki menghidupi keluarganya. Selama ini, kepulasan asap dapur hanya bersumber dari jerih payah Isterinya dengan cara bekerja sebagai tukang deres di kebun karet—rambung milik warga di desa tetangga.

“Saya sduah lama menderita sakit. Untuk makan sehari-hari hanya mengandalkan pendapatan isteri yang bekerja sebagai tukang deres dan mendapat upah sehari Rp 15 ribu,” tutur Samsul kepada SuaraPublik.co.id, di kediamannya belum lama ini.

Sang isteri, Leni Marlina, terpaksa berjibaku dengan teriknya mentari dan berpeluh-peluh, hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Belum lagi biaya pengobatan sang suami (Samsul—red) yang memang secara rutin harus dilakukan.

Dewi fortuna sepertinya belum berpihak pada Samsul dan keluarga. Alih-alih bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi dan sembuh atas sakit yang mendera. Pasangan suami isteri ini harus menelan ‘pil pahit’ saat mengetahui anak perempuannya yang berusia 9 tahun, mengalami tindak kekerasan dan pelecehan seksual.

Prahara Dahsyat
Bagai disambar petir di siang hari, begitulah situasi keluarga miskin ini ketika mengetahui Mawar (nama samaran) telah diperlakukan tidak senonoh oleh sejumlah anak lelaki teman bermainnya. Buah hati Samsul ini, dicabuli di semak-semak yang masih dalam kawasan desa mereka. Kejadiannya di bulan Agustus 2015. 

Mawar yang kesehariannya periang, tiba-tiba berubah murung dan kerap melamun, serta mengaku sakit di bagian kewanitaannya. Melihat itu, Samsul mencari tahu penyebabnya. Namun betapa ia terkejut ketika anaknya menceritakan peristiwa sadis lagi kejam yang menimpanya. Di sini, si fakir ini kembali didera prahara dahsyat.

“Anak saya ditelanjangi di semak-semak dan kemaluannya di colok-colok dengan jari tangan, sehingga mengalami pendarahan di bagian kemaluannya,” ujar Samsul menjelaskan seperti penuturan Mawar padanya.

Kebejatan pelaku, kata Samsul, tidak hanya sekali saja, melainkan sudah sebanyak enam kali yang dilakukan di semak-semak sekitar desa dan sempat pula terjadi di rumah salah seorang pelaku. Atas kejadian itu, ia sangat terpukul. Hatinya bagai teriris sembilu, melihat anak perempuannya menjadi korban pencabulan. “Saya cukup terpukul sekali atas kejadian terhadap diri anak saya, di usianya yang masih belia sudah mengalami nasib yang tak semestinya terjadi,” ucap Samsul lirih.

Masih menurut Samsul, kini Mawar mengalami depresi yang berkepanjangan, tingkahnya aneh dan sering mengurung diri dan tak mau lagi bergaul sesama teman lainya. “Kita suruh atau tanya mengapa dan ada apa, Mawar terkadang terlihat seperti linglung, seperti orang keterbelakangan mental,” papar Samsul berlinangan airmata.

Samsul mengaku telah membawa Mawar untuk diperiksa secara medis. Hasilnya selaput dara telah pecah akibat benda tumpul. “Sudah pernah membawa visum dan hasilnya bahwa selaput darah pada bagian kemaluannya pecah akibat benda tumpul,” sebutnya.

Kasus pelecehan seksual terhadap Mawar juga telah dilaporkan Samsul pada pihak berwajib, dengan nomor: BL/249/IX/2015/SPKT pada Polres Langsa, tertanggal 1 September 2015. Dimana, tertera laporan tersebut tentang persetubuhan terhadap anak dibawah umur dan melanggar Pasal 81 Junto 82 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dibawah umur.

Akan tetapi, sampai saat ini belum ada tindakan apapun yang dilakukan aparat penegak hukum kepada para pelaku yang berinisial SF (13 tahun) siswa SMP, dan  AK (10 tahun), AH (11 tahun), RF (11 tahun), DN (10 tahun), NZ (10 tahun), siswa SD yang juga satu sekolah dengan Mawar. “Saya tidak mendapatkan perlakuan hukum yang adil Republik ini,” ujar Samsul.

sebenarnya, bukan hanya keadilan hukum yang dibutuhkan Mawar. Melainkan, adanya perhatian pemerintah agar bisa merawat dan memberikan dukungan psikologis sehingga buah kasih Samsul Bahri dan Leni Marlina ini bisa kembali ceria dan melanjutkan hidup menggapai masa depan yang cemerlang.

Kapolres Langsa, AKBP Sunarya SIK melalui Kasat Reskrim AKP Pradana Aditya Nugraha, SH, SIK dalam konfirmasinya kepada SuaraPublik.co.id, Senin pekan lalu, mengatakan bahwa pihaknya sedang melidik dan mengambil sejumlah keterangan secara konferhensif. “Kami sedang melidik kasus ini kita pastikan untuk diproses lebih lanjut, tentu saja kami tidak tinggal diam,” tegasnya meyakinkan. SEMOGA!

Sumber: suarapublik.co.id
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget