AMP - Menyimak,
menelisik, membaca Perkembangan jalannya pemerintah Aceh dibawah
komando ZIKIR yang sudah memasuki tahun ke 4 yang bisa dikatakan belum
maksimal kalaupun "terlalu berlebihan untuk" dikatakan belum menunjukkan
tanda-tanda ke arah yang sesuai dengan yang dijanjikan semasa pilkada
dulu, yang terjadi malah "saling hantam" di internal pemerintahan, kalau
sesama mereka saja sudah tidak akur bagaimana kita berharap mereka
dapat bekerja sama untuk mengurus kita?
Dari 21 janji Zaini
Abdullah - Muzakir Manaf (ZIKIR) sebelum jadi gubernur dan wakil
gubernur Aceh semasa pilkada sepertinya semakin jauh dari kata realistis
untuk terpenuhi.
Sekedar menyegarkan
ingatan kita berikut janji-janji yang pernah dilontarkan dalam kampanye
ZIKIR yang tercatat oleh berbagai media:
1. Wewujudkan
pemerintahan Aceh yang bermartabat dan amanah;realitasnya? Sepertinya
sangat jauh dari kata amanah, konon lagi bermartabat, bahkan nilai tawar
Aceh di mata pemerintah pusatpun semakin rendah hal ini bisa dilihat
dalam komunikasi yang antara Pemerintah Aceh dengan Jakarta, dimana
pemerintah Aceh seperti kehilangan nilai tawar di mata pusat.
2. Mengimplementasikan
dan menyelesaikan turunan UUPA, terkait dengan hal ini memang ada yang
masih terkendala karena bersangkutan dengan pemerintah pusat, ada yang
sudah disahkan pemerintah pusat namun belum sesuai dengan harapan atau
tidak sesuai dengan MoU, selain itu ada juga qanun yang sudah disahkan
namun tidak dijalankan sama sekali oleh pemerintah Aceh dibawah komando
Zikir, semisal qanun KKR yang sudah disahkan.
3. Komit menjaga
perdamaian Aceh sejalan dengan MoU Helsinki, untuk poin ini kita juga
bisa melihat bahwa sepertinya itu hanya komitmen di atas kertas atau
bahkan sebatas ungkapan lisan, kenapa dikatan demikian? Karena terkadang
pemerintah Aceh "mengabaikan" berbagai kewajiban yang sejatinya sangat
terkait dengan perdamaian dan MoU yang telah ditanda tangani, misalnya
ada poin-poin tertentu dalam UUPA yang tidak sesuai dengan MoU namun
pemerintah Aceh terkesan abai atau bahkan terkesan mengambil keuntungan
secara politis dari "ketidak sesuaian" antara UUPA dengan MoU, cotohnya
dalam masalah calon Independent yang bahkan kelompok penguasa (baca:
ZIKIR) sendiri yang pernah bersikukuh untuk melanggar/mengangkangi poin
MoU terkait hal tersebut.
4. Menerapkan
nilai-nilai budaya Aceh dan Islam di semua sektor kehidupan masyarakat,
realitasnya? Dalam sektor pemerintahan saja sangat jauh dari nilai-nilai
keadilan dan keterbukaan/kejujuran yang sejatinya sangat diutamakan
dalam Islam, belum lagi dalam tatanan sosial masyarakat yang lebih luas
yang semakin hari semakin jauh dari kata Islami mulai dari kasus
narkoba, penculikan, perzinaan yang terjadi di mana-mana, bahkan lebih
parah lagi Aceh juga dibanjiri berbagai macam aliran sesat yang terus
merongrong Agama Islam, Qanun Jinayah yang terkait dengan syariat Islam
juga melempem.
5. Menyantuni anak yatim
dan kaum duafa, realitasnya? Masih banyak anak yatim dan kaum dhuafa
ysng tidak tersentuh oleh perhatian pemerintah Aceh.
6. Mengupayakan jumlah penambahan kuota haji Aceh, dan
7. Pemberangkatan jamaah haji dengan kapal pesiar,
8. Naik haji gratis bagi Anak Aceh yang sudah akil baliq, realitasnya?
Terkait dengan hal ini
Yang sudah mendaftar dengan biaya sendiri saja harus mengantri puluhan
tahun untuk mendapatkan giliran, belum terlihat upaya nyata dari
pemerintah Aceh untuk mencarikan solusi atas persoalan ini, apa lagi
menghajikan gratis bagi yang sudah baligh dengan kapal pesiar? Semakin
jauh dari kata "mungkin" kalaupun tidak bisa dikatakan mustahil.
9. Menginventarisir kekayaan dan sumber daya alam Aceh, realitasnya?
10. Menata kembali sektor pertambangan di Aceh, realitasnya?
11. Menjadikan Aceh
layaknya Brunei Darussalam dan Singapura, realitasnya? Aceh bahkan
semakin dekat dengan somalia, kemiskinan, pengangguran, penculikan,
perdagangan narkoba semakin mengerikan.
12. Mewujudkan pelayanan
kesehatan gratis yang lebih bagus, alhasil? Pelayanan JKA yang sudah
dirobah menjadi JKRA masih sangat-sangat jauh dari kata memuaskan.
13. Mendatangkan dokter
spesialis dari luar negeri, realitasnya? Masih banyak pasien yang belum
ditangani secara maksimal sehingga tidak mengherankan masih banyak warga
Aceh yang memilih berobat keluar negeri, bahkan Malik Mahmud saja yang
mendapatkan posisi yang sangat terhormat di Aceh masih harus ke
Singapura untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
14. Pendidikan gratis
dari SD sampai dengan perguruan tinggi, alhasil? Beasiswa dari
pemerintah Aceh yang disalurkan melalui KBA/LPSDM sempat terhenti,
meskipun kemudian dibuka lagi dan yang pasti tidak terealisasi
pendidikan gratis yang dijanjikan, padahal pendidikan adalah modal utama
untuk kemajuan sebuah bangsa.
15. Pemberian Rp.
1.000.000 (satu juta) per Kepala Keluarga per bulan dari hasil dana
minyak dan gas (migas), realitasnya? Hingga 2015 belum juga terealisasi.
16. Mengangkat hononer
PNS, yang terjadi malah "nepotisme" dalam pengangkatan PNS dengan
berbagai macam cara dan manipulasi, ada Honorer yang sudah puluhan tahun
mengabdi diabaikan dan yang baru mengabdi malah di SK kan.
17. Meningkatkan
kesejahteraan rakyat Aceh, realitasnya? Masih ada kasus gizi buruk di
Aceh, bahkan masih ada korban lumpuh layu yang luput dari perhatian
pemerintah yang sampai meninggal.
18. Membuka lapangan kerja baru,
19. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat, dan
20. Memberantas
kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran; alhasil? Angka
pengangguran dari tahun ketahun masih menunjukkan angka yang sangat
menyedihkan. Angka kemiskinan di Aceh masih tinggi bahkan masih berada
di rata-rata nasional.
21. Mengajak kandidat lain untuk bersama-sama membangun Aceh, realitasnya?
Hingga tahun ke 3 yang
telah berlalu dan memasuki tahunke 4 belum ada tanda-tanda ingin
melibatkan kandidat lain untuk sama-sama membangun Aceh, bahkan antar
Gubernur dan Wakil Gubernur terjadi percekcokan, meski berulangkali
dibantah namun publik bisa melihat dengan jelas bahwa keduanya tidak
lagi sejalan dalam upaya membangun Aceh, masing-masing punya agenda
sendiri.
Kesimpulannya dari 21
janji tersebut tak satupun janji terealisir sampai berakhirnja tahun ke 3
rezim ZIKIR berjalan, pantas saja rakyat merasa kecewa, bahkan
dikhawatirkan Kalau "janji surga" ini terus digantung dan rakyat terus
berharap maka yang akan terjadi adalah kekecewaan yang akan semakin
besar dan bukan tidak mungkin akan memicu "konflik" baru antara
pemerintah Aceh dengan rakyatnya, seperti kasus Din Minimi, perlawanan
BPPA dan juga masih banyak rakyat lain yang kemungkinan masih punya
batas toleransi yang cukup atau setidaknya lebih besar dari Din Minimi
Cs.
Alangkah lebih bijak
jika saja pemerintahan ZIKIR berani berterus terang kepada rakyatnya
untuk meminta maaf atas kelemahan mereka dalam memenuhi janjinya untuk
mensejaterkan rakyat Aceh, setidaknya meskipun mereka harus menerima
"hukuman sosial" di dunia karena kelemahan atau pengkhianatan mereka
namun insya Allah jika rakyat memaafkan mereka akan terbebas di akhirat
kelak.
Secara manusiawi wajar
saja rakyat berusaha menagih janjinya untuk bisa diperhatikan sesuai
dengan apa yang telah dijanjikan oleh pemimpinnya, begitupun sangat
manusiawi juga setiap orang punya kelemahan dan kekhilafan baik yang
disengaja maupun tidak sehingga sangat wajar dan bijak ketika pemerintah
Aceh dalam hal ini berbesar hati untuk berani minta maaf secara terbuka
dan sungguh-sungguh kepada rakyat Aceh atas semua kekhilafan ini.
Sehingga pada akhirnya persoalan ini tidak terus membesar.
Namun jikapun nantinya
ada yang tidak mau memaafkan setidaknya pemerintah Aceh (ZIKIR) telah
berupaya untuk memperbaiki kesalahannya dan yang pasti itu jauh lebih
baik daripada harus terus terbebani oleh kesalahan masa lalu tersebut.
Di sisi lain sudah
saatnya dan sudah seharusnya rakyat Aceh sudah harus sadar bahwa mereka
tidak perlu menggantungkan harapan terlalu tinggi pada pemerintahan
ZIKIR, rakyat Aceh harus berlapang dada untuk move on dari rasa "sakit"
hati akibat dikhianati oleh Pemimpinnya.
Kenapa demikian?Bukankah
janji itu hutang?Benar bahwa janji adalah hutang, namun ketika yang
dijanjikan semakin jauh dari kenyataan maka terus berharap untuk dapat
terpenuhi janji tersebut adalah pekerjaan sia-sia, buang-buang waktu,
buang-buang energi kalau terus berharap pada sesuatu yang secara
"logika" tak mungkin terpenuhi.
Sudahlah maafkan saja
dausa orang tua atau pemimpin kita itu, anggap saja mereka khilaf telah
menjanjikan sesuatu yang tidak realistis kepada kita, meskipun nantinya
ada yang menawarkan kita janji yang ke 22, semoga saja kita kedepan
harus bisa lebih cerdas dalam membaca dan menilai setiap janji yang
ditawarkan oleh Calon pemimpin kita agar kita tidak lagi terperosok
dalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.
Pilkada 2017 sudah
semakin dekat, para bakal kandidatpun sudah tidak malu-malu lagi
mengutarakan keinginannya untuk berkompetisi, sangat mungkin nantinya
kita akan kembali disuguhkan dengan berbagai janji baru (janji ke22)
berbau surga dari para kandidat/calon pemimpin kita, sudah seharusnya
pengkhianatan-demi pengkhianatan yang pernah kita terima dapat membuat
kita lebih selektif dan lebih cerdas serta lebih rasional dalam
menentukan pilihan siapa yang akan kita percayakan untuk memimpin kita,
apakah mereka punya kapasitas yang memadai untuk menjadi pemimpin?
Apakah mereka punya visi yang cukup bagus untuk membawa kita ke kehidupan yang lebih baik?
Apakah mereka punya
kemampuan yang cukup untuk memberikan berbagai terobosan untuk
memperbaiki keadaan negeri yang sangat semeraut ini?
Apakah mereka punya program yang cukup realistis untuk dapat memajukan bangsa dan tanah air ini?
Atau mereka hanya bisa
menjanjikan surga untuk kita sementara kemampuan dan mental mereka hanya
cukup menggiring kita ke pintu neraka kesengsaraan?
Semoga saja kita semua
dapat belajar dari pengalaman pahit yang telah berulang kali kita alami
dan kita juga berharap para kadidat pemimpin kita kedepan juga tidak
lagi berencana untuk kembali mengkhianati kita. by MR (peneliti politik Aceh)
loading...
Post a Comment