BANDA ACEH – Jurnalis senior di Aceh, Yarmen Dinamika, mengatakan konflik Aceh berpeluang relapse (kambuh) lagi setelah 10 tahun perdamaian. Katanya, hal ini terjadi di sekitar 50 negara dengan konflik internal yang pernah diteliti UNDP.
“Pihak pemerintah sudah teken perjanjian damai dengan kelompok pemberontak, tapi setelah 10 tahun perdamaian, konfliknya relapse lagi,” kata Yarmen.
Hal itu disampaikan Yarmen Dinamika, saat menjadi pembicara pada dialog pemahaman radikalisme untuk media massa dan humas instansi di Aceh di Gedung Palang Merah Indoesia (PMI) Aceh, Selasa, 29 September 2015.
Katanya, penyebabnya ada tiga, seperti sebab sebab lama muncul kembali, atau karena sebab sebab baru atau karena gabungan antara sebab lama dan baru.
“Itu terjadi berulang kali di Aceh seperti saat jeda kemanusiaan yang pernah berlangsung tapi kemudian buyar lagi,” kata Yarmen Dinamika.
Yarmen mengatakan perdamaian Aceh juga dapat terganggu akibat adanya korupsi, salah urus, dan munculnya kelompok-kelompok baru.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah Aceh, apalagi pasca perdamaian masih ada kelompok yang menyebutkan untuk kita damai dulu, nanti perang lagi,” ujarnya.
Namun menurutnya pemberian otonomi khusus dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, membuat keinginan untuk kembali berperang memudar di kalangan kombatan. Kalaupun ada, kata dia, maka itu bukan dari kelompok Malik Makmud.
“Tidak ada lagi yang ingin merdeka, kalaupun ada bukan dari kelompok Malik Mahmud,” ujar Yarmen Dinamika.[portalsatu.com]
“Pihak pemerintah sudah teken perjanjian damai dengan kelompok pemberontak, tapi setelah 10 tahun perdamaian, konfliknya relapse lagi,” kata Yarmen.
Hal itu disampaikan Yarmen Dinamika, saat menjadi pembicara pada dialog pemahaman radikalisme untuk media massa dan humas instansi di Aceh di Gedung Palang Merah Indoesia (PMI) Aceh, Selasa, 29 September 2015.
Katanya, penyebabnya ada tiga, seperti sebab sebab lama muncul kembali, atau karena sebab sebab baru atau karena gabungan antara sebab lama dan baru.
“Itu terjadi berulang kali di Aceh seperti saat jeda kemanusiaan yang pernah berlangsung tapi kemudian buyar lagi,” kata Yarmen Dinamika.
Yarmen mengatakan perdamaian Aceh juga dapat terganggu akibat adanya korupsi, salah urus, dan munculnya kelompok-kelompok baru.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah Aceh, apalagi pasca perdamaian masih ada kelompok yang menyebutkan untuk kita damai dulu, nanti perang lagi,” ujarnya.
Namun menurutnya pemberian otonomi khusus dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, membuat keinginan untuk kembali berperang memudar di kalangan kombatan. Kalaupun ada, kata dia, maka itu bukan dari kelompok Malik Makmud.
“Tidak ada lagi yang ingin merdeka, kalaupun ada bukan dari kelompok Malik Mahmud,” ujar Yarmen Dinamika.[portalsatu.com]
loading...
Post a Comment