AMP - Dulu ketika ada tokoh Wahabi yang diimpor masuk ke Aceh, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan masyarakat Aceh bahwa kita harus menerima mereka. Aku mencoba membuat jargon "Orang Aceh adalah orang yang memuliakan tamu." Jargon ini ternyata mampu meyakinkan sebagian masyarakat Aceh sehingga tidak nampak lagi di mata mereka bahwa ada bangkai aqidah yang dibawa tamu luar itu. Tapi kini, jargon yang dulunya aku populerkan justeru menjadi bumerang bagi diriku sendiri karena kesalahan berita dari Serambi. Apa boleh buat, aku sudah terlanjur.
Dulu aku sering menangkis berita-berita yang menyudutkan kalangan Salafi/Wahabi. Aku suka mengkampanyekan tabayyun, jangan buru-buru menelan mentah terhadap info yang diterima. Tapi kini justeru ajakan tabayyun itu menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Aku terlanjur memanfaatkan berita di media untuk menyudutkan KH Muhammad Idrus Ramli, eh tau-taunya besok media meralatnya. Aku sudah capek-capek buat tulisan. Sudah lelah mencaci maki, tetapi ternyata aku salah. Di sini aku merasa malu. Apa boleh buat, Aku sudah terlanjur.
Aku sering bilang bahwa kita harus kembali kepada Alquran dan Hadits. Salah satu perintah di dalamnya adalah agar dalam segala hal harus dikedepankan husnu zan (baik sangka). Tapi kini aku menjadi malu, aku sudah terlanjur berburuk sangka kepada Kiay Idrus Ramli. Ini semua gara-gara Serambi, kalau sudah malu begini kemana muka ini mau dibawa?
Aku dulu sering bilang orang dayah cepat panik dan menjadi terusik dengan kehadiran Wahabi. Tetapi koq aku cepat sekali panik ya... Entahlah, Aku sudah terlanjur.
Tapi aku heran. Ketika aku salah, koq kawan-kawanku masih bela aku ya, mereka berusaha segala cara untuk mentakwilkan pernyataanku untuk dapat diterima dan dibenarkan. Di satu sisi aku berterimakasih karena mereka setia kepadaku, tetapi di sisi lain aku kini mulai heran koq kawan-kawanku yang biasanya anti takwil kini malah begitu bersemangat dalam hal takwil.
Aneh memang, aku sepertinya mulai sadar bahwa ada keanehan dari paham Wahabi atau Salafy. Dulunya nama kelompok ini Wahabi, tiba-tiba ketika masyarakat tidak menerima namanya diganti jadi Salafy. Kalau kena orang Wahabi, maka jawabannya tabayyun. Tetapi ini tidak berlaku untuk kelompok selain Wahabi. Rasanya aku mulai bosan membela Wahabi, banyak yang tidak konsisten dari paham ini. Namun gimana ya, Aku sudah terlanjur, sepertinya agak susah keluar dari keterikatan dengan mereka. Entahlah!
BEGITULAH KIRA-KIRA ILUSTRASI KONDISI KEJIWAAN SEORANG KHAIRIL MISWAR YANG TERPAKSA HARUS MENELAN LUDAH SENDIRI
Dulu aku sering menangkis berita-berita yang menyudutkan kalangan Salafi/Wahabi. Aku suka mengkampanyekan tabayyun, jangan buru-buru menelan mentah terhadap info yang diterima. Tapi kini justeru ajakan tabayyun itu menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Aku terlanjur memanfaatkan berita di media untuk menyudutkan KH Muhammad Idrus Ramli, eh tau-taunya besok media meralatnya. Aku sudah capek-capek buat tulisan. Sudah lelah mencaci maki, tetapi ternyata aku salah. Di sini aku merasa malu. Apa boleh buat, Aku sudah terlanjur.
Aku sering bilang bahwa kita harus kembali kepada Alquran dan Hadits. Salah satu perintah di dalamnya adalah agar dalam segala hal harus dikedepankan husnu zan (baik sangka). Tapi kini aku menjadi malu, aku sudah terlanjur berburuk sangka kepada Kiay Idrus Ramli. Ini semua gara-gara Serambi, kalau sudah malu begini kemana muka ini mau dibawa?
Aku dulu sering bilang orang dayah cepat panik dan menjadi terusik dengan kehadiran Wahabi. Tetapi koq aku cepat sekali panik ya... Entahlah, Aku sudah terlanjur.
Tapi aku heran. Ketika aku salah, koq kawan-kawanku masih bela aku ya, mereka berusaha segala cara untuk mentakwilkan pernyataanku untuk dapat diterima dan dibenarkan. Di satu sisi aku berterimakasih karena mereka setia kepadaku, tetapi di sisi lain aku kini mulai heran koq kawan-kawanku yang biasanya anti takwil kini malah begitu bersemangat dalam hal takwil.
Aneh memang, aku sepertinya mulai sadar bahwa ada keanehan dari paham Wahabi atau Salafy. Dulunya nama kelompok ini Wahabi, tiba-tiba ketika masyarakat tidak menerima namanya diganti jadi Salafy. Kalau kena orang Wahabi, maka jawabannya tabayyun. Tetapi ini tidak berlaku untuk kelompok selain Wahabi. Rasanya aku mulai bosan membela Wahabi, banyak yang tidak konsisten dari paham ini. Namun gimana ya, Aku sudah terlanjur, sepertinya agak susah keluar dari keterikatan dengan mereka. Entahlah!
BEGITULAH KIRA-KIRA ILUSTRASI KONDISI KEJIWAAN SEORANG KHAIRIL MISWAR YANG TERPAKSA HARUS MENELAN LUDAH SENDIRI
Sumber: FB Gema Aswaja
loading...
Post a Comment