Puluhan Anggota Acheh Sumatera National Liberation Front (ASNLF) Wilayah Samudera Pasee Kibarkan Bendera Bintang Bulan di pedalaman Aceh Utara, 4 Desember 2015. |
AMP - Kelompok Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF) atau Atjeh Merdeka (AM) di wilayah Samudera Pase (Aceh Utara dan Lhokseumawe) gelar peringatan milad AM ke-39 .
Anggota ASNLF menggelar upacara pengibaran bendera Bulan Bintang di sebuah tempat pedalaman Aceh Utara mengenakan atribut seragam loreng dengan penutup wajah menggunakan bendera Bulan Bintang, dan tanpa menyandang senjata.
Sebagaimana diketahui, pada milad ke-38 tahun 2014, Kelompok ASNLF juga berhasil menggelar upacara di sebuah tempat di pedalaman Aceh Utara persisnya di perkebunan pinang. Sementara untuk tahun 2015 ini lokasi yang terlihat di foto jauh berbeda dengan tahun lalu , kali ini dilakukan di lahan kosong sebagaimana foto yang diterima redaksi jurnalatjeh.com.
Pang Samudera yang mengaku Wakil Komando Pusat mengatakan, upacara tersebut dilakukan tanpa ada instruksi dari Presidium ASNLF Arifadillah di luar negeri (Jerman). “Kami lakukan itu atas inisiatif diri sendiri melakukan upacara milad AM,” ujar Pang Samudera.
Anggota ASNLF menggelar upacara pengibaran bendera Bulan Bintang di sebuah tempat pedalaman Aceh Utara mengenakan atribut seragam loreng dengan penutup wajah menggunakan bendera Bulan Bintang, dan tanpa menyandang senjata.
Sebagaimana diketahui, pada milad ke-38 tahun 2014, Kelompok ASNLF juga berhasil menggelar upacara di sebuah tempat di pedalaman Aceh Utara persisnya di perkebunan pinang. Sementara untuk tahun 2015 ini lokasi yang terlihat di foto jauh berbeda dengan tahun lalu , kali ini dilakukan di lahan kosong sebagaimana foto yang diterima redaksi jurnalatjeh.com.
Pang Samudera yang mengaku Wakil Komando Pusat mengatakan, upacara tersebut dilakukan tanpa ada instruksi dari Presidium ASNLF Arifadillah di luar negeri (Jerman). “Kami lakukan itu atas inisiatif diri sendiri melakukan upacara milad AM,” ujar Pang Samudera.
Dirinya mengaku upacara tersebut diikuti sekitar 82 pasukan ASNLF/AM, dari wilayah Kutaraja (Banda Aceh), Batee Iliek (Bireuen), Samudera Pase (Aceh Utara dan Lhokseumawe), dan Peureulak (Aceh Timur). Sementara komando upacara (inspektur upacara) oleh Singa Wali, dan komando pasukan (komandan upacara) oleh Apanek.
Sementara itu amanat Keutuha (ketua) Komando Pusat Tgk Agam dibacakan oleh Pang Samudera selaku wakilnya. Upacara tersebut berlangsung lancar tanpa hambatan. “Kami lakukan upacara di sini karena diminta oleh orang kampung, makanya upacara berlangsung lancar dan aman,” katanya dalam bahasa Aceh .
Ditambahkan , pihaknya tetap melakukan pembebasan terhadap Aceh, agara Aceh ini berdaulat kembali. ASNLF tidak pernah mengakui MoU Helsinki. Di bawah ASNLF saat ini banyak petinggi AM era Wali Nanggroe DR Hasan di Tiro, termasuk eks Libya dua orang dan pejuang tahun 1976 (tahun deklarasi AM) empat orang, ujar Pang Samudra.
Secara terpisah jubir Partai Aceh (PA) pusat, Suadi Sulaiman alias Adi Laweung mengatakan, pihaknya tidak pernah mengakui siapa pun selain yang berbicara MoU Helsinki saat ini. Kesepakatan damai adalah harga mati untuk melahirkan Aceh yang bermartabat. Dia berharap kepada pihak keamanan dan seluruh anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) untuk selalu menjaga Aceh agar selalu damai, menuju Aceh sejahtera.
Kapolres Lhokseumawe AKBP Anang Tri Harsono yang di konfirmasi mengenai kondisi keamanan mengaku secara umum kondisi tetap kondusif, personil Polres Lhokseumawe sudah bersiaga tiga hari sebelum tanggal 4 Desember untuk mengantisipasi setiap provokasi yang kemungkinan terjadi.
Patroli gabungan dengan TNI juga digelar dengan jumlah personil mencapai 500 orang, dalam patroli tersebut aparat keamanan berhasil menurunkan 10 lembar bendera Bulan bintang dibeberapa lokasi di wilayah hukum polres Lhokseumawe.
Pengibaran Bendera Bulan Bintang di Kecamatan Blang Mangat yang sempat diwarnai ketegangan dengan eks combatan yang tetap ingin mempertahankan pengibaran bendera Bulan Bintang, tapi dengan langkah persuasif akhirnya bendera Bulan Bintang berhasil diturunkan, pungkas AKBP Anang .
Sementara itu amanat Keutuha (ketua) Komando Pusat Tgk Agam dibacakan oleh Pang Samudera selaku wakilnya. Upacara tersebut berlangsung lancar tanpa hambatan. “Kami lakukan upacara di sini karena diminta oleh orang kampung, makanya upacara berlangsung lancar dan aman,” katanya dalam bahasa Aceh .
Ditambahkan , pihaknya tetap melakukan pembebasan terhadap Aceh, agara Aceh ini berdaulat kembali. ASNLF tidak pernah mengakui MoU Helsinki. Di bawah ASNLF saat ini banyak petinggi AM era Wali Nanggroe DR Hasan di Tiro, termasuk eks Libya dua orang dan pejuang tahun 1976 (tahun deklarasi AM) empat orang, ujar Pang Samudra.
Secara terpisah jubir Partai Aceh (PA) pusat, Suadi Sulaiman alias Adi Laweung mengatakan, pihaknya tidak pernah mengakui siapa pun selain yang berbicara MoU Helsinki saat ini. Kesepakatan damai adalah harga mati untuk melahirkan Aceh yang bermartabat. Dia berharap kepada pihak keamanan dan seluruh anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) untuk selalu menjaga Aceh agar selalu damai, menuju Aceh sejahtera.
Kapolres Lhokseumawe AKBP Anang Tri Harsono yang di konfirmasi mengenai kondisi keamanan mengaku secara umum kondisi tetap kondusif, personil Polres Lhokseumawe sudah bersiaga tiga hari sebelum tanggal 4 Desember untuk mengantisipasi setiap provokasi yang kemungkinan terjadi.
Patroli gabungan dengan TNI juga digelar dengan jumlah personil mencapai 500 orang, dalam patroli tersebut aparat keamanan berhasil menurunkan 10 lembar bendera Bulan bintang dibeberapa lokasi di wilayah hukum polres Lhokseumawe.
Pengibaran Bendera Bulan Bintang di Kecamatan Blang Mangat yang sempat diwarnai ketegangan dengan eks combatan yang tetap ingin mempertahankan pengibaran bendera Bulan Bintang, tapi dengan langkah persuasif akhirnya bendera Bulan Bintang berhasil diturunkan, pungkas AKBP Anang .
loading...
Post a Comment