AMP - Belum lama ini, kabar yang santer terdengar beberapa hari yang lalu yaitu keinginan sejumlah masyarakat Aceh yang tergabung dalam Forum Gerakan Aksi Damai Anuek Nanggroe untuk melakukan tuntutan terhadap janji-janji pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf yang saat ini menjadi Gubernur dan wakil Gubernur Aceh.
Pasangan ‘’zikir” ini semasa dalam kampanye dulu pernah menjanjikan 21 bentuk program pro rakyat yang akan mereka penuhi bila terpilih menjadi Gubernur dan wakil Gubernur untuk periode 2012-2017.
Namun, setelah hampir setahun menjabat posisi eksekutif provinsi Aceh, janji-janji yang pernah disampaikan belum satu pun menjadi kenyataan hingga kini. Sebut saja janji ‘’manis” Rp 1 juta/bulan/kk yang akan mereka berikan bagi setiap keluarga di Aceh, jangankan diberikan, diprogramkan pun tidak. Kalau dipikir secara logika, memang tidak ada satu pun dari ke-21 janji yang diucapkan oleh ‘’zikir” realistis untuk dipenuhi. Boleh dikatakan ke 21 janji itu hanya ‘’bumbu penyedap” masa kampanye.
Kini, janji-janji yang pernah diumbar tersebut hendak ditagih oleh massa aneuk nanggroe. Namun, batal dilaksanakan sesuai perencanaan.
Kini, janji-janji yang pernah diumbar tersebut hendak ditagih oleh massa aneuk nanggroe. Namun, batal dilaksanakan sesuai perencanaan.
Sebab sebagian besar massa dari daerah yang hendak menuju Banda Aceh diprovokasi oleh pihak tertentu agar tidak melakukan aksi damai tersebut. Begitulah keterangan yang disampaikan oleh Koordinator Aksi, Hasnawi Ilyas alias Awi Juli mengatakan bahwa aksi tersebut gagal dilaksanakan (atjehlink.com). Melihat pernyataan yang pernah disampaikan oleh Zaini Abdullah bahwa janji memberikan Rp 1 juta per kk bukan solusi bagus bagi rakyat Aceh, maka dapat dipastikan bahwa salah satu janji mereka tidak akan dipenuhi (theglobejournal.com).
Sepertinya, satu per satu janji-janji ‘’pro rakyat” mulai dilupakan pasangan yang dijagokan oleh partai Aceh tersebut. Tak heran, jika ada isu yang berkembang bahwa masyarakat yang telah ‘’terlanjur” menjatuhkan pilihan pada mereka sewaktu pemilukada dulu dengan menyebut pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf sebagai ‘’Zalem” (Zaini-Mualem, panggilan akrab Muzakir Manaf). Apakah untuk menggambarkan sikap zalim (jahat) yang dalam bahasa Aceh sering disebut zalem bagi Zaini dan Muzakir yang telah dianggap mengecewakan mereka atau hanya sekedar cara penyebutan lain bagi pasangan terkenal dengan sebutan ‘’zikir” semasa kampanye pemulikada?.
Hanya masyarakat itu sendiri yang lebih paham makna sebutan ‘’zalem” yang mereka ucapkan. Mungkin kejadian seperti diatas mirip istilah populer ‘’janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi…”. Ya, demikianlah yang terjadi. Kadang ucapan tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan. Walau dalam iklan kampanye Zaini-Muzakir ditulis ‘’peugah ubee buet, peu beut ubee na” yang bermakna katakanlah sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan nantinya. Jangan dilebih-lebihkan. Kenyataan malah sebaliknya. Setidaknya di tahun pertama mereka memimpin Aceh. Tidak salah juga bila ada istilah yang berkembang untuk menggambarkan sikap Zaini-Muzakir akan janji-janji yang pernah mereka sampaikan, tapi hingga kini belum juga dipenuhi dengan sebutan ‘’janji tinggal janji, Zaini-Muzakir tak lagi peduli”.
*Peminat sosial, ekonomi, budaya, dan sejarah Aceh.
Dikutip dari : kompasiana.com
loading...
Post a Comment