AMP - Teungku H. Muhammad Yusuf A Wahab atau akrab disapa Tu Sop, pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah, Jeunib, Jumat (10/6/2016) mengaku siap maju sebagai salah satu kandidat Bupati Bireuen, dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi. Sejauh ini nilai politik sudah bergeser jauh dari tuntunan agama, sehingga gagal mentransformasikan kesejahteraan bagi rakyat.
Hal ini disampaikan oleh Tu Sop, daat bersilaturahmi dengan sejumlah elemen di salah satu warung kopi di Bireuen.
“Saya melihat kondisi, dimana agama sudah jauh dengan politik dan juga sebaliknya. selama empat tahun ini, dengan mengorbankan netralitas, dengan niat ingin menyatukan agama dan politik. Tapi dengan berbagai kendala, sepertinya saran- saran yang saya sampaikan, belum bisa dilakukan,” ujarnya.
Menurut Tu Sop, apabila politik dan agama dipisah dalam wadah yang berbeda, maka agama tidak akan bisa mengubah politik.
“Syariat yang dibicarakan sejauh ini hanya persoalan dalam mesjid. Padahal Islam juga punya konsep tentang ekonomi, politik, sosial dan lainnya, tapi belum dibicarakan oleh tataran elit,” terang Tu Sop.
Dalam kesempatan itu, Tu Sop juga mengatakan, pembangunan Aceh ke depan tergantung dari budaya politik yang dibangun saat ini. Apapun yang hendak dilakukan, sangat berpengaruh dari budaya politik yang berkembang.
Untuk itu harus ada pergerakan rakyat dengan konsep baru. Reorientasi politik menjadi kunci. “Ini bukan karena tidak senang kepada orang lain. Tujuan saya untuk memperbaiki, bukan hendak menghancurkan orang lain.
Sebelum komit maju, saya sempat meminta orang lain yang memikul beban ini. tapi tak ada yang mau. akhirnya saya harus maju untuk mewujudkan cita-cita membangun Bireuen ke depan ke arah yang lebih baik,” imbuh ulama muda nan enerjik itu. [acehtrend.co]
Hal ini disampaikan oleh Tu Sop, daat bersilaturahmi dengan sejumlah elemen di salah satu warung kopi di Bireuen.
“Saya melihat kondisi, dimana agama sudah jauh dengan politik dan juga sebaliknya. selama empat tahun ini, dengan mengorbankan netralitas, dengan niat ingin menyatukan agama dan politik. Tapi dengan berbagai kendala, sepertinya saran- saran yang saya sampaikan, belum bisa dilakukan,” ujarnya.
Menurut Tu Sop, apabila politik dan agama dipisah dalam wadah yang berbeda, maka agama tidak akan bisa mengubah politik.
“Syariat yang dibicarakan sejauh ini hanya persoalan dalam mesjid. Padahal Islam juga punya konsep tentang ekonomi, politik, sosial dan lainnya, tapi belum dibicarakan oleh tataran elit,” terang Tu Sop.
Dalam kesempatan itu, Tu Sop juga mengatakan, pembangunan Aceh ke depan tergantung dari budaya politik yang dibangun saat ini. Apapun yang hendak dilakukan, sangat berpengaruh dari budaya politik yang berkembang.
Untuk itu harus ada pergerakan rakyat dengan konsep baru. Reorientasi politik menjadi kunci. “Ini bukan karena tidak senang kepada orang lain. Tujuan saya untuk memperbaiki, bukan hendak menghancurkan orang lain.
Sebelum komit maju, saya sempat meminta orang lain yang memikul beban ini. tapi tak ada yang mau. akhirnya saya harus maju untuk mewujudkan cita-cita membangun Bireuen ke depan ke arah yang lebih baik,” imbuh ulama muda nan enerjik itu. [acehtrend.co]
loading...
Post a Comment