AMP- Perang
politik sesama Eks Kombantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) semasa
perebutan kekuasaan di Pemilihan Calon Legeslatif dan Eksekutif Jabatan
Pemerintah Daerah (Pemilihan Gubernur) sempat memanas sehingga timbulnya
korban jiwa yang nota bonenya dari kalangan Eks GAM.
Tragedi
berlumuran darah di tahun politik Aceh menuju proses kursi kekuasaan
tahun lalu Pilgub 2012 yang lalu mungkin masih dikenang oleh rakyat
Aceh.
Yang
sangat di sayangkan para pendukung yang nota bone nya Rakyat Aceh
kisruh dan saling bermusuhan akibat perbedaan pandangan politik semasa
dulu,
Nah .... sekarang semua sudah terjawab para pengintai kekuasaan mulai menjadikan lawan semasa dulu sebagai kawan, dan koalisi pun akan terjadi untuk menyusun strategi perjuangan menuju perebutan kursi kekuasaan orang nomor satu di Aceh pada Tahun 2017 mendatang, apakah Pilgub kali ini akan seperti yang dulu,,? semoga tidak.
Nah .... sekarang semua sudah terjawab para pengintai kekuasaan mulai menjadikan lawan semasa dulu sebagai kawan, dan koalisi pun akan terjadi untuk menyusun strategi perjuangan menuju perebutan kursi kekuasaan orang nomor satu di Aceh pada Tahun 2017 mendatang, apakah Pilgub kali ini akan seperti yang dulu,,? semoga tidak.
Film
demokrasi di Aceh selalu melahirkan kematian dan mengeluarkan darah,
mereka menciptakan janji yang menghanyutkan bahkan sejumlah masyarakat
Aceh terhipnotis dengan "Haba Mangat" (kata manis) para calon dari Partai bersistem perintah komando tersebut.
Jebakan
janji palsu bukan saja para rakyat Aceh yang awam terhipnotis, bahkan
sebagian para akademisi dan aktivis juga terlihat antusian menyuarakan
hal tersebut, seakan-akan Aceh akan berdaulat.
Sekarang
apa yang kita lihat, wajah para eks Kombantan GAM yang dulu berstu di
payung Partai Aceh semasa Irwandi mejabat Gubernur Aceh, selanjutnya
pecah dan melahirkan Partai baru yaitu Partai Nasional Aceh (PNA) yang
didirikan oleh Irwandi Yusuf dan kawan-kawannya termasuk orang
kepercayaannya yaitu Sofyan Dawood.
Namun
PNA tidak bertahan lama, bahkan tidak bisa melanjutkan perjuangannya di
Pilkada 2017 nanti dikarenakan koata persentase yang menduduki DPR Aceh
tidak mencukupi dan bisa di katakan kandas di Pileg 2012.
Politik
yang dimainkan oleh para Eks Kombantan GAM tersebut ibarat "lampu
Teplok", dimana parah pahlawan di PNA dulu sekarang mulai merapat ke
Arah lawan, walau mereka sempat diklaim sebagai Penghianat oleh petinggi
PA.
Satu
persatu orang yang menyatu di kubu Irwandi Yusuf mulai meninggalkannya,
seperti Sofyan Dawood yang sebelumnya dikabarkan mendukung Tarmizi
Karim sebagai Cagub Aceh, namun sekarang mulai merapat dikubu PA, yaitu
bersatu dengan Muzakir Manaf (Mualem) yang juga salah satu Cagub Aceh
2017 nanti.
Timbul tanda tanya, ada apa dibalik strategi Sofyan Dawood yang Finalizing nya masih mengambang ?
Beberapa
hari ini beredar kabar kalau Tarmizi Karim tidak mencalonkan diri
sebagai Gubernur Aceh, apakah karena hal tersebut Sofyan Dawood
menjumpai Mualem, atau ada hal lain yang diperbincangkan untuk mengatur
strategi politik di Pilkada 2017 nanti.
Mari
kita lihat apa yang akan terjadi di Pilkada 2017 nanti, moga apa yang
direncanakan menjadi kepentingan publik, tapi bukan kepentingan Kelompok
atau koalisi di panggung pameran Calon nantinya.
Selamat menyaksikan, Film Demokrasi Aceh mulai mekar, sandiwara politik kiang menjelma.
Sumber: statusaceh.com
loading...
Post a Comment